Zaman Romawi Zaman Pertengahan Abad 19

32 B. Zaman Yunani Drama pada masa itu didahului pemberian korban domba atau lembu kepada Dionysus, dengan nyanyian yang dinamakan tragedy. Dalam perkembanganya Dionysus digambarkan sebagai manusia dan dipuja sebagai Dewa kesuburan. Tragedi dilukiskan sebagai perjuangan manusia melawan nasib. Sedangkan komedi pada masa Yunani Purba berupa karikatur terhadap kesedihan dengan maksud berolok-olok terhadap penderitaan, kebodohan, dll. Harymawan, 1986:80. Tokoh drama tragedi Yunani di antaranya Aeschylus, Sopochles, Euripides. Drama ini dikenal sebagai drama 5 babak tragedi raja pahlawan. Pementasan sudah dilaksanakan dalam gedung teater. Sedangkan dalam drama komedi dikenal tokoh seperti Aristophanes dan Menander.

C. Zaman Romawi

Pada masa itu muncul pertunjukan yang mengerikan, dengan kostum dan setting yang mewah melanjutkan tragedi Yunani. Mula-mula bersifat religius kemudian mengarah pada pertunjukan adu kekuatan. Drama merupakan tradisi yang diselenggarakan secara rutin untuk mempertunjukkan kebesaran Roma.

D. Zaman Pertengahan

Munculnya genre drama keagamaan, drama gereja, abad 11-16, drama neoklasik yang aturannya tidak seketat drama klasik dari sudut keutuhan, waktu, dan tempat. Lahir drama-drama nasional. Pementasan terbuka dengan panggung khusus. Penyutradaraan berkembang. Naskah yang ditulis pada masa itu bersifat puitis, agak bebas dalam penyusunan naskah, dan kurang mengikuti hukum-hukum dalam drama berkait keutuhan tempat dan waktu, bersifat simultan dan 33 penggarapannya campuran antara tragedi dan komedi. Tokoh-tokoh drama terkenal di antaranya William Shakespeare. Pada pemerintahan Ratu Elizabeth I 1558-1603 drama sangat berkembang. Ratu membangun gedung-gedung teater dengan gaya megah. Drama pada masa Elisabetan ini didominasi oleh William Shakespeare 1564-1616 selain juga ada penulis naskah lain seperti Christopher Marlow, Thomas Kyd dan Fletcher Harymawan, 1986:83.

E. Abad 19

Lahirnya gaya penulisan naturalisme dan realisme. Materi berupa problem sosial dan psikologis. Realisme terbagi dalam realism sosial dan psikologis. Realisme sosial materi berkait dengan persoalan rakyat jelata seperti petani, pelaut, buruh, dan sebagainya dengan akting wajar seperti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam realisme psikologis akting mengacu pada unsur kejiwaan dengan memanfaatkan penekanan intonasi kata kalimat, dan lambang-lambang. Beberapa penulis naskah realis pada masa itu Hendrik Ibsen Norwegia, Charles Bernard Shaw Inggris, August Strinberg Swedia, dan Eugene O’ Neil Amerika. Selain gaya naturalis dan realis, pada masa ini muncul aliran ekspresionis. Gaya ini terpengaruh realisme namun bersifat sangat ekstrem, mementaskan keos dan kehampaan. Drama yang “ingin menyatakan sesuatu” berkembang di negara yang mengalami perang dan revolusi seperti di Jerman dan Rusia. Ciri-ciri drama pada masa itu melakukan pergantian dengan cepat, memanfaatkan pentas ekstrem dan fragmen yang ilmis atau meniru gaya ilm. Pengaruh kuat drama ini menginspirasi penulis Indonesia melakukan protes sosial seperti Marsinah Menggugat, Tumirah Sang Mucikari, dan Semar Gugat. 34

F. Abad 20