27
B. Manajemen Produksi Teater a. Persyaratan Pekerja teater kultural, Literer, artistik,
teatral
Secara Kultural, pekerja teater memiliki pengetahuan luas tentang kebudayaan dunia dan bangsa, keterlibatan
dalam masalah kebudayaan, memiliki visi kultural yang baik keterbukaan, rendah hati, ingin belajar terus, dll dan
memiliki pengetahuan luas tentang hidup Sumanto, 2001. Pemahaman sejarah bangsa, kebudayaan bangsa, perilaku dan
perkembangan sejarah banga menjadi bacaan penting pekerja teater. Buku sejarah tokoh, pergerakan kebangsaan, penemu,
buku ilsafat, teologi, politik menjadi referensi penting Sugiyati, SA, dkk, 1993.
Secara artistik, pekerja teater memiliki pengetahuan luas tentang seni pada umumnya, keterlibatan dalam masalah-
masalah kesenian pada umumnya, memiliki dedikasi dan kecintaan pada seni, mampu mengembangkan kreativitas,
originalitas melalui pengembangan 3 “motor” kreativitas imajinasi, kemauan, perasaan dan memiliki visi artistik
yang baik citarasa, sopistikasi, kepekaan, keterbukaan, yang dikembangkan melalui penghayatan yang dalam atas musik,
puisi, lukisan, tari, dsb. Panca Dahana, 2012.
Secara literer, pekerja teater memiliki pengetahuan yang luas tentang sastra pada umumnya dan drama pada khususnya,
terlibat dalam masalah-masalah sastra, punya visi sastra yang baik citarasa, sophistikasi, daya kritik sastra yang baik, punya
pengetahuan tentang ilmu-ilmu humanitas dan ilmu sosial, agama, ilsafat, dll, dan cinta yang besar pada sastra, memiliki
bacaan yang luas tentang sastra pada umumnya dan drama pada khususnya Barnet, 1985.
Secara teatral, pekerja teater memiliki pengetahuan luas tentang seni teater dan sejarah teater, terlibat dalam masalah-
masalah teater, memiliki visi teater yang baik. Penguasaan
28
keterampilan yang tinggi dalam bidang masing-masing, mempraktikkan etika teater dedikasi dan kecintaan; rendah
hati, mementingkan kerja kolektif, sifat kolegial, saling menghargai, berdisiplin, mendahulukan kepentingan bersama,
dll Sumanto, 2000. Kesetiaan kepada penulis, kepada sesama orang teater dan kepada penonton Riantiarno, N., 1993
b. Pimpinan Produksi
Secara umum pimpinan produksi bertugas merencanakan, memimpin, mengarahkan, mengkoordinasi, dan membiayai
produksi. Pimpinan produksi berdiskusi dengan sutradara untuk memikirkan naskah, penonton, dan kemungkinan-
kemungkinan teknis yang terjadi dalam proses produksi dan pasca produksi.
c. Sutradara
Secara khusus sutradara menyiapkan aktor dan crew artistik untuk mewujudkan pementasan di panggung dengan
berkualitas. Sutradara menyiapkan skedul pelatihan, proses pelatihan sejak membaca naskah, menghafal naskah,
pengadeganan bagian, pengadeganan keseluruhan, gladi kotor, gladi bersih, sampai hari pertunjukan.
d. Aktor
Aktor bertugas mematuhi arahan sutradara terhadap peran yang dimainkan. Melakukan kreativitas dan inovasi yang
disetujui sutradara. Bekerja dengan para pemain secara keseluruhan dalam peran yang dimainkan.
d. Tim Artistik
Tim artistik membantu sutradara dalam mewujudkan tuntutan artistik seperti yang diinginkan sutradara. Semua
tim artistik bekerjasama untuk mewujudkan tim artistik secara keseluruhan. Panggung, lighting, dan sound harus bersatu
dalam menghadirkan pertunjukan yang teatrik. Biasanya
29
tim artistik berkolaborasi dengan para seniman dalam mengoptimalkan karya artistiknya.
30
31
BAB 3
SEJARAH PEMENTASAN LAKON
A.
Zaman Purba
Menurut Amir 1990 materi drama pada zaman purba adalah lakon nyata tentang hidup yang bersumber dari tradisi, kebiasaan, dan
budaya berkaitan dengan ritual dalam masyarakat. Para aktor siapa saja yang terlibat dalam pementasan yang dilakukan secara spontan. Tujuan
pementasan untuk menghibur masyarakat sehabis melaksanakan kerja keras. Setting atau tempat bermain adalah alam terbuka di seputar api
unggun. Penonton bebas berpartisipasi, sebagai aktor dan pemusik. Sifat unsur spectacle menonjol, menggunakan kostum yang dipakai
masyarakat setempat, menggunakan topeng dan bunyi-bunyian. Stage menyatu dengan alam.
32
B.
Zaman Yunani
Drama pada masa itu didahului pemberian korban domba atau lembu kepada Dionysus, dengan nyanyian yang dinamakan tragedy.
Dalam perkembanganya Dionysus digambarkan sebagai manusia dan dipuja sebagai Dewa kesuburan. Tragedi dilukiskan sebagai perjuangan
manusia melawan nasib. Sedangkan komedi pada masa Yunani Purba berupa karikatur terhadap kesedihan dengan maksud berolok-olok
terhadap penderitaan, kebodohan, dll. Harymawan, 1986:80.
Tokoh drama tragedi Yunani di antaranya Aeschylus, Sopochles, Euripides. Drama ini dikenal sebagai drama 5 babak tragedi raja
pahlawan. Pementasan sudah dilaksanakan dalam gedung teater. Sedangkan dalam drama komedi dikenal tokoh seperti Aristophanes
dan Menander.
C. Zaman Romawi