Analisis perbandingan antara metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal dan prestasi belajar siswa kelas X MIPA pada materi energi di SMAN 1

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI

DI SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Nama : Kristina Novitasari Juur NIM : 131424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI

DI SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Nama : Kristina Novitasari Juur NIM : 131424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. ( Kolose 3: 23)

Jangan memulai sesuatu yang tak ingin kamu selesaikan dan jangan berhenti menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai.

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus, sahabat terbaik dan teristimewa  Bunda Maria Pendoa setia

 Kelurga tercinta Alm. Mama Yuliana Niat, Alm. Maria, Bapak Hieronimus Dembot, Mama Anastasia Sustriani, dan Kedua adik Leonardo Henry Dembot serta Evodius Frederick Dembot yang tak pernah berhenti berdoa dan selalu memberi dukungan

 Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2013  Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma


(6)

v

atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, 24 Juli 2017 Penulis,

Kristina Novitasari Juur


(7)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Kristina Novitasari Juur

Nomor Induk Mahasiswa : 131424029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya berjudul:

ANALSISI PERBANDINGAN ANTARA METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DAN CERAMAH INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI DI SMA N 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Unversitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu

meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai Penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 24 Juli 2017

Yang menyatakan


(8)

vii

PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN CERAMAH INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI DI SMAN 1

DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA”

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Sanata Dharma.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif dalam meningkatkan prestasi dan komunikasi interpersonal pada pokok bahasan energi.

Pelaksanaan penelitian ini selama satu bulan dari bulan Maret hingga April 2017. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas X MIPA 1 (kelas yang menggunakan metode kooperatif) dan siswa-siswi kelas X MIPA 2 (kelas yang menggunakan metode ceramah interaktif). Kelas X MIPA 1 berjumlah 32 siswa dan kelas X MIPA 2 berjumlah 32 siswa. Data diperoleh dari hasil pretest dan posttest untuk mengukur peningkatan prestasi siswa , angket dan observasi siswa untuk mengukur peningkatan komunikasi intepersonal siswa. Untuk mengetahui peningkatan prestasinya diperoleh dari nilai pretest dan posttest berupa 7 soal esay. Dan untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonalnya diperoleh dari angket komunikasi interpersonal antar siswa yang terdiri dari 20 pernyataan dan angket komunikasi interpersonal antara guru dan siswa yang terdiri dari 15 pernyataan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis angket komunikasi interpersonal antara guru dan siswa meningkat di kelas X MIPA , namun komunikasi interpersonal antara siswa di kelas X MIPA 1 tidak meningkat. Sedangkan di kelas X MIPA 2 yang menggunakan metode pembelajaran ceramah interaktif komunikasi interpersonal antar siswa dan komunikasi intepersonal antara guru dan siswa tidak meningkat. Dari hasil analisis penilaian observer komunikasi interpersonal antara siswa dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1 lebih meningkat daripada kelas X MIPA 2 Kata Kunci : Metode Kooperatif, Metode Ceramah Interkatif, Peningkatan Prestasi,


(9)

viii

METHOD AND INTERACTIVE LECTURE TO IMPROVE

INTERPERSONAL COMMUNICATION AND STUDENT LEARNING

ACHIEVEMENT OF CLASS 10th NATURE OF SCIENCE ON ENERGY

SUBJECT IN SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA"

Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teachers and Education, University of Sanata Dharma.

The purpose of this research is to know the comparison between cooperative learning method and interactive lecture to improve achievement and interpersonal communication on energy subject.

This research was done from March to April 2017. The subjects were students of class X MIPA 1 (class using cooperative method) and students of class X MIPA 2 (class using interactive lecture method). Class X MIPA 1 consisted of 32 students and class X MIPA 2 consisted of 32 students. Data was obtained from the pretest and posttest result to measure improvement of student achievement, questionnaire and student observation to measure improvement of student intepersonal communication. To know the improvement of his achievement is obtained from the value of pretest and posttest in the form of 7 problems essay. And to know the improvement of interpersonal communication obtained from questionnaire interpersonal communication between students consisting of 20 statements and questionnaire of interpersonal communication between teacher and student which consist of 15 statements.

The result of the research shows that cooperative learning method and interactive lecture improve student's learning achievement, while the result of questionnaire for interpersonal communication between students or between teacher of class X MIPA 1 and X MIPA 2 through independent group t test is not significant, but from the observer's observation result. Interpersonal communication between students or interpersonal communication between teachers and students increases after using the cooperative method

Keywords: Cooperative Method, Interactive Lecture Method, Performance Improvement, Interpersonal Communication, Energy


(10)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Perbandingan antara Metode Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MIPA pada Materi Energi di SMAN 1 Depok SlemanYogyakarta”.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi agar peneliti tetap semangat dan giat untuk berkonsultasi, kritik dan saran untuk perbaikan penulisan menjadi lebih baik

2. Dr. Domi Severinus, M.Si., yang telah membantu dalam memvalidasi instrument penelitian serta membarikan motivasi untuk tetap semangat dan rajin menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapa Hieronimus Dembot dan Mama Anastasia Sustriani Unur yang setiap waktu selalu ada untuk memberi dukungan, kasih sayang, dan doa kepada peneliti. 4. Kedua adik Leonardo Henry Dembot dan Evodius Frederick Dembot yang

menjadi penghibur tersendiri bagi peneliti

5. Kepala sekolah SMAN 1 Depok yang sudah memberikan ijin pelaksanaan penelitian

6. Ibu Barbara Elena Nanlessy S.Pd. selaku guru fisika X MIPA 1 dan MIPA 2 SMAN 1 Depok yang telah banyak membantu dan memberikan masukkan yang berharga buat peneliti agar selalu semangat.

7. Siswa/i kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 SMAN 1 Depok yang sudah mau bekerja sama dan membantu peneliti selama penelitian ini berlangsung, serta memberi semangat pada peneliti untuk segera memperpanjang nama.

8. Keluarga besar Persekutuan Doa Pekerja Muda Karismatik Katolik ( PDPKK) Rhema Yogyakarta yang selalu memotivasi, mendoakan, menghibur, dan menjadi tempat berbagi paling nyaman.


(11)

x

10. Teman-teman pendidikan Fisika 2013 yang memberikan motivasi, semangat, dan masukan.

Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Yogyakarta, 24 Juli 2017 Penulis

Kristina Novitasari Juur 131424029


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ....xi

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Bagi sekolah ... 7

2. Bagi calon guru dan guru ... 7

3. Bagi siswa ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kontruktivis ... 8

1. Pengertian belajar ... 8

2. Pengertian Pembelajaran ... 9

3. Pengertian konstruktivisme ... 10

B. Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif ( Ceramah Siswa Aktif) ... 12

1. Pembelajaran Kooperatif ... 12

2. Pembelajaran Gabungan (TPS - kancing gemerincing- debat) ... 16


(13)

xii

1. Pengertian Komunikasi ... 23

2. Pengertian komunikasi interpersonal ... 24

E. Materi Energi ... 30

1. Energi ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Design Penelitian ... 39

B. Tempat Penelitian ... 40

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 40

D. Waktu Penelitan ... 40

E. Treatment ... 41

F. Instrumen Penelitian ... 42

1. Instrumen Pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 42

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 43

G. Validitas ... 68

H. Metode Analisis... 68

BAB IV DATA DAN ANALISIS A. PelaksanaaPenelitian...67

B. Data dan Analisis Data... 102

C. Pembahasan... 158

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...166

B. Saran... 167

DAFTAR PUSTAKA...169


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi soal posttest... 44

3.2 Kisi-kisi soal pretest... 50

3.3 Kisi-kisi kuisioner interpersonal... 57

3.4 Kisi-kisi penilaian observer... 64

3.5 Skor pernyataan kuisioner komunikasi interpersonal interpersonal ... . 70

3.6 Porsentase komunikasi interpersonal antar siswa berdasarkan kategorisasi.. 74

3.7 Porsentase komunikasi interpersonal antara guru dan siswa berdasarkan kategorisasi ... 76

3.8 Porsentase komunikasi interpersonal antara siswa dari penilaian observasi berdasarkan kategorisasi... 81

4.1 Proses pelaksanaan penelitian kelas X MIPA 1 ... ... 83

4.2 Proses pelaksaaan penelitian kelas X MIPA 2... 87

4.3 Data dan nilai pretest dan posttest kelas X MIPA 1... 104

4.4 Hasil uji test Tpretest dan posttest kelas X MIPA 1... 105

4.5 Data dan nilai pretest dan posttest kelas X MIPA 2... 106

4.6 Hasil uji test Tpretest dan posttest kelas X MIPA 2... 107

4.7 Data dan nilai pretest kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA2... 109

4.8 Hasil uji test T pretest kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA2... 109

4.9 Data dan nilai posttest kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA2... 111

4.10 Hasil uji test Tposttest kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA2... 112

4.11 Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1... 116

4.12 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIPA 1... 117

4.13 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1... 118


(15)

xiv

treatment pada kelas X MIIPA 2... 121

4.16 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan

sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2... 122

4.17 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2... 124 4.18 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa

sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA... 125 4.19 Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2

sebelum menggunakan treatment... 126

4.20 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan treatment... 128 4.21 Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2

setelah menggunakan treatment... 129 4.22 Hasil uji Test-T data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA

1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan treatment... 130 4.23 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan

X MIPA2 sebelum menggunakan treatment... 136 4.24 Tabel 4.24. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru

dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 Sebelum menggunakan treatment 137 4.25 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan

X MIPA2 setelah menggunakan treatment... 139

4.26 hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan treatment... 140 4.27 Kategorisasi komunikasi interpersonal antr siswa X MIPA 1 dan X MIPA

2 setelah diberi treatment... 144 4.28 Tabel 4.28. Prosentase X MIPA 1 setelah diberi treatment...


(16)

xv

144 4.30 Kategorisasi X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment...

147 4.31 Porsentase X MIPA 1 setelah diberi treatment...

148 4.32 Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment...

148 4.33 Kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 dan X

MIPA 2 berdasarkan penilaian observer siswa... 149 4.34 Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 berdasarkan

penilain observer siswa... 150 4.35 Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 2 berdasarkan

penilain observer siswa... 150 4.36 Komunikasi interpersonal antara peneliti dan siswa selama pembelajaran


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Perubahan posisi benda yang diberi gaya F... 32 2.2 Benda yang diangkat setinggi h dari tanah... 35 2.3 benda yang bergerak vertikal ke bawah dari keadaan hingga keadaan

... 36

2.4 sebuah benda yang jatuh bebas

4.1 Gambar seorang siswa sedang menjelaskan hubungan energi potensial dengan usaha...

92

4.2 Gamabar posisi benda yang dijelaskan siswa... 95 4.3 Gambar siswa sedang mempresentasikan materi hukum kekekalan pada

gerak jatuh bebas... 102


(18)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ketika suatu negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan, maka negara tersebut tidak membangun sumber kekuatan, sumber kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber martabatnya yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan karakter rakyatnya. (Raka, Gede dkk. 2011: 3).

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) (Suparno, 2012. 7-8) salah satu nilai yang dianggap sebagai nilai karakter bangsa yang perlu ditanamkan kepada anak didik sekolah adalah Nilai bersahabat/ Komunikasi.

Komunikasi ada dimana-mana: di rumah, di kampus, di kantor, di pasar, di tempat-tempat ibadah, dsb. Para ahli menyebutkan lebih dari 80 % alokasi waku kita dalam satu hari digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi menjadi salah satu faktor utama yang dapat meningkatkan kualitas hubungan kita dengan sesama, bahkan kitapun tak dapat hidup tanpa berkomunikasi dengan sesama kita. Komunikasi memperantarai setiap aliran informasi dalam relasi kita dengan sesama.


(19)

Beberapa berita yang kita baca di media massa akhir-akhir ini memperlihatkan betapa merosotnya moral bangsa akibat kurangnya komunikasi dalam menjalin sebuah relasi. Kompas.com terbitan 28 Juni 2011 menulis bahwa sejak periode 2006 sampai bulan Mei 2011, jumlah seluruh pengaduan masyarakat yang masuk ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) terkait pelanggaran disiplin dokter mencapai 135 laporan. Hal ini terjadi karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien, dari 135 kasus 80% terjadi karena komunikasi yang kurang baik. Beberapa kasus yang disebabkan karena komunikasi yang kurang baik juga terjadi di dalam pesawat, seperti yang di tulis oleh Andri Donnal Putera (Kompas.com. 2012) sepanjang tahun 2015 ada 6 kasus penumpang pesawat yang bercanda membawa bom didalam pesawat, rata-rata penumpang ini bercanda pada saat pesawat mengudara, tidak hanya menyebabkan keresahan diantara sesama penumpang pesawat tetapi infomasi palsu ini juga membahayakan keselamatan penerbangan.

Tak hanya dilapisan masyarakat kelas bawah dan menengah, bahkan para tokoh masyarakat dan para penjabat pemerintah pun kerap kali mengalami masalah yang disebabkan kurangnya komunikasi yang baik antara sesama pejabat ataupun antarpejabat pemerintah dan masyarakat. Seperti kasus yang baru-baru ini dialami oleh gurbernur Jakarta Basuki Tjhaja Purnama (Ahok) dan anggota DPRD Jakarta, dalam kompas.com terbitan 8 Meret 2016 ditulis bahwa anggota baru DPRD Jakarta tersinggung ucapan Ahok, mereka mempermasalahkan pernyataan Ahok yang meminta anggota DPRD Jakarta baru jangan berlagak lugu


(20)

atau belagu. Anggota DPR baru tersebut mengaku terusik karena telah dikatakan berlagak lugu atau biasa disebut belagu oleh Ahok.

Dari kasus diatas peneliti dapat menyimpulkan komunikasi menjadi salah satu faktor utama yang dapat meningkatkan kualitas hubungan kita dengan sesama. Komunikasi telah memperantarai informasi dari suatu pihak ke pihak lain, dengan tujuan tersebarnya maksud dan makna yang sama antara pengirim dan penerima pesan. Dengan tersampaikannya informasi maka akan membangun pemahaman dan pengertian antara dua belah pihak. Dengan demikian membangun komunikasi yang baik dengan sesama adalah salah satu hal yang penting.

Pendidikan nyata yang dapat kita lihat adalah pendidikan dalam kelas. melalui proses belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Relasi antara guru dan siswa merupakan relasi utama yang kita jumpai dalam kelas dan relasi antara komunitas ini sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan sebuah proses pembelajaran, melalui relasi keduanya maka akan tercipta lingkungan belajar yang nyaman, aktif, dan kelas akan menjadi lingkungan yang baik untuk menumbuhkan kemampuan akademis yang baik, kerohanian yang baik dan karakter yang baik pula dari guru ataupun siswa.

Dalam membina relasi di antara komunitas kelas maka sangat diperlukan komunikasi antara guru dan siswa, siswa dengan guru, ataupun antarsiswa. Harus adanya aliran informasi dua arah antara guru dengan siswa ataupun antarsiswa itu sendiri. Komunikasi dua arah antara komunitas kelas ini merupakan jenis komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang


(21)

terjadi antara satu individu dengan individu lain, dan memerlukan tanggapan dari orang lain. Melalui komunikasi interpersonal ini, dapat diketahui bagaimana pendapat orang lain mengenai sesuatu hal atau peristiwa, dapat diketahui pula bagaiamana orang lain merespon atau menilai diri dan tingkah laku antarsesamanya, serta dapat diketahui apa yang kita inginkan.

Dalam meningkatkan komunikasi interpersonal diantara komunitas kelas dan meningkatkan prestasi belajar siswa peneliti menggunakan metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif. Pendidikan kooperatif mengajarkan nilai-nilai dan pengetahuan akademis secara bersamaan (Lickona. 1991). Pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan dua, tiga, atau empat orang temannya dalam meyelesaikan suatu tugas yang memerlukan pembelajaran saling ketergantungan anatara setiap anggota kelompoknya dan masing-masing individu harus dapat menguasi materi yang dikerjakan bersama.

Pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang didominasi oleh diskusi antarpribadi maupun antarkelompok dapat meningkatkan rasa saling ketergantungan antarsiswa secara positif, dengan demikian akan terjadi kesanggupan untuk saling membantu, menerima, memberi, dan saling bekerja sama diantara siswa. Ketika berelasi dalam kelompoknya, setiap siswa tentunya harus saling berkomunikasi agar aliran informasi yang terjadi didalam kelompok dapat berlangsung dengan baik. Dengan demikian metode ini dapat meningkatkan komunikasi antarsiswa dan antara siswa dan guru. Metode pembelajaran kooperatif ini bisa membuat siswa mendominasi


(22)

pembicaraan di dalam kelas dan dalam kelompok kecil, komunikasi dua arah antara siswa lebih dominan dan komunikasi antaraa siswa dan guru akan didominasi oleh siswa.

Metode ceramah interaktif dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkat komunikasi interpersonal. Dalam hal ini guru tidak menjelaskan prinsip atau konsep fisika kepada siswa secara sendiri, tetapi guru juga berusaha untuk membuat siswa aktif dalam pembelajaran, misalnya guru sering bertanya keadaan siswa lalu meminta siswa untuk sejenak berpikir lalu menyampaikan pendapatnya.

SMA Negeri 1 Depok adalah salah satu sekolah negeri yang terletak di Kabupaten Depok, SMA Negeri 1 Depok merupakan salah satu dari 3 SMA Negeri yang mendapat NEM tertinggi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ditinjau dari data NEM minimal siswa baru tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan pengalaman PPL (Program Pengalaman Lapangan) yang dialami peneliti di SMAN 1 Depok, peneliti menemukan masalah yaitu kurangnya komunikasi interpersonal yang baik antar siswa maupun antara guru dan siswa. Hal ini sangat terlihat ketika peneliti mengajar, beberapa siswa malu untuk bertanya ketika pelajaran berlangsung dan memilih bertanya pada saat jam peneliti selesai megajar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran Fisika kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2, penelitian ini belum pernah dilakukan di SMA Negeri 1 Depok.


(23)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan topik “Analisis Perbandingan antara Metode Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MIA dalam Materi Usaha dan Energi di SMA N 1 Depok Sleman Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana perkembangan komunikasi interpersonal dan prestasi belajar siswa kelas X MIA SMA N 1 Depok sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran kooperatif ?

2. Bagaimana perkembangan komunikasi interpersonal dan prestasi belajar siswa kelas X MIA SMA N 1 Depok sebelum dan sessudah menggunakan metode pembelajaran cermah interaktif ?

3. Bagaimana perbedaan penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal dan prestasi belajar siswa kelas X MIA SMA N 1 Depok?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif dalam :

1. Meningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI MIPA dalam materi energi

2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MIPA dalam materi energi

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah

Menjadi sebuah sumbangan bagi sekolah untuk dapat terus mengembangkan komunikasi interpersonal siswa melalui pembelajaran Fisika

2. Bagi calon guru dan guru

Menjadi sebuah inspirasi bagi guru untuk terus menggunakan dan mengembangan berbagai metode pembelajaran Fisika guna meningkatkan komunikasi interpersonal siswa dan meningkatkan prestasi belajar

3. Bagi siswa

Melalui penelitian ini siswa diharapkan dapat lebih leluasa untuk berkomunikasi secara interpersonal baik dengan guru atau antar siswa guna memperluas wawasan siswa


(25)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kontruktivis 1. Pengertian belajar

Belajar adalah suatu proses yang sangat dibutuhkan. Proses belajar akan menyebabkan adanya perubahan pada individu yang belajar. Konsep belajar banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidkan dan psikologi. Secara ringkas konsep menurut beberapa ahli pendidikan dan psikologi adalah sebagai berikut:

a. Menurut R Gagne (dalam Ranta Wilis Dahar 2006 : 2) belajar dapat didefinisikan sebagai sutau proses di mana suatu organissai berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

b. Menurut James O Whittaker, belajar dapat didefenisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (dalam Ahmadi 2013: 126).

c. Menurut Howard L Kingsley, belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. d. Witherington mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan (Kosasih,2014:2).


(26)

e. Menurut Crow & Crow, belajar sebagai kondisi memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang ditandai dengan perubahan keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan melaui pengalaman atau latihan.

2. Pengertian Pembelajaran

Kata pembelajaran diidentikan dengan kata “mengajar” yang berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya

diketahui. Ditambahi awalan “pe” dan akhiran “an” kemudian menjadi kata “pembelajaran” yang diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau

mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Menurut Gagne (1997) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang sifatnya internal (dalam Siregar, Evelina dan Hartini, 2010: 12). Gagne menjelaskan bahwa untuk menghasilkan belajar, maka situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankann proses internal yang terdapat didalam setiap peristiwa pembelajaran. Menurut Winkel (dalam Siregar, 2012: 12) pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa dengan memperhitungkan kejadian-kajadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Pengertian pembelajaran menurut Miarso


(27)

(dalam Siregar, 2012: 12) adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali.

Kegiatan pembelajaran ini merupakan perpaduan dari dua aktivitas yang secara sengaja dilakukan yaitu aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara aktivitas mengajar secara instruksional dilakukan guru.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah, dan terencana oleh seluruh komunitas kelas, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

3. Pengertian konstruktivisme

Menurut Suparno (Kusniastuti, 2015: 8) konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar.

Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan menurut Von Glasersfed dan Kitcherner (dalam Suparno, 1997 , dalam Wisudawati, 2014: 45) adalah :

a. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang dimana konsepsi dibentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman seseorang.


(28)

b. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

c. Subjek membentuk skema kognitif, katergori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang dibentuk oleh siswa sendiri yang akan terjadi secara terus menerus karena adaya pemahaman-pemahaman baru.

Proses membentuk suatu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan akan selalu melengkapi atribut-atribut yang belum ada dalam skema seseorang. Pembentukan pengetahuan ini akan selalu dihadapkan dengan pengalaman dan fenomena yang dijumpai oleh seorang individu. Pengetahuan bukanlah barang jadi, tetapi terus berkembang seiring perkembangan mental seorang individu (Wisudawati, Asih Widi dan Eka sulistyowati, 2014). Pengetahuan ada pada diri seseorang yang sedang mengetahui, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada orang lain dalam hal ini adalah siswa. Tugas membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.


(29)

B. Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif ( Ceramah Siswa Aktif)

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger (Huda, 2012:29) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk saling berinteraksi agar dapat bekerjasama dengan baik dan melakukan aktivitas-aktivitas demi mendapatkan suatu manfaat yang juga dapat dirasakan bersama-sama. Salah satu elemen dasar pembelajaran kooperatif menurut hudaa yaitu keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Digunakan skil-skil

interpersonal dan kelompok kecil agar dapat bekerjasama secara efektif dan dimotivasi untuk menerapkan keterampilan tersebut dalam kelompok-kelompok kooperatif agar terwujud suasana yang produktif.

Menurut Arend (Wisudawati, 2014: 54) model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan pencapaian akademik, peningkatan rasa toleransi, menghargai perbedaan, serta membangun keterampilan sosial peserta didik.


(30)

Kesimpulannya dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok, saling bertinteraksi, dan setiap peserta didik mememliki tanggung jawab dalam mencapai tujuan kelompok.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arend (Wisudawati, 2014: 54) ada 4 karakteristik pembelajaram kooperatif, yaitu:

1) Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan;

2) Tim yang dibentuk dari peserta didik dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah;

3) Tim yang dibentuk heterogen (ras, budaya, dan gender);

4) Sistem penghargaan diorientasikan kepada kelompok dan individu.

c. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Manfaat khusus dari pembelajaran kooperatif menurut Lickona adalah: 1) Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai kerjasama

Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok, demi tercapainya tujuan kelompok. Kerja sama yang terjalin adalah kerja sama antar anggota kelompok. Dalam relasi antar sesama anggota kelompok, setiap pribadi tidak terlepas dari komunikasi dengan sesama


(31)

2) Pembelajaran kooperatif dapat membangun komunitas di dalam kelas Melalui pembelajaran kooperatif setiap siswa dapat saling mengenal

dan saling peduli, dapat melatih siswa menerima setiap perbedaan antar sesamanya, serta menumbuhkan perasaan keanggotaan dalam setiap unit sosial maupun di dalam kelas.

3) Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan dasar kehidupan Keterampilan dasar yang dapat dikembangkan melalu pembelajaran

kooperatif adalah mendengar, mengambil perspektif orang lain, berkomunikasi dengan efektif, menyelesaikan konflik, dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

4) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademis, penghargaan diri, dan sikap terhadap sekolah

Melalui pembelajaran kooperatif guru dan siswa mengidentifikasi perilaku-perilaku yang menghadirkan kooperasi efektif dan terus-menerus menilai dan memonitor bagaimana efektifnya pasangan kelompok bekerjasama. Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dapat menarik manfaat dari pembelajaran kooperatif ini. Bukan hanya dibidang akademis, melainkan dalam perkembangan karakter pembelajaran kooperatif memberikan banyak kontribusi.

5) Pembelajaran kooperatif menawarkan sebuah alternatif untuk pengelompokan siswa


(32)

Menurut Orkes (dalam Lickona, 243) pembelajaran kooperatif menawarkan salah satu dari beberapa cara terbaik untuk menghindari dampak negatif pengelompokan dan mencapai kesetaran dalam pendidikan. Semua pihak bisa menaraik manfaat dari kerjasama kelompok dengan berbagai macam kemampuan.

6) Pembelajaran kooperatif berpotensi mengurangi aspek-aspek negatif persaingan

Pembelajaran kooperatif membentuk karakter siswa untuk berpikir win win solution. Kerja sama demi kepentingan bersama lebih berharga dari pada persaingan untuk menentukan siap yang kalah dan siapa yang menang

d. Kendala-kendala utama Pembelajaraan Kooperatif

Menurut Slavin (2005:68) ada 3 kendala utama terkait dengan pembelajaran kooperatif

1) Free rider

Yang dimaksudkan dengan Free rider adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka

hanya “Mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya.

2) Diffusion of Responsibility

Yang dimaksudkan dengan Diffusion Of Responsibility (penebaran tanggung jawab) adalah suatu kondisi dimana beberapa angggota yang


(33)

dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lainnya

yang “ lebih mampu”.

3) Learning a part of task specialization

Hal ini terjadi pada saat siswa hanya terfokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya saja, sementara materi yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Menurut Slavin (Huda, 2012: 69), ketiga kendala ini dapat diatasi apabila guru mampu untuk melakukan 3 hal berikut:

1) Mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswa-siswanya;

2) Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok;

3) Mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

2. Pembelajaran Gabungan (TPS - kancing gemerincing- debat)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pembelajaran gabungan dari metode Think-Pair-share, kancing gemerincing, dan debat. Metode gabungan ini akan digunakan secara bersama-sama.

Metode TPS ini dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Manfaat metode ini ( Huda, 2012: 136) adalah :


(34)

1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain

2) Mengoptimalkan partisipasi siswa

3) Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Metode Kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini memiliki kelebihan (Huda, 2012: 142) yaitu :

1) Dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tingkatan kelas;

2) Dalam metode Kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok bekesempatan memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan anggota lain;

3) Dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Sering kali ada satu anak/anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dengan menggunakan metode ini setiap anak akan memiliki kesempatan berbicara dan mereka pula diberikan kancing yang menjadi tanda saat kapan mereka berbicara dan saat kapan kesempatan berbicara untuk setiap siswa telah selesai.

Langkah-langkah teknik pembelajaran gabungan (TPS - Kancing gemerincing- Debat)

1) Siswa dibagi dalam kelompok menggunakan game kursi bernomor. Setiap siswa akan diberi nomor dan siswa akan duduk pada kursi yang sesuai dengan nomor yang ia dapat. Setiap kelompok terdiri dari empat


(35)

anggota/siswa. Dalam kelompok akan dipilih satu siswa yang menjadi ketua kelompok

2) Guru memberikan dua tugas. Tugas pertama berupa penyelesaian soal hitungan yang langsung dikumpulkan ketika siswa selesai bekerja dan tugas kedua berupa pernyataan yang kemudian akan analisis oleh siswa. Tugas untuk pernyataan analisis ini akan menjadi pengantar untuk teknik belajar selanjutnya, yaitu debat. Kelompok yang setuju dengan pernyataan akan menjadi kelompok pro dan kelompok yang tidak setuju dengan pernyataan akan menjadi kelompok kontra.

3) Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompoknya. Sebelum berdiskusi siswa diberi 2 atau 3 kancing untuk masing-masing siswa. Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus meletakan satu kancing yang dimilikinya ditengah-tengah meja. Apabila kancing yang dimiliki salah seorang siswa telah habis, maka ia tidak boleh berbicara sampai semua rekannya menghabiskan kancingnya masing-masing. Apabila kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kancing kembali dan mengulang prosedurnya kembali.

4) Apabila diskusi siswa dalam kelompok selesai, maka guru membimbing siswa untuk mulai berdebat antara kelompok kotra dan pro. Selama debat berlangsung teknik kancing gemerincing tetap digunakan. Setiap siswa dalm kelompok pro ataupun kontra mendapat 3 atau 4 kancing . Setiap siswa pada


(36)

setiap kelompok memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat saat mereka berdebat

5) Apabila perdebatan telah selesai, maka guru mengambil kesimpulan dan memperbaiki apabila terjadi miskonsepsi saat perdebatan berlangsung 6) Untuk materi yang tidak masuk dalam debat akan digunakan metode TPS.

Dalam kelompok siswa berdiskusi, kemudian mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas

3. Ceramah siswa aktif

Menurut Suparno (2013: 180), model ceramah adalah model pembelajaran dimana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip atau bahan Fisika kepada siswa. Biasanya siswa menjadi pasif dan hanya mendengarkan apa yang diceramahkan guru. Model ceramah seringkali digunakan karena model ini sangat praktis, tidak memerlukan banyak waktu, biaya, dan persiapan.

Menurut Asih Wisudawati dan Eka Sulistyowati (Wisudawati, 2014: 144-145) metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ceramah yaitu:

1) Metode ceramah sangat baik untuk materi-materi yang belum tersedia dalam bentuk hard copy sehingga dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah yang memiliki buku-buku ajar;


(37)

3) Guru dapat merencanakan waktu penyampaian materi sesuai dengan waktu yang telah disediakan dalam kurikulum;

4) Guru dapat menyampaikan materi dalam waktu singkat; 5) Dapat digunakan dalam kelas besar;

6) Metode ceramah dapat digunakan dengan baik unutk tingkat kognisi dan/atau afeksi rendah;

7) Metode ceramah lebih praktis, ekonomis, dan efisien.

Sedangkan kekurangan metode ceramah adalah:

1) Metode ceramah memaksa peserta didik untuk menjaga konsentrasi dengan menggunakan indra telinga yang terbatas;

2) Metode ceramah membuat peserta didik terganggu oleh hal-hal visual; 3) Metode cermah membuat peserta didik sulit untuk menentukan gagasan

guru yang bersifat analisis, sintesis, kritis, dan evaluatif;

4) Metode cearamah membuat peserta didik cenderung diperlakukan sama rata oleh guru;

5) Metode ceramah membuat guru cenderung bersifat otoriter; 6) Metode ceramah membuat kelas monoton;

7) Metode ceramah membuat kelas doktiner;

8) Metode ceramah yang disampaikan guru tidak pandai bertutur kata akan membuat kelas menjadi membosankan.

Model ceramah yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah model ceramah yang bersifat tradisioanal seperti diatas, tetapi model ceramah yang saat


(38)

ini berlaku yaitu model ceramah interaktif atau model ceramah siswa aktif. Dengan model ceramah siswa aktif, guru bukan menjadi pribadi yang lebih dominan aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung, tetapi diantara ceramah dan penjelasannya guru menuntut keterlibatan siswa melalui pertanyaan, latihan soal, dan diskusi dalam kelompok yang membuat siswa berpikir dan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa menjadi aktif mengelolah bahan melalui pertanyaan, diskusi, dan mengerjakan persoalan yang ditawarkan guru.

Menurut Huda (2011) pembelajaran kelompok kecil dalam hal ini adalah kelompok yang dibentu pada pembelajaran ceramah interaktif keterampilan social tidak diajarkan secara sistematis dan siswa bekerjasama hanya untuk kesuksesannya sendiri.

C. Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari kata bahasa Belanda yaitu prestatie. Dalam

bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Arifin (1998)

mendefenisikan prestasi sebagai kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu.

Ahmadi (2013: 139) mengemukakan beberapa faktor internal dan eksternal prestasi belajar. Yang tergolong dalam faktor internal adalah:

Faktor jasmaniah (Fisiologi) yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah

a. Faktor intelektif yang meliputi:


(39)

2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki

b. Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

Sedangkan yang tergolong dalam faktor eksternal yaitu

1. Faktor sosial yang terdiri atas : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok

2. Faktor budaya seperti adat istiadat , ilmu pengetahuan, dan teknologi. 3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim

Menurut Arifin (2009: 12) ada 5 fungsi utama prestasi belajar antara lain. Prestasi belajar sebgai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik;

a. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli

psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”

b. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feeback) dalam meningkatkan mutu pendidikan;

c. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu intitusi pendidikan sedangkan indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya


(40)

prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan perserta didik di masyarakat;

d. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pembelajaran.

D. Komunikasi dan Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu Communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Kata komunikasi ini didefinisikan menurut sudut pandang masing-masing ahli, karena sejarah ilmu komunikasi dikembangkan dari ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.

a. Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (dalam Wiryanto 2004: 6) komunikasi adalah suatu proses dimana sumber menstramisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.

b. Menurut Hoveland (dalam Wiryanto 2004: 6) Komunikasi adalah proses dimana individu menstrasamisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.

c. Menurut Albig (dalam Siahan 2000:3) komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu.


(41)

Dari buah pikiraan diatas dapat disimpulkan ada dua nilai mendasar dalam komunikasi yaitu informasi yang berupa lambang-lambang atau berupa gambaran yang menjadi stimulan dan nilai kedua adalah persuasif, yakni proses pemindahan itu hendaknya mencapai satu sarana, orang yang menerima dan memahaminya.

Secara ontologis komunikasi merupakan proses pemindahan dan pengoperan arti , nilai, pesan melalui media atau lambang-lambang berupa bahasa, tulisan, ataupun isyarat. Sedangkan secara epistemologis nampak bahwa komunikasi bertujuan merubah tingkah laku sesama, merubah pola pikir atau sikap orang lain (komunikan) agar dapat membangun kebersamaan dan mencapai ide yang sama demi tujuan bersama pula.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komuniksi adalah proses penyampai informasi (pesan, ide, sikap, atau gagasan) dari komunikator kepada komunikan untuk merubah perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan, dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dihendaki oleh komunikator.

2. Pengertian komunikasi interpersonal

Menurut Wiranto (2004: 32), komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap

muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.


(42)

Trenholm dan Jensen (dalam Wiranto, 2004: 32) mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka.

Komunikasi ini terjalin di antara dua pribadi, bersifat langsung, dan sering dalam bentuk percakapan. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi ini bersifat dua arah atau timbal bailk yang biasa disebut two way traffic communication. Didalam kelas komunikasi dua arah ini dapat terjalin antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru.

Komunikasi antar pribadi ini dapat berjalan dengan efektif apabila komunikator dan komunikan mempunyai kebersamaan, persoalan yang sama, perjuangan yang sama, dan tujuan yang sama

Menurut Devi (Maulana, 2013:77-78) tujuan komunikasi interpersonal adalah:

1) Proses belajar

Komunikasi interpersonal membantu kita untuk mengerti, memahami, dan merespon lingkungan di sekitar kita, seperti peraturan, norma-norma, dan etika yang berlaku. Kita juga dapat mengetahui bagaimana pendapat orang lain tentang suatu hal ataupun suatu peristiwa, serta mengetahui bagaimana orang lain menilai diri dan tingkah laku kita

2) Untuk membangun hubungan

Komunikasi interpersonal membantu kita untuk dapat membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang baik.


(43)

3) Untuk mempengaruhi

Dalam komunikasi interpersonal, kita sering mencoba mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain

4) Untuk bermain

Berdiskusi tentang hobi dan menceritakan lelucon merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dapat membuat pikiran kita beristirahat sejenak dari hal-hal yang serius.

5) Untuk menolong

Melalui komunikasi interpersonal kita dapat menenangkan, menghibur, dan memberi saran kepada teman. Secara profesional atau bukan, keberhasilan menolong tergantung pada keterampilan komunikasi interpersonal seseorang

3. Aspek-aspek Kemampuan Interpersonal

Menurut de Vito (1995) ada lima aspek umum yang perlu dpertimbangkan dalam komunikasi interpersonal agar komunikasi dapat berjalan dengan baik yaitu:

a. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu ada tiga hal. Pertama kesediaan membukan diri, mengungkapkan informasi tentang diri kepada orang lain.

kedua, kesediaan untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada


(44)

umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Dalam menjalin komunikasi interpersonal diharapkan individu penerima pesan bereaksi terbuka terhadap apa yang diucapkan individu pembawa pesan.

Ketiga, kesadaran untuk memiliki dan mengakui perasaan dan gagasan yang timbul. Dalam hal ini diharapakan adanya keberanian untuk mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan

adalah memang “milik” anda dan anda bertanggung jawab atasnya.

b. Empati

Empati diartikan sebagai ikut merasakan, dalam hal ini ikut merasakan sesuatu seperti yang dirasakan orang lain. Langkah yang digunakan dalam mencapai empati adalah menahan godaan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Bukan karena

reaksi ini “salah”, melainkan reaksi ini sering kali menghambat

pemahaman. Langkah kedua yang dilakukan untuk berempati adalah dengan mengenal seseorang, keinginananya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya, dan sebagianya agar kita. Langkah ketiga yang dapat dilakukan adalah mencoba merasakan apa yang sedang dirasakan oarang lain dari sudut pandangnya.


(45)

c. Sikap mendukung

Sikap mendukung dapat diperlihatkan dengan cara: 1) Deskriptif, bukan evaluatif

Pada umumnya suasana evaluatif membuat orang merasa defensif daripada dalam suasana deskriptif. Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya sikap saling mendukung. Sikap yang deskriptif itu akan menjadikan orang lain bebas dalam mengungkapkan perasaanya. 2) Spontanitas

Gaya spontan pada saat berkomunikasi akan menciptakan suasana saling mendukung. Orang yang spontan dalam komunikasi akan terus terang dan terbuka dalam mengutarakan pikirannya.

3) Profesionalisme

Bersikap profesional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengarkan padangan yang berlawanan dari orang lain serta bersedia mengubah posisi jika perubahan itu dipandang perlu.


(46)

d. Sikap Positif

Sikap positif dalam komunikasi iterpersonal dikomunikasikan dengan cara:

1) Menyatakan sikap positif

Komunikasi interpersonal terbina jika orang mamiliki sikap positof terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini.

2) Dorongan

Perilaku mendorong dapat berupa verbal seperti pujian, atau non verbal seperti senyuman atau menepuk bahu. Dorongan positif pada umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan, kita nikmati, dan kita banggakan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi seseorang dan membuat seseorang merasa lebih baik.

e. Kesetaraan

Komunikasi interpersonal menjadi efektif apabila adanya kesetaraan. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai atau berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan,dan konflik lebih dilihat sebagai upaya unutk


(47)

memahami perbedaan yang pasti daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

Kesetaraan tidak mengaruskan kita untuk unutk menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berati kita menerima pihak lain, atau memberikan penghargaan tak bersyarat kepada orang lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unutk menjalin komunikasi interpersonal yang baik perlu diperhatikan kelima aspek komunikasi interpersonal, yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesetaraan diantara pelaku komunikasi. Dalam penelitian ini peneliti meggunakan aspek-aspek sebagai dasraa penyususnan alat ukur tigkat komunikasi interpersonal baik anatar siswa maupun anatara guru dan siswa.

E. Materi Energi 1. Energi

Istilah energi bukanlah istilah yang asing bagi kita. Dalam beraktivitas sehari-hari kita selalu membutuhkan energi, baik ketika kita tidur, berjalan, menulis, membaca dan kegiatan lainya. Bukan hanya manusia, alat-alat seperti TV, Kipas angin, Sepeda motor, mobil dan lain sebagainya juga memerlukan energi untuk melakukan usaha.

Jadi untuk melakukan usaha diperlukan sejumlah energi. Dengan begitu energi diartikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh benda agar dapat melakukan usaha (Kanginan, 2006: 203).


(48)

Sumber energi dibagi atas dua: sumber energi tak terbaharui, seperti energi fosil dan minyak mentah dan sumber energi terbaharui, seperti eergi Matahari, energi angin, energi air, dll.

Satuan energi sama dengan satuan usaha yaitu joule. Satu joule sama dengan besar usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar satu newton untuk memindahkan benda sejauh satu meter. Satuan lain untuk menyatakan energi adalah kalori (disingkat Kal). Satuan kalori dapat dikonversi kedalam satuan joule sehingga :

1 kalori = 4,2 joule 1 joule = 0,24 kalori

2. Energi Kinetik

a. Pengertian energi kinetik

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya (Kanginan, 2006: 206). Nama energi kinetik diperkenalkan

pertama kali oleh Lord Kelvin fisikawan Inggris. Kata “Kinetik” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “gerak”.

Energi kinetik merupakan besaran skalar; energi kinetik bergantung pada massa dan laju benda. Makin besar kelajuan , maka makin besar juga energi kinetiknya. Makin besar massa benda, makin besar juga energi kinetiknya.


(49)

b. Rumus energi kinetik

Energi kinetik bergantungg pada massa dan kelajuan benda, secara matematis persamaan energi kinetik adalah sebagai berikut

Posisi awal Posisi Akhir

F V

Gambar 2. 1 Perubahan posisi benda yang diberi gaya F

Pada gambar 2.1 sebuah benda bermassa m yang diam. Ketika gaya konstan diberikan selama benda menempuh jarak , benda akan bergerak dengan percepatan a sampai mencapai kecepatan akhir v. Usaha yang dilakukan pada benda W= F seluruhnya diubah menjadi energi kinetik benda pada keadaan akhir. Jadi, EK = W atau

EK = F

Gunakan persamaan kecepatan dari GLBB

; ; (1)

Gunakan persamaan perpindahan dari GLBB

; ; (2)

Energi kinetik EK dapat ditulis dengan

EK = F = (ma)( ) = = Maka persamaan energi kinetik adalah EK = .


(50)

3. Hubungan Usaha dan Energi Kinetik ( Teorema usaha-energi)

Usaha yang dilakukan pada suatu benda memenuhi persamaan

W= F (w = usaha, F = gaya, dan = perpindahan). Dengan mengganti F = m a (F = gaya, m = massa, dan a = percepatan). Jika kedua ruas dari persamaan F = m a dikalikan dengan , maka akan tampil usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda.

F = m (a

Hasil kali berkaitan dengan kecepatan awal v1 dan kecepatan akhir v2 sesuai persamaan GLBB.

[ ]

Persamaan diatas dapat kita tulis sebagai

F [ ]

F (Kanginan, 2006: 209)

sebagai energi kinetik benda ( EK), sehingga persamaan diatas dapat kita tulis sebagai

F =

Kerja total yang dilakukan pada sebuah benda sama dengan perubahan energi kinetiknya. ( Giancoli, 1998:180) .


(51)

4. Energi Potensial Gravitasi

Energi potensial adalah energi yang berkaitan dengan posisi suatu benda. Misalnya, sebuah benda dengan massa m diangkat dari permukaan tanah sampai ketinggian h dari tanah. Apabila percepatan gravitasi bumi g, maka gaya yang diperlukan untuk mengangkat benda adalah F = W = mg. Jadi, usaha yang diperlukan untuk mengangkat benda setinggi h adalah

W = Fh

W = mgh

Gambar 2.2 Benda yang diangkat setinggi h dari tanah

Dengan demikian, benda yang berada pada ketinggian h mempunyai potensi untuk melakukan usaha sebesar W = m.g.h. Dikatakan benda tersebut mempunyai energi potensial gravitasi, yang besarnya

mgh

=

E

p

dengan Epsama dengan energi, m sama dengan massa, g sama

dengan percepatan gravitasi bumi, dan h sama dengan ketinggian dari permukaan bumi.


(52)

Apabila benda mula-mula berada pada ketinggian h1, karena gaya beratnya benda bergerak vertikal ke bawah hingga ketinggian h2 dari bidang acuan

Gambar 2.3 benda yang bergerak vertikal ke bawah dari keadaan hingga keadaan

W = mgh1- mgh2 = - mg (h2 - h1)

W = EP

Sehingga kerja yang dilakukan oleh gaya berat merupakan selisih perubahan energi potensial benda tersebut.

= EP

Tanda negatif pada di depan merupakan hal yang penting. Ketika benda bergerak naik, h akan semakin besar,kerja yang dilakukan gaya gravitasi akan negatif, maka energi potensial gravitasi akan bertambah. Sebaliknya ketika benda bergerak turun, h akan


(53)

berkurang gaya gravitasi akan melakukan kerja positif maka energi potensial gravitasi akan berkurang.

5. Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Energi mekanik merupakan gabungann dari energi potensial dan energi kinetik.

a. Menurunkan Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Jika tidak ada gaya-gaya nonkonservatif, maka = 0, prinsip umuum teorema usaha-energi kita peroleh

= ( 1)

Usaha oleh gaya resultan adalah usaha yang dilakukan oleh gaya-gaya konservatif, , dan gaya-gaya tak konservatif, , seingga

= (2)

Jika pada sistem hanya bekerja gaya-gaya konservatif, , dan persamaan tersebut menjadi

=

= (3)

Telah kita ketahui bahwa = , sehingga = atau . Jumlah , sehingga dapat kita tulis

= 0

Atau (4)


(54)

= (5)

Persamaaan 4 dan 5 dikenal dengan sebutan hukum kekekalan energi mekanik. Hukum Ini berbunyi enrgi mekanik sistem pada posisi akhir sama dengan energi mekanik sistem pada posisi awal. b. Aplikasi hukum kekekalan energi meknik pada benda jatuh

bebas

Untuk sistem yang bergerak di bawah gaya berat, misalnya pada kasus gerak jatuh bebas. Energi mekaniknya terdiri dari energi

potensial gravitasi konstan EP = mgh dan energi kinetik EK = m ,

sehingga hukum kekekalan energi mekanik dapat kita tulis

=

Gerak jatuh bebas dari sebuah benda yang mula-mula berada pada ketinggian H diatas tanah. Kita tetapkan tanah sebagi bidang acuan h= 0 ( atau EP= 0). Pada gambar 2. 4, di posisi 1 benda belum

bergerak,sehingga = 0 atau = = 0. Semua energi mekanik berbentuk energi potensial: EM= =mgH.

Di posisi 2, energi mekanik sebagian berbentuk energi potensial dan sebagian lagi energi kinetik, sehingga

=


(55)

Sesaat sebelum benda menyentuh tanah, h= 0 atau Ep= 0. Semua energi mekanik berbentuk energi kinetik

= = m

Dengan mengaplikasikan hukum kekekalan energi mekanik pada kasus gerak jatuh bebas seperti gambar 4, kita peroleh

EM = = =

= = mgh + m

= mgH

=


(56)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Design Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif Design One-Grup Pretest-Posttest dan kualitatif. Penelitian ini akan dilakukan pada dua kelas yang berbeda dengan metode yang berbeda pula. Penelitian kuantitatif akan menggunakan data berupa skor atau angka dan menggunakan statistik untuk analisis. Data prestasi dan komunikasi interpersoanal pada siswa akan dianalisis dengan menggunakan

test-T. Dalam hal ini dua kelompok dari dua kelas yang berbeda ini diukur bukan

hanya pada akhir treatment (post-test), tetapi juga sebelumnya (pre-test). Data yang diolah secara kualitatif untuk menjelaskan peningkatan komunikasi interpersonal dari masing-masing siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Skema penelitian adalah sebagai berikut:

O11 X1 O21

O12 X2 O22

Keterangan :

O11 : prestest kelas dengan metode pembelajaran kooperatif O12 : prestest kelas dengan metode pembelajaran ceramah

interaktif

X1 : Kelas dengan metode pembelajaran kooperatif


(57)

O21 : posttest kelas dengan metode pembelajaran kooperatif O22 : posttest kelas dengan metode pembelajaran ceramah

interaktif

Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu (1) observasi (2) pengambilan data (3) analisis data (4) pembuatan laporan. Data yang diambil berupa hasil test

siswa sebelum dan sesudah diajarakan dengan menggunakan metode ceramah siswa aktif dan metode pembelajaran kooperatif, angket penilaian diri siswa tentang komunikasi interpersonal dengan sesama siswa dan anatara siswa dan guru, dan penilaian observer.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan diadakan di SMA N 1 Depok yang beralamat Jln. Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1) Subyek Penelitan

Subyek penelitan ini adalah siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 SMA N 1 Depok yang masing-masing berjumlah 32 siswa.

2) Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perbandingan antara metode pembelajaran kooperatif dan cermah interaktif dalam pembelajaran fisika untuk materi usaha dan energi.

D. Waktu Penelitan


(58)

E. Treatment

Treatment merupakan perlakuan khusus dari peneliti dalam hal ini adalah adalah metode pembelajaran kepada subyek atau sampel yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan. Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah treatment pada dua kelas eksperimen dengan metode kooperatif dan metode ceramah interaktif. Dalam pelaksanaan treatment ini untuk kelas X MIPA 1, setiap siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok terdiri 3-4 orang dan setiap siswa akan diberikan kancing sebagai kuota bicara, namun sebelum dibagi dalam kelompok setiap siswa akan diberi kuisioner penilaian diri tentang komunikasi interpersonal antarsiswa dan masing-masing siswa akan menyelesaikan soal prestest. Setelah itu para siswa akan masuk dalam kelompok dan mulai berdiskusi dan mengerjakan latihan soal. Pada saat berdiskusi, peneliti akan mengontrol kegiatan siswa agar siswa menggunakan kancing yang dibagikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan peneliti. Setelah selesai berdiskusi latihan soal yang berupa latihan soal akan dikumpulkan kepada peneliti, sedangkan latihan soal yang berisi argumen-argumen siswa akan digunakan siswa pada saat debat. Pada akhir kegiatan peneliti akan memberikan penjelasan secara umum dan memberikan soal

post-test kepada siswa serta memberikan kuisioner penilain diri tentang

komunikasi interpersonal kepada siswa.

Metode cermah interaktif atau ceramah siswa aktif unutk kelas X MIPA 2, dalam pelakasaan metode ini. Metode ceramah yang digunakan peneliti jauh berbeda dengan metode ceramah tradisional yang dulu sering digunakan. Metode


(59)

ceramah yang digunakan peneliti adalah metode ceramah siswa aktif, guru bukan menjadi pribadi yang lebih dominan aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanaan treatment ini untuk kelas X MIPA 2, peneliti akan menjelaskan materi dengan bantuan media Power point, ketika menjelaskan peneliti juga berinteraksi dengan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan dan diskusi, kemudian siswa akan mengerjakan latihan soal. Namun, sebelum memberi treatment, siswa akan diberikan kuisioner tentang komunikasi interpersonal pada masing-masing siswa serta menyelesaikan soal prestest.

Setelah pemberian treatment, peneliti akan memberikan soal post-test kepada siswa serta memberikan kuisioner penilain diri tentang komunikasi interpersonal setelah siswa di beri treatment.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) dibuat untuk menentukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama proses penelitian. RPP yang disusun merupakan RPP yang berdasarkan aturan dari Kurikulum 2013 (Kutilas).

RPP terdiri atas : (1) Identitas Sekolah, (2) Kompetensi Inti, (3) Tujuan Pembelajaran, (3) Kompetensi Dasar dan Indikator, (4) Penguraian Tujuan Pembelajaran pada Setiap Pertemuan, (5) Materi Pembelajaran, (6)


(60)

Kegiatan Pembelajaran, (7) Teknik Penilaian, (8) Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Pre-Test dan Post-Test

Pre-Test dilakukan sebelum para siswa diberikan treatment atau sebelum diberikan metode pembelajaran. Tujuan diberikan pre-test

adalah unutk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan

treatment. Sedangkan post-test dilakukan setelah siswa diberi

treatment. Post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa tentang materi usaha dan energi setelah menggunakan metode pembelajaran kooperatif dan metode ceramah interaktif. Masing-masing kelas akan mendapatkan soal pre-test dan post-test yang sama. Bentuk soal-soal pre-test dan post-test dalam penelitan ini adalah dalam bentuk esay. Soal pre-test dan post-test yang diberikan sebanyak 7 soal yang telah divalidasi oleh guru mata pelajaran fisika SMA N 1 Depok dan juga divalidasi pakar oleh dosen pembimbing.


(61)

44 Posttest Materi Energi Kelas X

Kompetensi Dasar : 3. 9 Menganalisis konsep energi,usaha (kerja), hubungan usaha (kerja) dan perubahan energi, hukum kekekalan energi, serta penerapannya dalam peristiwa sehari-hari

4.9 Menerapkan metode ilmiah untuk mengajukan gagasan penyelesaian masalah gerak dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan konsep energi, usaha (kerja) dan hukum kekekalan energi

Materi Pokok : Energi

Tabel 3.1. Kisi-kisi soal posttest materi energi

IPK No.

Soal

Soal Penyelesaian Bobot

maksimum

Menjelaskan

perbedaan energi kinetik dan energi potensial

2 Apa yang dimaksud dengan

a. energi potensial bernilai maksimum ?

b. energi kinetik bernilai maksimum

c. Energi potensial bernilai maksimum saat kecepatan benda bernilai 0 dan energi mekanik sama dengan energi potensial

d. Energi kinetik bernilai maksimum saat posisi benda adalah sama dengan 0 dan energi mekanik sam dengan energi kinetik


(62)

45 Menghitung besar,

energi kinetik dan potensial yang dimiliki oleh suatu benda

3 Benda pertama memiliki

massa m dan kecepatan v. Benda kedua memiliki massa 3 kali benda pertama dan kecepatan 2 kali benda pertama. Tentukan

perbandingan energi kinetik yang dimiliki oleh benda kedua dan benda pertama!

Dik = = 1 Kg ( misal) = 3 Kg

= 1 m/s = 2 m/s

Dit = Perbandingan EK benda adalah =...? ⁄ ⁄ 10

7 Sebuah benda berada pada

ketinggian seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Dik = = 6000 J =10 m = 8m Dit = =...


(63)

46 Jika benda telah turun

sejauh 2 meter dari posisi mula-mula, berapakah energi potensial yang dimiliki benda itu sekarang?

= m g

6000 J= m (10 m/s2) (10 m) 6000 = 100 . m

m = 60 Kg maka,

= m g

= (60 Kg) (10 m/s2) (8 m) = 4800 J

Menggunakan teorema usaha dan energi untuk

5 Berapa usaha yang diperlukan untuk mempercepat sebuah mobil dengan massa 1000 Kg

1. Dik= m = 1000 Kg = 20 m/s = 30 m/s


(64)

47 menentukan besaran-

besaran

yang bergerak dengan kecepatann 20 m/s sampai 30 m/s ?

Dit = W =...? W = EK2– EK1

W = ⁄ m - ⁄

= ⁄ ( -

⁄ (

= (500 Kg) (900 m2/s2) - (500 Kg) (400 m2/s2)

= 450 000J – 200000 J = 250 000 J

Menggunakan

persamaan kekekalan energi mekanik untuk memecahkan persoalan

6 Seekor burung sedang

melayang terbang pada ketinggian 10 m di atas tanah dengan kecepatan konstan sebesar 10 m/s. Jika massa burung adalah 2 kg, tentukan energi mekanik burung!

Dik = h = 12 m m= 2 kg Dit = EM= ...?

EM = Ep + Ek = m g h + ½ m v2

= ( 2 Kg) (10 m/s2) (12 m) +1/2 ( 2 Kg) (10 m/s)2

=240 J + 100 J = 340 J


(65)

48 Menentukan energi

mekanik dari suatu benda

4 Tinggi bukit adalah 40 m, sebuah roller-coaster mulai dari keadaan diam pada puncak. Hitunglah laju roller-coaster di kaki bukit!

Dik = = 40 m

= 0 m

= 0 ( saat pelepasan)

= 10 m/s2 Dit = = ... ?

⁄ m + m g = ⁄ m + m g ( m dapat di coret)

⁄ + g = ⁄ + g 0 + (10 m/s2) (40 m) = ⁄ + 0

400 m2/s2 = ⁄ = 2 400 m2/s2) = 28,3 m/s

15

Menjelaskan hukum kekekalan energi dan

1 Apakah energi itu bersifat kekal ? jika iya, lalu Mengapa


(66)

49

contohnya kita harus menghemat

penggunaan energi ( misalnya bensin) ?

Alasan kita harus menghemat bensin adalah karena energi dalam hal ini adalah bensin berubah bentuk menjadi gas buangan kendaraa bermotor. Energi ( bensin) berubah bentuk, namun tak dapat kembali lagi menjadi bensin. Maka dari itu kita harus menghemat penggunaan bensin.


(67)

50 Pretest Materi Energi Kelas X

Kompetensi Dasar : 3. 9 Menganalisis konsep energi,usaha (kerja), hubungan usaha (kerja) dan perubahan energi, hukum kekekalan energi, serta penerapannya dalam peristiwa sehari-hari

4.9 Menerapkan metode ilmiah untuk mengajukan gagasan penyelesaian masalah gerak dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan konsep energi, usaha (kerja) dan hukum kekekalan energi

Materi Pokok : Energi

Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pretest materi energi

IPK No.

Soal

Soal Penyelesaian Bobot

maksimum Menjelaskan

perbedaan energi kinetik dan energi potensial

7 Apa perbedaaan energi

kinetik dan energi potensial ?

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena kecepatannya, sedangkan energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena posisinya


(68)

51 Menghitung besar,

energi yang dimiliki oleh seuatu benda

1 Buah kelapa dengan

massa 4 kg berada pada tangkainya setinggi 6 meter di atas tanah sedangkan buah nangka bermassa 3 kg berada pada 4 meter di atas tanah. Tentukan perbandingan energi pontesnsial benda itu !

Dik = m1= 4 Kg = 6 m = 4 m m2= 3 Kg

Dit = Perebandingan energi potensial= ...?

10


(69)

52 2 Air terjun dalam tiap

detik mengalirkan 100 m3 air. Tinggi air terjun 12 m ( g = 10 m/s2). Hitunglah energinya tiap detik!

Dik = Vol= 100 m3

= 1 gr/ cm3 = 1000 Kg/m3 = 12 m

= 10 m/s2

= Vol. = ( 100 m3) (1000 Kg/m3) = 105 Kg

Dit = energi tiap detik =...? energi tiap detik = m.g.h

= (105 Kg) (10 m/s2) (12 m)

= 12 .106 J

10

Menggunakan teorema usaha dan energi untuk menentukan besaran- besaran

5 Berapa usaha yang

diperlukan oleh untuk mempercepat sebuah mobil dengan massa 2000 Kg yang bergerak dengan kecepatan 40 Km/jam menjadi 60 Km/s ?

Dik= m = 2000 Kg = 30 m/s = 40 m/s Dit = W =...?

W = EK2– EK1 W = ⁄ m - ⁄ = ⁄ ( –

⁄ (

= (1000 Kg) (16,67 m2/s2) - (1000 Kg) (11,11 m2/s2)

= 16670 J – 11110 J


(70)

53 = 5060 J

Menggunakan persamaan kekekalan energi mekanik untuk memecahkan persoalan

4 Sebuah batu dilepaskan

dari ketinggian 3,0 m diatas tanah, hitunglah laju batu ketika telah mencapai posisi 1,0 m diatas tanah!

Dik = = 3,0 m = 1,0 m

= 0 ( saat pelepasan) = 10 m/s2

Dit = = ... ?

⁄ m + m g = ⁄ m + m g ( m dapat di coret)

⁄ + g = ⁄ + g

0 + (10 m/s2) (3,0 m) = ⁄ + (10 m/s2) (1,0 m)

30 m2/s2 = ⁄ + 10 m2/s2 = 2 30 m2/s2 - 10 m2/s2) = 6,32 m/s


(71)

54 Menentukan energi

mekanik dari suatu benda

3 Seekor burung sedang

melayang terbang pada ketinggian 10 m di atas tanah dengan kecepatan konstan sebesar 10 m/s. Jika massa burung adalah 2 kg. Tentukan energi mekanik burung !

Dik = h = 10 m m= 2 kg Dit = EM= ...? EM = Ep + Ek = m g h + ½ m v2

= ( 2 Kg) (10 m/s2) (10 m) +1/2 ( 2 Kg) (10 m/s)2

= 200 J + 100 J = 300 J


(72)

55 Menjelaskan hukum

kekekalan energi dan contohnya

6 Apakah yang dimaksud

dengan hukum kekekalan energi ? berikan

contohnya !

Energi itu tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptkan, energi hanya dapat berubah bentuk dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Contohnya energi listrik yang berubah bentuk menjadi enegi cahaya.

5


(73)

b. Kuisioner/ Angket Komunikasi Interpersonal

Menurut Suparno (2010: 61), angket/kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui. Kuisioner akan digunakan untuk menilai seberapa sering siswa berkomunikasi secara interpersonal dan seberapa penting komunikasi interpersonal bagi siswa sebelum dan sesudah mendapatkan treatment dengan metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif.

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuisioner yang bersifat tertutup, yaitu kuisioner yanng sudah disedikan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya. Kuisioner ini terdiri dari 35 item pernyataan dengan 4 alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), Setuju (S), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Siswa hanya boleh memilih salah satu jawaban.


(74)

57 Berikut adalah kisi-kisi kuisioner komunikasi interpersonal

Tabel 3.3. Kisi-kisi kuisioner komunikasi interpersonal

No Aspek Indikator

Indikator Pernyataan kuisioner Antarsiswa

No

Indikator Pernyataan kuisioner

Antar guru dan siswa No

1 Keterbukaan 1. Berani membuka

diri

Terbuka untuk menyapa teman lain

1, 20 Keterbukaan siswa pada guru pada saat mengalami kesulitan dalam

memahami materi


(75)

58 2. Berani

mengungkapkan pendapat secara jujur

3. Berani mengakui perasaan yang ditunjukan kepada orang lain

Berani mengungkapkan pendapat saat berdiskusi dalam kelompok

Berani mengungkapkan perasaan saat dilukai dan kecewa pada teman serta berani untuk untuk mengungkapan perasaan saat melihat teman lain berhasil

2,3

4,5

Siswa berani

mengancungkan tangan dan berpendapat saat guru bertanya

Siswa berani untuk jujur atau tidak ketika

mengalami kebingungan

2,3


(76)

59 4. Berani

bertanggungjawab atas pernyataan atau perasaan yang dilontarkan

Menyambut baik setiap kritikan dari teman dan kebersediaan untuk merubah atau tidak pendapat yang salah

6,7 Menerima dan bersedia merubah pendapat atau marah saat guru

mengatakan pendapat siswa belum tepat

5,6

2 Empati 1. Mendengarkan

pendapat orang lain

kemauan siswa untuk mendengarkan pendapat temannya

8 kemauan siswa untuk

mendengarkan guru dan tidak menggunakan HP pada saat guru

menjelaskan materi


(1)

256 Kode

siswa

Pretest kuisioner komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa X MIPA 2 ( sebelum Treatment)

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 40

2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 37

3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 1 3 3 4 3 42

4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 49

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 44

6 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 39

7 2 2 3 2 3 2 1 2 2 4 3 3 3 3 3 38

8 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 2 3 41

9 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 42

10 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 43

11 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 46

12 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47

13 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 43

14 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 50

15 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 40

16 4 2 4 4 3 2 4 4 4 2 3 4 3 4 3 50

17 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 45

18 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 42

19 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 44

20 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44

21 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42

22 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 43


(2)

257 Kode

siswa

Pretest kuisioner komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa X MIPA 2 ( sebelum Treatment)

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

24 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 41

25 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44

26 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44

27 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 45

28 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 40

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 45

30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 43

31 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 38


(3)

258 Kode

siswa. Komunikasi interpersonal post guru siswa setelah treatment Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 40

2 3 2 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 44

3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 41

4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 3 42

5 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 40

6 - - - -

7 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 43

8 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3 3 2 43

9 3 2 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 44

10 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 2 4 4 4 3 51

11 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44

12 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 47

13 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 41

14 2 3 3 2 2 2 4 4 3 2 2 3 2 3 3 40

15 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 42

16 3 3 3 4 3 3 4 4 4 2 2 4 4 4 3 50

17 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 41

18 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 40

19 2 2 3 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 44

20 - - - -

-


(4)

259 Kode

siswa. Komunikasi interpersonal post guru siswa setelah treatment Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

22 3 2 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 44

23 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 47

24 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 40

25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45

26 - - - -

27 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 43

28 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 43

29 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44

30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 43

31 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 44


(5)

260 Kode

siswa

Skor Penilaian komunikasi interpersonal antar siswa ( Observer) Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 1 1 5

2 1 1 2

3 1 1 1 1 1 1 6

4 1 1 1 1 1 1 1 7

5 1 1 1 1 1 5

6 1 1 1 1 1 5

7 1 1 1 1 1 1 1 7

8 1 1 1 1 1 5

9 1 1 1 3

10 1 1 1 1 1 1 6

11 1 1 1 1 1 1 1 7

12 1 1 1 1 1 1 1 7

13 1 1 1 1 1 1 6

14 1 1 1 3

15 1 1 1 1 4

16 1 1 1 1 4

17 1 1 1 1 4

18 1 1 1 1 1 5

19 1 1 1 1 1 1 6

20 1 1 1 1 1 1 1 1 8

21 1 1 1 3

22 1 1 1 1 1 1 6


(6)

261 Kode

siswa

Skor Penilaian komunikasi interpersonal antar siswa ( Observer) Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

24 1 1 1 1 1 5

25 1 1 1 1 1 5

26 1 1 1 1 1 1 1 7

27 1 1 1 1 4

28 1 1 2

29 1 1 1 1 1 1 1 7

30 1 1 1 1 1 1 6

31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DI SMAN 1 INGIN JAYA

0 4 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA SMAN 1 KIBANG

1 12 109

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN KURS VALUTA ASING MELALUI PERPADUAN METODE CERAMAH BERVARIASI DAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN KELAS XI IPS SMAN 1

1 6 214

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF DAN METODE CERAMAH PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG

4 15 75

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DILENGKAPI MODUL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI POKOK PERHITUNGAN KIMIA KELAS X SEMESTER 1

0 7 77

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII PADA MATERI ENERGI.

0 6 33

Pemberdayaan siswa potensial melalui pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kualitas belajar dan prestasi belajar siswa di kelas IX C SMP Negeri Wonosari pada materi kemagnetan

0 0 163

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO INTERAKTIF FISIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI USAHA DAN ENERGI.

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIPA 6 SMAN 1 WONOGIRI PADA MATERI FLUIDA STATIS.

0 0 16

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN METODE CERAMAH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF SISWA PADA MATERI GRAVITASI KELAS XI IPA SMAN I GAMPING.

0 0 1