80
3.4.4. Bencana badai atau Angin Topan
Kondisi geografis wilayah pesisir pantai dan pulau kecil di Indonesia cukup rentan terhadap bencana badai atau angin topan. Angin topan dapat
mencapai kecepatan 200 kmjam dengan tekanan sampai 200 kgm
2
mampu merobohkan bangunan rumah dan pepohonan. Beberapa kasus angin topan
yang terjadi saat pergantian musim, atau angin puting beliung di Bengkulu, angin Bohorok di Sumatera Utara, angin Gending dan Cleret tahun di Jawa
Timur dan Lesus di Jawa Tengah dan sebagainya merupakan beberapa
contoh bencana badai atau angin topan. Gambar 3.9 menjelaskan
salah satu akibat munculnya angin topan. Kerusakan yang sering
menyertai munculnya bencana badai antara lain banyaknya bangunan
perumahan yang roboh, pohon-pohon tumbang, debu berterbangan yang
menganggu kesehatan mata, serta kerusakan lain yang menyertainya.
Bencana semacam ini hampi terjadi setiap tahun saat pergantian musim.
3.4.5. Peristiwa di Bumi yang berkaitan dengan Gejala Erosi
Berbeda dengan manusia primitif, yang menghubungkan berbagai bencana tersebut dikaitkan dengan tahayul, dan gejala mistis, maka saintis
memandang gejala alam yang berupa bencana sebagai bagian dari upaya bumi untuk mendapatkan keseimbangannya. Misalnya gempa bumi yang
terjadi ada hubungannya dengan pengubahan struktur lapisan bumi. Hal ini didasarkan pada teori bahwa saat terjadi gempa bumi terjadi pelepasan
energi yang luar biasa besarnya. Pelepasan energi yang besar ini dirasakan sebagai goncangan yang hebat yang mampu merobahkan bangunan rumah,
saran dan prasarana lainnya. Di balik peristiwa tersebut yang patut menjadi perhatian adalah apakah kita mampu untuk mengatasi dan mencari
pemecahan terbaik dalam menghadapi gejala yang sama di kemudian hari.
Sebagai gambaran, masyarakat Jepang yang sudah terbiasa menghadapi gejala gempa bumi, menganggap bahwa gejala tersebut dapat
diatasi dengan teknologi. Pandangan inilah yang mendorong kemajuan di bidang teknologi bagi masyarakat Jepang.
Berbagai bencana di atas sebagian besar disebabkan oleh gaya yang berasal dari dalam bumi. Di sini peran gaya endogin dalam merusak
sarana prasarana sangat besar, sehingga manusia berusaha mensiasati dalam perencanaan sarana dan prasarana dengan mempertimbangkan
gejala yang penah dialaminya. Sebaliknya terdapat pula gejala yang disebabkan oleh gaya eksogen atau gaya yang berasal dari luar bumi,
misalnya erosi, pengendapan, gejala pasang-surut lautan dan sebagainya. Terkait dengan bencana tersebut Cuvier 1830 mengungkapkan teori yang
Gambar 3.9 : Beberapa pekerja sedang
memperbaiki rumah yang roboh akibat badai
Di unduh dari : Bukupaket.com
81 disebut Catastropic Theory yakni teori tentang bencana alam secara
rasional. Ia menyatakan bahwa gejala alam yang muncul dengan tiba-tiba akan menghasilkan bencana. Lyell 1930 dengan menggunakan
pandangan Hieton menyatakan bahwa peristiwia yang terjadi sekarang atau produk gejala yang terjadi di bumi sekarang dapat dimanfaatkan untuk
menerangkan peristiwa masa lalu. Dengan demikian masa sekarang sebagai kunci masa lalu. Pernyataan di atas memberikan wacana bahwa
dengan adanya bencana alam, maka daerah yang banyak muncul gempa bumi perlu ada pengawasan yang cermat. Tujuannya adalah agar dapat
memberikan informasi yang benar dan akurat dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi bencana-bencana tersebut.
3.4.6. Bencana Tanah Longsor