100
2. Ingatan Emosi
Aktor harus mampu berlatih mengingat-ingat segala emosi yang terpendam dalam halaman-halaman sejarah
hidup masa silam. Kadang ia besedih seperti Romeo yang ditinggal mati oleh Yuliet, bersedih seperti King Lear yang
terlupakan dan dikianati, atau Petrus yang bersedih karena menyangkal bukan murid Yesus. Untuk melatih ingatan emosi
Boleslasvky memberi nasihat pandang dirimu dengan penuh kegembiraan. Kumpulkan semua yang kamu pernah alami,
ingat, dan kenanglah. Dengan demikian anda akan dapat menangis berurai air mata di pangung, atau kecewa, atau
bahagia, mengekspresikan emosi yang pernah ada sesuai dengan naskah.
3. Laku dramatis
Yaitu perbuatan yang bersifat ekspresif dan emosi. Aktor harus mampu mewujudkan apa yang disampaikan pengarang lewat
dialog-dialognya. Disini, aktor dituntut produktif dan kreatif. Dalam laku dramartis dikenal Hukum Trisesa. Batang besarnya,
idenya, pokok pentas datang dari sutradara. Dahan-dahannya, unsur-unsur ide, bagian ide pokok pikiran datang dari aktor.
Daun-daunnya, merupakan kombinasi keduanya untuk menghadirkan kecemerlangan ide.
4. Pembangunan watak
Bagaimana menelaah struktur psikis peran. Bagaimana intelegensinya, pintar dan bodoh, bagaimana wataknya,
angkuh kasar, tegas, ragu, pendiam, pemalu, pengecut. Bagaimana watak ke dalam. Misalnya, orang yang kasar sering
punya sifat adil dan penyayang. Orang yang diam tetapi pendendam dan punya sifat kejam. Aktor juga memberikan
identiikasi, menyelidiki setiap detil kehidupan peran yang dimainkan. Untuk melakukan hal ini, aktor bisa melihat foto,
sejarah, dan biograi yang dimainkan. Mencari hubungan emosi dengan peran. Naskah harus keluar dari emosi yang
101
kita rasakan. Emosi diperlukan untuk memberikan kedalaman pada watak yang dimainkan sesuai naskah.
5. Observasi atau pengamatan
Seorang aktor adalah observatory kehidupan. Ia harus mampu memperhatikan cara orang mencangkul, mengajar di kelas,
memimpin rapat perusahaan, cara meminum kopi, menghisap rokok, menikmati kicau burung dll. Manfaat obeservasi adalah
untuk memantapkan gesture, mimik, ekspresi. Bagaimana seorang aktor usia 20 tahun memerankan kakek berumur 80
tahun misalnya. Ia harus mampu berjalan agak melengkung karena pinggang kakek sudah sakit, jalannya tertatih, dan cara
bicaranya terbata-bata, dst. Demikian pula, untuk memerankan ustadz, pendeta, ulama, dokter, polisi, jaksa, germo, pelacur,
guru, gelandangan, polisi, tentara dan profesi lain ia harus melakukan observasi.
6. Irama