yang membuat alokasi waktu pelajaran harus diperpendek, sedangkan pada hari kamis didua pertemuan terakhir alokasi waktu diperpendek
karena ertepatan dengan waktu untuk membersihkan ruangan untuk persiapan ujian USBN kelas XII dan ujian mid semester kelas X dan
XI. Perubahan alokasi waktu yang diketahui secara mendadak oleh
peneliti menyebabkan pembelajaran tidak sesuai dengan rencana pelaksaan pembelajaran RPP yang sudah diencakanakan peneliti.
Dengan demikian beberapa latihan soal dikerjakan dengan terburu- buru oleh siswa, dan beberapa siswa tidak bertanya ketika bingung,
mereka khawatir petugas sekolah akan memarahi mereka karena kelas masih dalam keadaan kotor dan belum dirapikan.
Namun, nilai mean dari kedua kelas berbeda. Nilai mean kelas X MIPA 1 lebih besar dari pada nilai mean kelas X MIPA 2. Selisih
peningatan nilai mean kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah diberi treatment juga lebih besar dari pada selisih peningkatan nilai mean
kelas X MIPA 2 sebelum dan sesudah diberi tretament.
3. Komunikasi Interpersonal
a. Data dan analisisi komunikasi interpersonal antar siswa kelas X
MIPA 1 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara
siswa pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir. Data komunikasi interpersonal antar
siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1
No Sebelum
Sesudah 1
63 57
2 60
60 3
60 61
4 61
60 5
60 60
6 68
57 7
63 65
8 60
57 9
60 58
10 59
58 11
60 61
12 49
49 13
59 60
14 62
62 15
67 70
16 62
59 17
57 58
18 54
54 19
63 63
20 56
87 21
58 62
22 57
60 23
61 61
24 61
65 25
60 63
26 64
63 27
69 67
28 61
60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Sebelum
Sesudah 29
60 58
30 67
67 Rata-rata
60,7 61,4
Analisis statistik menggunakan SPSS untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1,
peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi
interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas
X MIPA 1
Paired Samples Test Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Awal
60.7000 30
4.06965 .74301
Akhir 61.4000
30 6.31692
1.15331
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
Awal – Akhir
-70000 6.44419
1.17654 -3.10630
1.70630 -.595
29 .556
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 0, 595, p = 0,556 dengan level signifikan
0,05, mean awal = 60,70 , mean
akhir = 61,40. Oleh karena p = 0,556
0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar
siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif tidak ada perbedaan.
b. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 1 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru siswa awal dan
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir. Data data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi
interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1
No Total skor awal Total Skor akhir
1 44
44 2
41 41
3 41
48 4
46 42
5 45
45 6
41 40
7 49
54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t yaitu
Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guruu dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada Tabel 4. 14
. 8
41 43
9 44
44 10
44 47
11 43
44 12
36 36
13 44
47 14
45 45
15 45
52 16
42 45
17 42
46 18
36 39
19 46
50 20
44 43
21 47
44 22
41 40
23 44
46 24
4 49
25 42
46 26
43 44
27 48
50 28
45 42
29 43
43 30
51 54
Rata-rata 43,5
45,1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.14. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas
X MIIPA 1
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 3,051, p = 0,005 dengan level signifikan
0,05, mean awal = 43,50 , mean
akhir = 45,10. Oleh karena p = 0,005
0,05 maka hasil signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif ada perbedaan.
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
Sebelum 43.5000
30 3.19212
.58280 Sesudah
45.1000 30
4.21287 .76916
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviatio n
Std. Error Mean
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Pair
1 Sebelum
– Sesudah
-1.60000 2.87198 .52435
-2.67242 -3.051
-.595 29
.005
c. Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas X
MIPA 2 Seperti halnya kelas X MIPA 1, untuk mengetahui peningkatan
komunikasi interpersonal antara siswa pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa
awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir. Data data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi
interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada tabel 4. 15
Tabel 4.15. Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2
No Total skor awal
Total Skor akhir 1
58 57
2 64
62 3
61 56
4 62
58 5
63 59
6 55
60 7
62 64
8 59
61 9
65 66
10 69
59 11
61 61
12 60
54 13
69 58
14 53
57 15
65 66
16 65
58 17
58 57
18 62
61 19
56 59
No Total skor awal
Total Skor akhir 20
59 62
21 59
58 22
61 57
23 58
57 24
61 61
25 56
61 26
62 58
27 56
57 28
61 61
29 57
58 Rata-rata
60,59 59,41
Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara siswa kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired
Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa awal dan komunikasi interpersonal antara siswa akhir kelas X
MIPA 2 dapat dilihat pada tabel 4.16
Tabel 4.16. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA
2
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Awal
60.5862 29
3.86853 .71837
Akhir 59.4138
29 2.83495
.52644
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.557, p = 0,131 dengan level signifikan
0,05, mean awal = 60,59, mean akhir =
59,41. Oleh karena p = 0, 131
0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar
siswa kelas X MIPA 2 sebelum dan sesudah menggunakan metode ceramah interaktif tidak ada perbedaan. Demikian tidak ada
peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa setelah siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif.
d. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 2 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir. Data data
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
awal – akhir
1.17241 4.005383 .752789 -.36958
2.71441 1.557
28 .131
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat
dilihat pada tabel 4.17
Tabel 4.17. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2
No Total skor awal
Total Skor akhir 1
40 40
2 37
44 3
42 41
4 49
42 5
44 40
6 38
43 7
41 43
8 42
44 9
43 51
10 46
44 11
47 47
12 43
41 13
50 40
14 40
42 15
50 50
16 45
41 17
42 40
18 44
44 19
42 45
20 43
44 21
45 47
22 41
40 23
44 45
24 45
43 25
40 43
26 45
44 27
43 43
28 38
44 29
41 45
Rata-rata 43,10
43,45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dna siswa kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t yaitu
Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru
dan siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada 4.18
Tabel 4.18.Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas
X MIIPA
D a
r Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 0,478, p =
0,636 dengan level signifikan 0,05, mean awal
= 43,10 , mean akhir = 43,45.
Oleh karena p = 0, 636 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Awal
43.1034 29
3.30956 .61457
Akhir 43.4483
29 2.78499
.51716
Paired Differences
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Std. Deviatio
n Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
awal –
akhir -.34483 3.88473
.72138 -1.82250
1.13284 -.478 28
.636
ceramah interaktif tidak ada perbedaan. Dengan demikian tidak ada peningkatan komunikasi interpersonal antar guru dan siswa setelah
siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif. e.
Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum menggunakan treatment
Untuk membandingkan
perbedaan kedua
metode pembelajaran ini yaitu metode kooperatif dan metode ceramah
interaktif, maka dilihat perbandigan komunikasi interpersonal antar siswa di kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2. Peneliti melakukan Uji
test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa psebelum diberikan treatment. Data komunikasi interpersonal antar siswa
sebelum diberikan treatment dapat dilihat pada Tabel 4.19
Tabel 4.19. Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan
treatment
No Komunikasi Interpersonal antar
siswa sebelum diberikan treatment
X MIPA 1 X MIPA 2
1 63
58 2
60 64
3 60
61 4
61 62
5 60
63 6
68 57
7 63
55 8
60 62
9 60
59 10
59 65
No Komunikasi Interpersonal antar
siswa sebelum diberikan treatment
X MIPA 1 X MIPA 2
11 60
69 12
49 61
13 59
60 14
62 69
15 67
53 16
62 65
17 57
65 18
54 58
19 63
62 20
56 59
21 58
56 22
57 59
23 61
59 24
61 61
25 60
58 26
64 58
27 69
61 28
61 56
29 60
62 30
67 56
31 -
61 32
- 57
Rata- rata 60,7
60,34
Data komunikasi antara siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 kemudian diuji dengan menggunakan program SPSS. Uji
test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa kelas X MIPA 1 dan
Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan
treatment
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 0.357 dengan level signifikan
0,05, mean kelas X MIPA 1 = 60,70 , mean kelas X MIPA 2 = 60.34.
Oleh karena p = 0,722 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal awal antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum diberi
treatment tidak berbeda.
Group Statistics
Kelas N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Sebelum MIPA 1
30 60.7000
4.06965 .74301
MIPA 2 32
60.3438 3.76409
.66540
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed .056
.814 358 60
.722 .35625
.99487 -1.63378
2.34628 Equal variances
not assumed .357 58.793
.722 .35625
.99741 -1.63971
2.35221
f. Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas X
MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment. Untuk membandingkan perbedaan kedua metode pembelajaran
ini yaitu metode kooperatif dan metode ceramah interaktif dalam memingkatkan komunikasi interpersonal antara siswa, maka dilihat
perbandingan komunikasi interpersonal antar siswa di kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment. Peneliti melakukan
Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberi treatment. Data komunikasi interpersonal antar siswa setelah
diberikan treatment dapat dilihat pada tabel 4.21
Tabel 4.21. Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2 setelah menggunakan
treatment
No Komunikasi Interpersonal antar siswa
setelah diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 1
57 57
2 60
62 3
61 56
4 60
58. 5
60 59
6 57
60 7
65 64
8 57
61 9
58 66
10 58
59 11
61 61
12 63
54 13
49 58
14 60
57 15
62 66
16 66
58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa kelas X
MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.22. Hasil uji Test-T data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan
treatment
Group Statistics
code N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Setelah
MIPA1 32
61.5938 6.16891
1.09052 MIPA2
29 59.4138
2.83495 .52644
17 70
57 18
59 61
19 58
59 20
54 62
21 63
58 22
87 57
23 62
57 24
60 61
25 61
61 26
65 58
27 63
57 28
63 61
29 67
58 30
60 -
31 58
- 32
67 Rata-rata
61,59 59,41
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.800 dengan dengan level signifikan
0,05, mean kelas X MIPA 1 = 61,59 , mean X MIPA 2 = 59.41.
Oleh karena p = 0.079 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan
demikian secara statistik komunikasi interpersonal akhir antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberikan treatment tidak
berbeda. Salah satu instrumen pengukur tingkat komunikasi interpersonal
antar siswa adalaha angket. Angkat yang diberikan terdiri dari 20 pernyataan,mencakup 5 aspek, yaitu keterbukaan, empati, dukungan,
kepositifan, dan kesetaraan. Untuk aspek keterbukaan ada 4 indikator yaitu berani membuka diri, berani mengungkapkan pendapat secara
jujur, berani mengakui perasaan yang ditunjukan kepada orang lain, dan
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed 3.040
.086 1.743 59
.087 2,17996
1.25102 -.32333
4.68325 Equal variances
not assumed 1.800 44.459
.079 2.17996
1.21094 -.25982
4.61973
berani bertanggung jawab atas pernyataan atau perasaan yang dilontarkan. Masing-masing indikator ini terdiri dari 2 pernyataan. Pada
kelas X MIPA 1 pernyataan yang paling tinggi skornya adalah pernyataan nomor 6 dan nomor 3 yaitu “Saya bersedia merubah
pendapat saya bila ternyata pendapat saya salah” dan “Saya
mengatakan pendapat saya secara jujur bila orang lain meminta bantuan saya”. Pada saat pembelajaran berlangsung hal ini sangat kelihatan
ketika siswa siswa berdiskusi dengan metode kancing gemerincing. Setiap siswa memiliki pendapat yang berbeda, namun siswa tetap
berdiskusi dan memperbanyak referensi internet untuk mendukung setiap argumen yang dimiliki siswa hingga siswa menemukan jawaban
yang tepat. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 pernyataan yang memeiliki skor pal
ing tinggi adalah pernyataan nomor 1 yaitu “ Dalam kelompok saya terlebih dahulu menyapa”. Pada saat pembelajaran hal
ini begitu terlihat pada saat siswa masuk dalam kelompok baru yang dibentuk dengan game kursi bernomor.
Untuk aspek empati terdiri dari satu indikator yaitu mendengarkan pendapat orang lain nomor 8 yaitu Saya senang
mendengarkan pendapat dari orang lain. Pada kelas X MIPA 1 skor nomor 8 merupakan skor paling besar dibandingkan skor pada nomor
pernyataan lainnya. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa yang tidak ikut berdebat mendengarkan dengan baik setiap alur debat. Pada
saat teman lain menjelaskan di depan kelas setiap siswa juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendengarkan dengan baik apa yang dijelaskan, meski terkadang ada yag masih berbicara, tapi apa yang dibicarakan siswa adalah bagian dari
materi. Pada kelas X MIPA 2 skor untuk pernyataan nomor 8 setara dengan beberapa skor dari aspek lain, pada saat pembelajaran
berlangsung terkadang siswa tidak saling mendengarkan terutama ketika siswa bekerja dalam kelompok. Ada yang mendominasi
pembicaraan dan jarang mendengar pendapat teman lain dan ada yang menjadi pendengar pasif tanpa memberi kontribusi selama bekerja
sama dalam kelompok. Untuk aspek dukungan terdiri dari 3 indikator yaitu mendukung
pendapat teman, spontanitas, dan profesionalisme. Setiap indikator ini memiliki jumlah pernyataan yang berbeda. Pada kelas X MIPA 1
pernyataan 9 yang memiliki skor tertinggi yaitu “saya merasa memberikan dukungan kepada teman-teman adalah tindakan yang
baik”. Bentuk dukungan siswa sangat menonjol pada saat debat, setiap siswa dalam kelompok debat saling mendukung argumen teman satu
kelompoknya. Pada kelas X MIPA 2 pernyataan nomor 9 ini juga adalah pernyataan yang memiliki skor paling tinggi. Pada saat
pembelajaran di kelas X MIPA 2 dukungan yang diberikan siswa kepada temannya tidak begitu menonjol. Selama pembelajaran hanya
beberapa orang siswa dalam beberapa kelompok yang memberikan dukungan kepada teman, ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di
depan kelas dan menjelaskan keada siswa. Bentuk dukungan yang terlihat yaitu siswa meyakinkan temannya.
Untuk aspek kepositifan ada 3 indikator, yaitu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, menerima sikap orang lain, dan berani
memberikan pujian terhadap lawan bicara. Untuk kelas X MIPA 1 pernyataan yang paling besar bobotnya adalah 15 yang berbuyi “saya
memuji orang lain yang memperoleh prestasi’. Hal ini sangat berbeda dengan yang terjadi di kelas. Siswa jarang memberikan pujian kepada
temannya. Hanya beberapa siswa yang saling memuji siswa lain. Sedangkan untuk kelas X MIPA 2 pernyataan yang memiliki skor
teringgi adalah nomor 13 yaitu “ saya merasa diri mampu menjadi teman bicara yang baik bagi orang lain” . Hal ini sangat berbeda dengan
yang terjadi didalam kelas. Pada saat pembelajaran siswa-siswa yang biasa aktif selalu mendominasi pembicaraan sedangkan siswa-siswa
yang lain jarang berbicara. Selain pernyataan nomor 13, pernyataan yang memiliki skor paling tinggi juga adalah skor momor 15 yaitu “
saya memuji orang lain y ang memperoleh prestasi” . Hal ini juga sangat
tidak sesuai dengan kejadian selama pembelajaran berlangsung. Siswa jarang memberikan pujian kepada teman yang memperoleh prestasi.
Ketika ada teman yang bisa memecahkan persoalan dalam kelas misalnya ketika memperlajari hubungan usaha potensial dan energi,
hanya sau orang siswa yang berhasil menjawab benar dan bersedia menjelaskan kepada teman-teman sekelasnya. Teman-teman sekelasnya
tidak memberikan apresiasi, mereka hanya mencatat dan mencocokan jawaban saja.
Untuk aspek kesetaraan ada 2 indikator yaitu mampu menghargai pendapat orang lain dan mampu menghargai perbedaan. Masing-masing
indikator terdiri dari 2 pernyataan. Pada kelas X MIPA 1 Pernyataan yang memiliki skor paling tinggi yaitu pernyataan 18 dan 1
9 yaitu “saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka
pemecahan masalah” dan “dengan adanya perbedaan pendapat, wawasan saya akan semakian luas”. Hal ini sangat nampak ketika
pembelajaran di kelas, perbedaan pendapat sangat jelas ketika siswa berdebat. Masing-masing kelompok mempertahankan argumennya dan
berdebat untuk saling menemukan titik temu. Pada saat berdiskusi juga terjadi perbedaan kelompok antar siswa. Ketika terjadi perbedaan
pendapat, siswa tetap berdiskusi seperti biasa dan mencoba mencari jalan keluar dengan memperbanyak referensi. Sedangkan pada kelas X
MIPA 2 skor paling tinggi adalah pada nomor 18 yaitu “saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka pemecahan
masalah”. Perbedaan pendapat yang ada pada kelas X MIPA 2 itu jarang terjadi, karena siswa terkadang ikut-ikutan setuju ketika teman
lainnya berpendapat. Biasanya siswa percaya begitu saja terhadap saran atau pendapat dari teman yng dianggap pintar dalam kelompok atau
dari teman yang aktif mencari pemecahan masalah. Terkadang siswa bermental “ ikut-ikutan “.
g. Data dan Analisis komunikasi interpersonal awal antara guru
dan siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment
Sebelum diberi treatment yang berbeda pada dua kelas yang berbeda, peneliti ingin membandingkan dan melihat komunikasi
interpersonal awal antara siswa dan guru pada kedua kelas ini. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal
antara guru dan siswa sebelum diberikan diberikan treatment. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum diberikan
treatment dapat dilihat pada tabel 4.23. Tabel 4.23. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa
kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan treatment
No Komunikasi Interpersonal antara guru dan
siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 1
44 40
2 41
37 3
41 42
4 46
49 5
45 44
6 41
39 7
49 38
8 41
41 9
44 42
10 44
43 11
43 46
12 36
47 13
44 43
14 45
50 15
45 40
16 42
50 17
42 45
No Komunikasi Interpersonal antara guru dan
siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 18
36 42
19 46
44 20
44 44
21 47
42 22
41 43
23 44
45 24
42 41
25 42
44 26
43 44
27 48
45 28
45 40
29 43
45 30
51 43
31 -
38 32
- 41
Rata-rata 43.50
43.03
Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa dan guru
pada kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 Sebelum
menggunakan treatment
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Sebelum
MIPA1 30
43.5000 3.19212
.58280 MIPA2
32 43.0313
3.23772 .57235
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 0. 574 dengan dengan level signifikan
0,05, mean kelas X MIPA 1 = 43,50 , mean kelas X MIPA 2 = 43,03.
Oleh karena p = 0,568 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal awal antara guru dan siswa siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum
diberi treatment tidak berbeda. h.
Data dan Analisis komunikasi interpersonal anatara siswa dan guru setelah diberikan treatment yang berbeda
Setelah diberikan treatet berupa metode pembelajaran kooperatif pada kelas X MIPA 1 dan Metode pembelajaran ceramah interaktif
pada kelas X MIPA 2. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberikan
treatment. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberikan treatment dapat dilihat pada tabel 4.25
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Sebelum
MIPA1 30
43.5000 3.19212
.58280 MIPA2
32 43.0313
3.23772 .57235
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed .069
.794 .574 60
.568 .46875
.81723 -1.16595 2.10345
Equal variances not assumed
.574 59.842 .568
.46875 .81685 -1.16528
2.10278
Tabel 4.25. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 setelah menggunakan
treatment
Sampel Komunikasi Interpersonal antara guru dan
siswa setelah diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 1
44 40
2 41
44 3
48 41
4 42
42 5
45 40
6 40
43 7
54 43
8 43
44 9
44 51
10 47
44 11
44 47
12 46
41 13
36 40
14 47
42 15
45 50
16 38
41 17
52 40
18 45
44 19
46 45
20 39
44 21
50 47
22 43
40 23
44 45
24 40
43 25
46 43
26 49
44 27
46 43
28 44
44 29
50 45
30 42
- 31
43 -
32 54
- Rata-rata
44,91 43.45
Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa
kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.26.
Tabel 4. 26. hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah
menggunakan treatmen
t
Group Statistics
kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Setelah
MIPA1 32
44.9063 4.26811
.75450 MIPA2
29 43.4483
2.78499 .51716
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1,594 dengan level signifikan
0,05, mean X MIPA 1 = 44.91 , mean kelas X MIPA 2 = 43,45.
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
T Df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor
Equal variances
assumed 3.733
.058 1 .562 59
.124 1.45797
.93334 -.40963
3.32558 Equal
variances not assumed
1.594 59.819 .117
1.45797 .91473
-.37609 3.29203
Oleh karena p = 0,117 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal akhir antara guru dan siswa siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum
tidak berbeda. Salah satu instrumen pengukur tingkat komunikasi interpersonal
antara guru dan siswa adalah angket. Angket yang diberikan terdiri dari 15 pernyataan ini mencakup 5 Aspek, yaitu keterbukaan, empati,
dukungan, kepositifan, dan kesetaraan. Untuk aspek keterbukaan ada 4 indikator yaitu keterbukaan siswa pada guru pada saat mengalami
kesulitan dalam memahami materi, siswa berani mengancungkan tangan dan berpendapat saat guru bertanya, siswa berani untuk jujur
atau tidak ketika mengalami kebingungan, dan menerima dan bersedia merubah pendapat atau marah saat guru mengatakan pendapat siswa
belum tepat. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan yang mendapat skor paling tinggi adalah pernyataan nomor 5 yaitu “saya bersikap tenang
saat guru mengatakan bahwa saya p endapat saya belum tepat”. Pada
saat berinteraksi dalam kelas, beberapa kali siswa mengalami miskonsepsi dan ada beberapa siswa yang salah ketika mengerjakan
soal latihan, ketika dikomentari peneliti siswa menerima dan mencoba mengerjakan lagi. Sedangkan pada kelas X MIPA 2
pernyataan yang mendapat skor tetinggi adalah pernyataan nomor 3 yaitu “ saya bersedia untuk mendengar penjelasan guru”. Pada saat
pelajaran berlangsung siswa sangat antusias untuk mendengarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penjelasan dari peneiti, namun respon sebagia siswa setelah mendengarkan adalah pasif.
Untuk aspek empati ada satu indikator yaitu kemauan siswa untuk mendengarkan guru dan tidak bermain HP pada saat guru
mejelaskan materi. Indiktor ini memiliki 3 pernyataan, pernyataan yang memiliki skor paling tinggi pada kelas X MIPA 1 yaitu
pernyataan “ saya bersedia mendengarkan pendapat guru, meskipun berbeda dengan pendapat saya”. Selama penelitian, sering terjadi
perbedaan pendapat antara siswa dengan guru dan siswa, misalnya siswa sering bingung dalam menentukan titik acuan unutk nilai h
ketinggian pada persamaan energi potensial. Namun, siswa tetap mendengarkan penjelasan peneliti. Pada kelas X MIPA 2 , pernyataan
yang mendapat skor paling tinggi sama dengan kelas X MIPA 1. Perbedaan pendapat yang peneliti jumpai selama pembelajaran hanya
terjadi pada satu kelompok yaitu kelompok 2 dengan siswa yang bernomor absen 13. Sedangkan siswa lain itu tidak beradu pendapat
dengan peneliti, maka dapat disimpulkan siswa tidka konsisiten dan tidak serius pada ssaat mengisi angket karena pada kenyataannya apa
yang terjadi selama pembelajaran tidak sesuai deengan apa yang diisi siswa dalam angket.
Untuk aspek dukungan, ada satu indikator yaitu spontanitas siswa saat menjawab pertanyaan guru. Satu indikator ini memiliki
satu pernyataan yaitu “Saya akan memberikan respon secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
spontan pada saat guru bertanya”. Pada kelas X MIPA 1 pernyaatan ini juga memiliki skor yang tinggi. Pada saat
meaksanakan penelitian terkadang siswa merespon spontan dengan menjawab secara bersama-sama tanpa menunjuk tangan untuk
menjawab pada saat peneliti bertanya. Pada kelas X MIPA 2 pernytaan diatas merupakan pernyataan dengan skor paling rendah.
Pada kenyataanya siswa menjawab secara spontan jika peneliti bertanya dan lebih siswa lebih sering menjawab bersama-sama.
Ketidak seriusan siswa mengisi angket kembali terjadi. Untuk aspek Kepositifan ada 2 indikator, dengan jumlah
pernyataan masing-masing 1. Pada kelas X MIPA 1 skor tertinggi yaitu pada pernytaaan “Saya menyambut baik setiap kritikan dan
saran dari guru tentang pendapat saya”. Saat berdiskusi dengan siswa, siswa tetap semangat berdiskusi dan memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi ketika pendapatnya berbeda dengan pendapat peneliti. Pada kelas X MIPA 2 pernyataan diatas merupakan
pernyataan dengan skor tertinggi, pada kenyataannya hal ini benar- benar terjadi. Ketika terjadi perbedaan pendapat siswa akan
menyembut baik setiap kritikan dan saran dari peneliti dan mencoba mencari tahu kebearannya, namun hal ini terjadi hanya
pada beberapa siswa yang angktif dikelas. Untuk aspek kesetaraan ada 2 indikator dengan jumlah
pernyataan yang berbeda. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki skor paling tinggi adalah “Saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka pemecahan
masalah”. Siswa tetap berdiskusi dengan baik meskipun terjadi perbedaan
pendapat dengan guru. Pernyataan diatas juga merupakan pernyataan yang memiliki skor tertinggi pada kelas X MIPA 2.
Pada kenyataanya perbedaaan pendapat antara peneliti dan siswa itu jarang terjadi.
i. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah
diberi treatment
a Data kategorisasi
Tabel 4. 27. Kategorisasi komunikasi interpersonal antr siswa X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi
treatment
Kode siswa
X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
1 57
baik 57
baik 2
60 baik
62 baik
3 61
baik 56
baik 4
60 baik
58 baik
5 60
baik 59
baik 6
57 baik
- 7
65 sangat baik
60 baik
8 57
baik 64
baik 9
58 baik
61 baik
10 58
baik 66
sangat baik 11
61 baik
59 baik
12 63
baik 61
baik 13
49 cukup
54 baik
14 60
baik 58
baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b D a
ta Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2
Tabel 4.28. Prosentase X MIPA 1 setelah diberi treatment
Tabel 4.29. Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment
Interval Frekuensi
Prosentase kategori
20-34 kurang
35-49 cukup
50-64 27
93,1 baik
65-80 2
6,89 sangat baik
Kode siswa
X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
15 62
baik 57
baik 16
66 baik
66 sangat baik
17 70
sangat baik 58
baik 18
59 baik
57 baik
19 58
baik 61
baik 20
54 baik
- 21
63 baik
59 baik
22 57
sangat baik 62
baik 23
62 baik
58 baik
24 60
baik 57
baik 25
61 baik
57 baik
26 65
sangat baik -
27 63
baik 61
baik 28
63 baik
61 baik
29 67
sangat baik 58
baik 30
60 baik
57 baik
31 58
baik 61
baik 32
67 sangat baik
58 baik
Mean 61,59
baik 53,84
baik
interval frekuensi
Prosentase kategori
20-34 kurang
35-49 1
3,13 cukup
50-64 24
75 baik
65-80 7
21,88 sangat baik
Analisis porsentase dan kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 hanya dianalisis dari data
komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan dalam tabel 4.27 X
MIPA 1. Komunikasi interpersonal antara siswa selama pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif diperoleh sebanyak 21,88
siswa termasuk dalam kategori komunikasi interpersonal anatar siswa sangat baik, sebanyak 75 termasuk dalam kategori baik, dan
sebanyak 3,13 termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 sebanyak 6,89 siswa termasuk dalam kategori
komunikasi interpersonal antar siswa sangat baik dan sebanyak 93,1 termasuk dalam kategori baik. Namun rata-rata komunikasi
interpersonal antar siswa setelah diberi treatment berbeda meskipun dalam kategori yang sama, yaitu kategori baik. Rata- rata akhir
komunikasi interpersonal antara siswa pada tabel 4.26, kelas X MIPA 1 adalah 61,59 lebih besar dari rata-rata akhir komunikasi
interpersonal antar siswa pada kelas X MIPA 2 yaitu 53,84. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
j. Data dan analisis kategorisasi serta porsentase tingkat komunikasi interpersonal antara guru siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA
a Data kategorisasi
Tabel 4.30. Kategorisasi X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi
treatment
Kode siswa X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
1 44
baik 40
baik 2
41 baik
44 baik
3 48
sangat baik 41
baik 4
42 baik
42 baik
5 45
baik 40
baik 6
40 baik
- 7
54 sangat baik
43 baik
8 43
baik 43
baik 9
44 baik
44 baik
10 47
baik 51
Sangat baik 11
44 baik
44 baik
12 46
baik 47
baik 13
36 cukup
41 baik
14 47
baik 40
baik 15
45 baik
42 baik
16 38
baik 50
Sangat baik 17
52 sangat baik
41 baik
18 45
baik 40
baik 19
46 baik
44 baik
20 39
baik -
21 50
sangat baik 45
baik 22
43 baik
44 baik
23 44
baik 47
baik 24
40 baik
40 baik
25 46
baik 45
baik 26
49 sangat baik
- 27
46 baik
43 baik
28 44
baik 43
baik 29
50 sangat baik
44 baik
30 42
baik 43
baik 31
43 baik
44 baik
32 54
sangat baik 45
baik Mean
44,91 baik
39,38 baik
b Data Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment
Tabel 4. 31. Porsentase X MIPA 1 setelah diberi treatment
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
15-25 kurang
26-36 1
3,13 cukup
37-47 24
75 baik
48-60 7
21,88 sangat baik
Tabel 4. 32. Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
15-25 kurang
26-36 cukup
37-47 27
93,10 baik
48-60 2
6,89 sangat baik
Analisis porsentase
dan kategorisasi
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA
2 hanya dianalisis dari data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti
yang disajikan dalam tabel 4.30, yaitu tabel kategorisasi tingkat komunikasi interpersonal antara guru dan siswakelas X MIPA 1
sebanyak 21, 88 siswa masuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 75 masuk dalam kategori baik, dan sebanyak 3, 13
siswa masuk dalam kategori cukup. Sedangakan pada tabel 4.31 untuk kelas X MIPA 2 sebanyak 6, 89 siswa masuk dalam
kategori sangat baik dan sebanyak 93,10 siswa termasuk dalam kategori baik. Dari perbandingan kedua tabel 4.30 dan tabel 4.31
diatas dapat dilihat pada porsentase kategori sangat baik lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
besar pada kelas X MIPA 1 dibanding kelas X MIPA 2. Dari hasil rata-rata komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah
diberi treatment pada tabel 4.29 kelas X MIPA 1 memperoleh mean 44,91 lebih besar dari kelas X MIPA 2 yaitu 39,38.
k. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2
berdasarkan penilaian observer siswa selama pembelajaran berlangsung
a Data kategorisasi
Tabel 4.33. Kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 dan X MIPA 2 berdasarkan penilaian
observer siswa
Kode siswa X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
1 9
Sangat baik 5
cukup 2
5 cukup
2 kurang
3 3
cukup 6
baik 4
6 baik
7 baik
5 5
cukup 5
cukup 6
5 cukup
5 cukup
7 7
baik 7
baik 8
7 baik
5 cukup
9 6
baik 3
cukup 10
7 baik
6 baik
11 8
baik 7
baik 12
2 kurang
7 baik
13 7
baik 6
baik 14
8 baik
3 cukup
15 7
baik 4
cukup 16
7 baik
4 cukup
17 9
Sangat baik 4
cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Data Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2
Tabel 4.34. Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 berdasarkan penilain observer siswa
Tabel 4.35. Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 2 berdasarkan penilain observer siswa
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
0 - 2 2
6,25 Kurang
3 - 5 15
46,88 Cukup
6 - 8 14
43,75 Baik
9 -12 1
3,13 Sangat baik
Kode siswa X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
18 8
baik 5
cukup 19
7 baik
6 baik
20 8
baik 8
baik 21
5 cukup
3 cukup
22 7
baik 6
baik 23
10 Sangat baik
4 cukup
24 7
baik 5
cukup 25
9 Sangat baik
5 cukup
26 10
Sangat baik 7
baik 27
8 baik
4 cukup
28 8
baik 2
kurang 29
8 baik
7 baik
30 7
baik 6
baik 31
5 cukup
9 Sangat baik
32 10
Sangat baik 8
baik Mean
7,03 Sangat baik
5,34 Cukup
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
0 - 2 1
3,13 Kurang
3 - 5 6
18,75 Cukup
6 - 8 19
59,38 Baik
9 -12 6
18,75 Sangat baik
Analisis porsentase
dan kategorisasi
komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2
dianalisis dari data komunikasi interpersonal siswa pada saat diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan
pada tabel 33 yaitu tabel porsentase komunikasi interpersonal siswa berdasarkan penilaian observer sebanyak 18, 75 siswa
masuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 5,38 masuk dalam kategori baik, sebanyak 18,75 siswa masuk dalam kategori
cukup, dan sebanyak 3,13 siswa masuk dalam kategori kurang. Hasil analisis prosentase pada kelas X MIPA 1 jauh berbeda
dengan hasil analisis data prosentase pada kelas X MIPA 2. Pada kelas X MIPA 2 sebaanyak 3, 125 siswa masuk dalam kategori
sangat baik, sebanyak 43,75 siswa termasuk dalam kategori baik, sebanyak 46, 88 siswa masuk dalam kategori cukup dan
sebanyak 6,25 siswa masuk dalam kategori kurang. Dari perbandingan kedua tabel 4.34 dan tabel 4.35 diatas dapat dilihat
pada porsentase kategori sebagian besar kelas X MIPA 1 berada pada kategori baik yaitu sebanyak 56,25 , sedangkan kelas X
MIPA 2 lebih dominan berada pada kategori cukup yaitu sebnayak 46, 875 . Dari hasil rata-rata komunikasi interpersonal antar
siswa pada tabel 4.32 pun mean yang diperolah kelas X MIPA 1 lebih besar yaitu 7, 03 dan termasuk kategori baik, sedangkan
kelas X MIPA 2 memilik mean 5,34375 dan termasuk pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kategori cukup. Maka selama pembelajaran berlangsung
berdasarkan penilaian observer yaitu komunikasi interpersonal yang terjalin anatara siswa dikelas X MIPA 1 yang meggunakan
metode kooperatif lebih meningkat daripada komunikasi interpersonal pada kelas X MIPA 2 yang diajar dengan metode
ceramah interaktif. c
Data dan analisis kategorisasi serta porsentase tingkat komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA
2 berdasarkan penilaian Observer
Tabel 4.36. Komunikasi interpersonal antara peneliti dan siswa selama pembelajaran berlangsung
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
Kamis, 9 Maret 2017
X MIPA 2
3 3
Bertanya tentang mengapa mereka diberi pretest,
padahalmateri belum dipelajari 4
4
4
3
1
4 orang siswa protes karena
kelompok yang
mereka dapatkan tidak sesuai dengan
yang mereka mau
Ketika berdiskusi
dalam kelompok
dan peneliti
membimbing diskusi, 4 orang siswa bertanya contoh-contoh
energi
Pada saat belajar tentang
teorema usaha dan energi kinetik ada 6 siswa yang
bertanya dan meminta agar peneliti menjelaskan secara
rinci
1 orang siswa aktif bertanya
tentang energi
petensial gravitasi. Setelah paham siswa
ini yang bernama Arta maju
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
dan menjelaskan
kepada peneliti dan teman-teman
sekelas.
5
7 kelomp
ok Perwakilan
dari kelompok
yait 1 orang
Beberapa siswa dalam 7 , yatu kelompok 1,2,3,5,6,7,
dan 8 kelompok aktif bertanya mengenai
latihan soal.
Sedangkan kelompok 4 hanya diam
saja. Berasarkan
pengematan peneliti,
kelompok 4
jarang berkomunikasi engan peneliti
meski beberapa kalai peneliti mencoba
membangun kmunikasi, namun
mereka hanya senyum dan terkdang
menjawab singkat.
Perwakilan dari masing- masing kelompok
menegerjakan soal latihan didepan kelas dan
menjelaskan kepada teman- teman lain.
Kamis , 9 Maret 2017
X MIPA 1
7 4 orang
siswa
4 orang siswa bertanya mengapa diadakan prestest
padahal materinya belum dipelajari
8
8 kelompok
Beberapa siswa dalam
kelompok merasa kebingungan ketika
menggunakan metode kancing gemerincing, sehingga setiap
kelompok kerap kali memeanggil peneliti untuk
menjelaskan secara berulang- ulang cara menggunakan
kancing
Satu kelompok menegalami
masalah, yaitu salah satu temannya tidak mau berbicara.
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
1
kelompok Akibarnya ketua kelompok
memanggil peneliti
dan teman-teman
lainnya juga
berkomentar bahwa salah satu orang teman mereka tidak mau
berbicara akibatnya mereka tidak bisa berpendapat saat
menyusun
argumen debat,
namun karena kondisi tersebut siswa
yang tidak
mau berbicara akhirnya berbicara
Senin, 13 Maret 2017
X MIPA 1
4 30 Menit
2
Kelomp ok yang
berdeba t
Secara umum 2 kelompok
yang berdebat berkomunikasi kepada peneliti. Namun, dari
hasil ada 2 orang siswa yang tidak aktif berdebat.
Kamis, 16 Maret 2017
X MIPA 2
3 10 menit
- Mengisi angket
4 30 Menit
7 siswa
1 siswa
5 siswa
7 orang siswa aktif mengankat
tangan dan menjawab pertanyaan diawal
pembelajran
1 orang siswa yang aktif bertanaya kepada peneliti dan
berdiskusi bersama peneliti sedangkan siswa lain hanya
berdiskusi dengan teman lain.
3 orang siswa yang merupakan
perwakilan dari kelompok yang kurang akif untuk
menjelaskan hukum energi mekenakik pada benda jatuh
bebas pada posisi tertentu, sedangkan 2 orang lainnya
menrupakan sukarelawan yang mau mengerjakan soal latihan
sekaligus menjelaskan penyelesaiannya kepad ateman
lain
5 30 Menit
Post test
Waktu posttest siswa 25 menit, 5 menit lainnya
diguanakn unutk proses pembelajaran
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
Kamis, 16 Maret 2017
X MIPA 1
7 30 2 kelompok
yang berdebat
Debat unutk kelompok yang
kedua ini agak berbeda dengan debat dari kelompok yang
pertama, perdebatan
dari kelompok yang kedua ini
sanagat memakan waktu yag lama, karena siswa merasa
berkompetisi unutk menenang. n pada saat berdebat mereka
lebih berkomunikasi anatar siswa. Namun, beberapa kali
siswa
bertanaya kepada
peneliti karena ada beberapa pernyataan
kelompok pro
yang sudah benar namun tetap dibantah
oleh kelompok
kontra. 8 20
Semua
kelomp ok
Satu
kelomp ok
Secara
umum semua
kelompok aktif
bertanya kepada peneliti ketika mereka
harus menemukan hubungan usaha dan energi kinetik dan
hubungan usaha dan energi potensial.
Salah satu kelompok bersedia
maju menjelaskan
kepada teman-teman, namun karena
salah siswa tersebut meminta bimbingan peneliti.
Senin, 27 Maret 2017
X MIPA 1
1 30 Menit
Semua
kelomp ok
Semua
kelomp ok
Secara umum semua
kelompok aktif bertanya kepada peneliti ketika
menyelesaikan latian soal.
Setiap kelompok mendapat kesempatan menjeleaskan
peneyelasian soal didepan kelas dan meminta konfirmasi
dari peneliti. Ketika penenlit bertanya setiap kelompok juga
berusaha unutk menjelaskan kapada peneliti dan kepada
teman-teman lain.
Kamis, 6 April 2017
X MIPA 1
7 30 menit
3
Kelomp
Setelah berdiskusi, 3 Kelompok maing-masing
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
ok
Perwaki
lan dari setiap
kelomp ok yang
sudah berdisk
usi mendapatkan kesempatan
unutk menjelaskan hukum kekekalan energi pada benda
jatuh bebas pada posisi tertetu dan selanjtunya meminta
konfirmasi dari peneliti serta memberi kesempatan kepada
peneliti unutk bertanya. Kelompok juga aktif
menjawab pertanyaan peneliti .
Setiap kelompok mengutus
perwakilannya untuk mengerjakan soal latihan.
Stelah mnegerjakan setiap orang menjelaskan dan aabil
aada pertanyaan dari peneliti, setiap orang yang
mengerjakan soal latihan akan menjwaba pertanyaan dan
kalau tidak bisa dijaab maka teman satu kelompoknya akan
membantu menjawan.
8 30 Menit
Post test
Waktu post test 22 menit.
Dari tabel diatas secara umum dapat dilihat bahwa siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif memiliki tingkat komunikasi
interpersonal antara siswa dan guru yang baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi siswa yang sering melakukan komunikasi bersama guru
dalam setiap pertemuan. Pada saat pembelajaran kooperatif siswa lebih dituntut untuk dominan beraktivitas dalam kelas baik dalam hal
mencari materi maupaun dalam hal berkomunikasi. Setelah dilakukan treatment di kelas X MIPA 1 dengan metode
kooperatif ada 2 orang siswa yang memiliki skor paling rendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan skor kategorisasi dari data komunikasi interpersonal antar siswa yang dikumpulkan oleh observer siswa ada 2 orang siswa yang
memiliki skor paling rendah yaitu siswa dengan kode 3 dan 12. Skor yang diperoleh siswa sangat rendah yaitu 3 untuk siswa dengan kode
siswa 3 dan 2 untuk siswa dengan kode siswa 12. Menyadari hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kedua siswa tersebut. Berikut
adalah alasan ketidakaktifan siswa untuk berkomunikasi antara siswa yaitu
1 Siswa merasa lebih nyaman untuk berdiskusi dengan guru,
karena guru sudah mengerti materi yang didiskusikan siswa. Siswa tidak merasa nyaman ketika berdiskusi antar siwa karena
pemahaman yang
mereka miliki
minim dibandingkan
pemahaman guru. Dengan demikian siswa merasa kesulitan saat berbicara dan siswa lebih suak berdiskusi dengan guru.
2 Pada saat berdiskusi siswa bingung apa yang mau didiskusikan,
karena ketidakpahaman siswa pada materi. 3
Siswa juga merasa dalam kelompok terkadang siswa tidak didengarkan oleh siswa lain, selain itu siswa juga tidak suka
dikritik oleh siswa lain karena siswa tidak mau mencari alasan apabila siswa sedang dikritik.
Pembahasan 1.
Prestasi Belajar
Dari hasil Uji T Test Pretest kemampuan awal siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 adalah tidak signifikan. Artinya tidak ada perbedaan tingkat
pemahaman awal siswa sebelum diberikan treatment. Setelah diberikan treatment yang berbeda pada kedua kelas yaitu
ceramah interaktif untuk kelas X MIPA 2 dan metode pembelajaran kooperatif untuk kelas X MIPA 1, kedua kelas diberikan posttest pada
kedua kelas. Skor rata-rata posttest lebih timggi daripada pretest. Hasil uji T menunjukan adanya perbedaan yang signifikan, dengan demikian baik
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif maupun dengan menggunakan metode ceramah interaktif sama-sama meningkatkan
prestasi belajar siswa. Penelitian ini mendukung teori dari Thomas Lickona, Arend, dan
Roger yang
mengatakan bahwa
pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan pencapaian akademis, salah satunya yaitu prestasi belajar
siswa yang meningkat setelah menggunakan pembelajaran kooperatif. Penelitian ini juga mendukung teori dari Suparno Suparno, 2013:
180 yang mengatakan bahwa pada umumnya metode ceramah yang digabungkan dengan beberapa metode akan membuat siswa sungguh aktif
dan berpikir membangun pengetahuannya. Metode ceramah siswa aktif yang dilakukan peneliti digabugkan dengan metode demonstrasi, metode
diskusi kelompok , serta menggunakan media pembelajaran berupa PPT, dengan demikian siswa sungguh aktif dan berpikir mambangun
pengetahuannnya, sehingga prestasi belajar siswa setelah diberi treatment akan meningkat.
Untuk melihat perbandingan prestasi belajar pada kedua kelas ini, maka dilakukan uji T menggunakan analisis Independent Sample. Secara
statistik peningkatan prestasi belajar dari kedua kelas adalah tidak signifikan atau sama .
2. Komunikasi interpersonal