Penerapan Tokoh Berdasarkan Gambaran Psikis

54 kurang rupawan, hitam, dan pendek, dst. Potonganr rambut, warna rambut dan barang yang melekat dalam tubuh tokoh termasuk dalam ciri isik aktor. Fisik tokoh dari Barat biasanya tinggi, besar, rambut pirang dan mata biru. Fisik tokoh dari Asia biasanya tubuhnya biasa, kulit kuning dan rambut lurus. Jika menggambarkan isik orang China, Jepang, dan Koea relatif mudah diidentiikasi dari bentuk mata. Hal itu berbeda dengan isik orang Melayu seperti Malaysia, Indonesia, Brunai, temasuk bangsa di Asia Tenggara seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam. Untuk tokoh-tokoh dari Amerika Latin dan Afrika tentu posturnya lebih tinggi, hitam dan berambut keriting. Namun, jika sutradara ingin mendekonstruksi dan memparodikan tokoh, bisa saja orang Afrika berkulit putih, bermata biru, dan berambut pirang. Demikian juga orang Tionghoa bisa juga hitam, keriting dan hidung pesek atau tidak mancung. Berikut gambaran isik naskah. Seorang janda 3 anak usia 60- an tahun. Rambutnya sudah tampak beruban. Berkain panjang dan berkebaya. Tubuhnya agak lemah karena setiap hari duduk di kursi mesin jahit menyelesaikan pesanan jahitan. Dari ilustrasi tersebut, Sutradara dapat meng-casting tokoh untuk keperluan penggambaran isik tersebut. Seorang kakek umur 70 tahun, lusuh,sabar, kata-katanya bijak menasihati para penghuni kolong jembatan dalam naskah RT Nol RW Nol. Germo yang bijak yang berpengaruh pada “anak asuhnya” dalam naskah Tumirah Sang Mucikari karya Seno Gumira Ajidarma.

2. Penerapan Tokoh Berdasarkan Gambaran Psikis

Penerapan tokoh berdasarkan gambaran psikis dapat dilakukan dengan menganalisis karakter tokoh, kebiasaan-kebiasaan, aspirasi, motivasi, dan sikap hidup, dan pertualangan tokoh. Gambaran psikis tokoh itu dapat terjadi pada tokoh protagonis, yaitu tokoh yang membawa ide dan mengembangkan jalan cerita, maupun tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang ide dan mengembangkan jalannya cerita. 55 Perhatikan teks berikut. SEBUAH KOLONG JEMBATAN. SEORANG KAKEK DENGAN WA- JAH YANG SUDAH BERKERUT, NAMUN MASIH MENYISAKAN TUBUH YANG TEGAP. DIA ADALAH MANTAN PENGUSAHA YANG BANGKRUT KARENA DITIPU REKAN BISNIS DAN PERNAH DI- JEBLOSKAN DALAM PENJARA DAN HIDUP MENGGELANDANG. BEBERAPA TUMPUKAN KARDUS TERTATA RAPI, SEBUAH TEM- PAT BERBARING LUSUH. BEBERAPA PEMULUNG SIBUK ME NATA HASIL PULUNGANNYA. MENJELANG SIANG TOMPEL, INAH DAN ANI TURUN MENUJU KOLONG JEMBATAN SETELAH PU- LANG MENJAJAKAN DIRI Ani : MEMBAWA BEBERAPA NASI BUNGKUS MAKANAN Kakek, Ini Ani bawakan Kweetiauw goreng kesukaan Kakek. Kakek : MENUANG AIR TERMOS MEMBUAT SECANGKIR TEH.Gimana?, masih betemu dengan babah Liem? Apa dia masih terus menghubungi kamu? Ani : Iyalah, Kek. Kalau dia tidak datang kan Ani tidak membawa Kweteauw hangat untuk kakek. Inah : MENYELA Bahkan, Babah Liem Makin sayang saja dengan Ani. Ani juga dibeilkan baju dan diberi uang banyak Kek. Tompel : MELEPAS SEPATU DAN JAKET YANG SUDAH MEMUDAR, MENGAMBIL DAN MENYERUPUT TEH Babah Liem memang dermawan. Dia selalu memberi dan tidak minta imbalan. Lagi pula… Dia kan sudah tua. Bisa apa dia he he he… Ani : Ia memang senang dengan Ani, tapi dia tidak pernah berbuat tak senonoh dengan Ani. Walaupun Ia pelanggan Ani, sama sekali babah tidak memperlakukan Ani sebagai … Kakek : Maksudmu.. Pelacur. 56 Tompel : Benar Kek, babah Liem memang baik. Yang dilakukan sangat tulus. Dia juga selalu memberi berkat pada orang-orang miskin dan anak-anak yatim. Kakek : Ya. Walaupun kita hidup di kolong dan sebagai orang yang tidak diperhitungkan, kita harus selalu bersyukur. Dibalik penderitaan kita yang sesekali kita harus menahan lapar dan haus, tetapi ada orang seperti Babah Liem yang mau memperhatikan kita. Selama kita hidup dan selalu menaruh rasa syukur, pasti ada rejeki yang mengalir untuk kelangsungan hidup kita. Kita sadar,bahwa hidup dengan menjual diri itu tidak pantas dan berdosa. Namun… Inah : Kita juga tidak bisa mengubah hidup dan menggantungkan terus dari belas kasihan orang lain. Kakek : Kakek dulu pernah menjadi pengusaha hebat, dengan keluarga bahagia. Namun, dalam sekejap takdir membalikkannya, dan kamu lihat sendiri seperti apa kakek sekarang. Tompel : Kita tidak perlu meratap terus, nikmati apa yang sekarang ada. Terima apa yang sekarang ada. Realistis. Untuk apa mencari yang ideal kalau kita juga tidak mewujudkan yang ideal. Adakah orang mau mempekerjakan orang-orang yang tinggal di kolom seperti kita? Adakah orang yang mau menampung kita untuk bisa bekerja dan berpengahsilan tetap. Kita baru menemukan satu Babah Liem yang mengangkat kita dari keterpurukan. Diadaptasi dari RT NOL RW NOL, karya Iwan Simatupang, 1968 Dari ilustrasi dialog tersebut dapat disimpulkan aspek psikologis para tokoh. Kakek adalah orang yang sabar dalam 57 menjalani kehidupan. Ia pernah di atas sebagai pengusaha namun juga merasakan pahitnya hidup menggelandang di kolong jembatan. Tompel adalah orang yang optimis, Ia sadar bahwa hidup harus berlangsung dan menyadari masih ada orang baik seperti Babah Liem. Orang baik itu bisa datang dari mana saja dan dari suku apa saja, mereka bisa menolong penderitaan orang lain tanpa mengharapkan balasan. Lirik lagu Iwan Fals “Di sudut dekat gerbong yang tak terpakai, berteman nyamuk nakal, perempuan bermake up tebal dengan rokok di tangan menunggu tamunya datang” adalah wanita pekerja seksual menunggu pelanggan. Sudah berbatang- batang rokok dihisap namun tak ada tamu yang datang.Ia sudah mulai resah gelisah, apakah bisa memperoleh uang ketika tidak ada pelanggan datang. Apa Tuhan mendengar doanya agar anak-anaknya bisa makan. Gambaran psikis wanita tuna susila yang resah itu dapat dideskripsikan secara psikis oleh seorang aktor yang memerankan pekerja seksual. Melalui lagu pun orang dapat mendeskripsikan gambaran psikis tokoh. Pengambaran tokoh selain dapat dibaca dalam teks drama, juga bisa dipahami dari lirik lagu tentang karakter orang. Lagu-lagu tentang tokoh yang ditulis Iwan Fals seperti Omar Bakri, Ibu, Hatta, Sarjana Muda, dan Bento menjelaskan tentang karakter tokoh itu. Ebid G. Ade juga mampu mendeskripsikan imaji tokoh ayah dan gadis pujaannya Camelia.

3. Penerapan Tokoh Berdasarkan Gambaran Sosial