Validitas Keterbatasan Penelitian METODE PENELITIAN

G. Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diiukur. Menurut Suparno 2014: 65 validitas menunjuk pada kesesuaian, kepenuh-artian, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya Valid apabila sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan validitas isi atau content validity. Validitas isi mengukur apakah isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur Suparno, 2014: 65. Kuisioner dan soal-soal yang digunakan diuji validitasnya dengan uji experts judgment yaitu menggunakan pendapat atau penilaian dari para ahli.

H. Metode Analisis

1. Kuisionerangket Data kuisionerangket komunikasi interpersonal baik anata siswa maupaun antara siswa dan guru sebelum dan sesudah diterapkan metode pembelajaran koopertif dan ceramah interaktif akan dianalisis meggunakan penilaian dengan kriteria sebagai berikut Tabel 3.5 Skor pernyataan kuisioner komunikasi interpersonal Jawaban Skor Pernyataan Positif Sangat Setuju 4 Setuju 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Jumlah skor keseluruhan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor dari setiap soal dalam kuisioner yang telah dijawab oleh siswa masing-masing untuk sebelum dan sesudah diberi treatment. Untuk membandingkan komunikasi interpersonal sebelum dan sesudah digunakan uji statistik berupa uji T untuk kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dependen. Persamaan umum yang digunakan adalah sebagai berikut : X X √ ∑ ∑ Dengan : X Skor komunikasi interpersonal awal X Skor komunikasi interpersonal akhir = selisih Skor Suparno, 2011:87 Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS. Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P maka ada perbedaan antara komunikasi interpersonal sebelum dan komunikasi interpersonal setelah menggunakan metode ada peningkatan komunikasi interpersonal , tetapi apabila penelitian tidak signifikan maka maka tidak ada perbedaan antara komunikasi interpersonal sebelum dan komunikasi interpersonal setelah menggunakan metode tidak terjadi peningkatan komunikasi interpersonal siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Untuk membandingkan perbedaan komunikasi interpersonal sebelum menggunakan metode ceramah interaktif dan metode kooperatif ataupun sesudah menggunakan metode ceramah interaktif dan metode kooperatif , maka digunakan uji statistik berupa uji T untuk kelompok independen. Persamaan umum yang digunakan adalah sebagai berikut : X X √[ ] [ ] Dengan : X Skor komunikasi interpersonal sesudah metode kooperatif X Skor komunikasi interpersonal sesudah metode ceramah interaktif n = Jumlah sampel Suparno, 2011:83 Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS. Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P maka ada perbedaan komunikasi interpersonal pada siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan metode ceramah interaktif , tetapi apabila penelitian tidak signifikan maka tidak ada perbedaan komunikasi interpersonal siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan metode ceramah interaktif. Untuk menentukan tingkat komunikasi interpersonal siswa, maka perlu adanya klasifikasi tingkat komunikasi interpersonal siswa. Tingkatan-tingkatan ini dibagi atas 4 kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, kurang, dan sangat kurang. Namun, karena perbedaan jumlah pernyataan dari kuisioner yang akan menilai peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa dan peningkatan kamunikasi interpersonal antar siswa dan guru, maka penilaian kuisioner dibedakan atas dua yaitu: 1. Kuisioner komunikasi interpersonal antar siswa a. Menentukan skor tertinggi Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor maksimum. Maka skor tertinggi : 4 x 20 = 80. b. Menentukan skor terendah Skor terrendah dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor minimum. Maka skor tertinggi : 1 x 20 = 20. c. Menentukan banyaknya interval PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Besarnya interval dihitung dengan cara: menghitung selisih skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi banyaknya interval. Besarnya interval skor adalah : = 15. Tabel 3.6. Porsentase komunikasi interpersonal siswa berdasarkan kategorisasi Interval Jumlah Skor Kategori Komunikasi interpersonal Frekuensi Prosentase 20-34 Kurang 35-49 Cukup 50-64 Baik 65-80 sangat baik d. Menghitung Frekuensi Frekuensi diperoleh dengan menghitung jumlah siswa yang mendapatkan skor serupa pada suatu interval jumlah skor tertentu. e. Menghitung Prosentase Prosentase ihitung dengan menggunakan persamaan Porsentase = X 100 2. Kuisioner komunikasi interpersonal antar siswa dan guru a. Menentukan skor tertinggi Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor maksimum. Maka skor tertinggi : 4 x 15 = 60. b. Menentukan skor terendah Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor minimum. Maka skor tertinggi : 1 x 15= 15. c. Menentukan banyaknya interval Besarnya interval dihitung dengan cara: menghitung selisih skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi banyaknya interval. Besarnya interval skor adalah : = 11,25 dibulatkan menjadi 11. Tabel 3.7. Porsentase komunikasi interpersonal antara siswa dan guru berdasarkan kategorisasi Interval Jumlah Skor Kategori Komunikasi interpersonal Frekuensi Prosentase 15-25 kurang 26-36 cukup 37-47 baik 48-60 sangat baik d. Menghitung Frekuensi Frekuensi diperoleh dengan menghitung jumlah siswa yang mendapatkan skor serupa pada suatu interval jumlah skor tertentu. e. Menghitung Prosentase Prosentase ihitung dengan menggunakan persamaan Porsentase = X 100 2. Pre-test dan Post-test Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dalam pembelajaran fisika dengan metode pembelajran kooperatif dan ceramah interaktif unutk materi usaha dan energi diukur dengan menggunkan analsis berikut: a. Memberikan skor pada setiap pertanyaan Pre-test dan post-test berupa soal esay, setiap soal memiliki bobot masing-masing sesuai dengan tingkat kesulitan dalan menyelesaikannya. b. Membuat skor total Jumlah soal Pre-test dan post-test yang diberikan terdiri dari 5 soal esay. Keseluruhan skor soal akan dijumlahkan. Hasil penjumlah keseluruhan skor soal ini akan menjadi skor total. c. Menghitung nilai akhir Nilai akhir diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut Nilai akhir = x 100 d. Menganalisis nilai akhir Analsis yang digunakan adalah T-test untuk kelompok dependen. Test ini digunakan untuk mengetes dua kelompok dependen atau satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pre-test dan post-test Suparno, 2011:87. Persamaannya adalah sebagai berikut X X √ ∑ ∑ Dengan : X Skor prestasi awal X Skor prestasi akhir = selisih Skor N= Jumlah pasangan skor Suparno, 2011:87 Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS. Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P maka ada perbedaan antara pretest dan posttest ada peningkatan prestasi belajar pada siswa, , tetapi apabila penelitian tidak signifikan maka maka tidak ada perbedaan antara pretest dan posttest tidak tejadi peningkatan prestasi belajar pada siswa. Untuk membandingkan perbedaan prestasi belajar siswa sebelum menggunakan metode ceramah interaktif dan metode kooperatif ataupun sesudah menggunakan metode ceramah interaktif dan metode kooperatif , maka digunakan uji statistik berupa uji T untuk kelompok independen. Persamaan umum yang digunakan adalah sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI X X √[ ] [ ] Dengan : X Skor prestasi belajar sesudah metode kooperatif X Skor prestasi belajar sesudah metode ceramah interaktif n = Jumlah sampel Suparno, 2011:83 Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS. Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P maka ada perbedaan prestasi belar pada siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan metode ceramah interaktif , tetapi apabila penelitian tidak signifikan maka tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan metode ceramah interaktif.

3. Observasi

Ada 12 pernyataan dari 4 aspek komunikasi interpersonal yang akan akan dinilai observer. Apabila terlaksan maka akan diberi skor 1 satu dan apabila tidak terlaksana akan diberi nilai 0 nol. Untuk menentukan tingkat komunikasi interpersonal siswa, maka perlu adanya klasifikasi tingkat komunikasi interpersonal siswa. Tingkatan-tingkatan ini dibagi atas 4 kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, kurang, dan sangat kurang a. Menentukan skor tertinggi Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor maksimum. Maka skor tertinggi : 1 x 12 = 12. f. Menentukan skor terendah Skor terrendah dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor minimum. Maka skor tertinggi : 0 x 12 = 0. g. Menentukan banyaknya interval Besarnya interval dihitung dengan cara: menghitung selisih skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi banyaknya interval. Besarnya interval skor adalah : = 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 3.6. Porsentase komunikasi interpersonal siswa dari penilaian observer berdasarkan kategorisasi Interval Jumlah Skor Kategori Komunikasi interpersonal Frekuensi Prosentase 0-2 Kurang 3-5 Cukup 6-8 Baik 9-12 sangat baik h. Menghitung Frekuensi Frekuensi diperoleh dengan menghitung jumlah siswa yang mendapatkan skor serupa pada suatu interval jumlah skor tertentu. i. Menghitung Prosentase Prosentase ihitung dengan menggunakan persamaan Porsentase = X 100 BAB IV DATA DAN ANALISIS

A. Pelaksaaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 SMA Negeri 1 Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, tanggal 9 Maret 2017. Penelitian ini menggunakan kelas X MIPA 1 sebagai kelas yang menggunakan metode pembelajaran, sedangkan kelas X MIPA 2 yang menggunakan metode pembelajaran ceramah interaktif. SMA Negeri 1 Depok sudah menerapkan kurikulum 2013 untuk kelas X, sehingga kelas X sudah masuk kelas penjurusan MIPA dan sosial. Mata pelajaran Fisika pada kelas X dilaksanakasn 3 jam dalam seminggu.

1. Sebelum Penelitian

Sebelum memulai penelitan, peneliti mempersiapkan instrumen- instrumen yanag akan digunakan selama melaksanakan penelitain. Instrumen yang digunakan dalam melaksakan penelitian ada 2 jenis, yaitu instrumen pengajaran dan instrumen pengambilan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari: RPP dan LKS. Sedangkan instrumen pengambilan data antara lain soal prestest, soal posttest, kuisoner komunikasi interpersonal, lembar penilaian observer, soal-soal wawancara, dan dokumentasi menggunakan kamera digital. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Selama Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini tidak sesuai dengan rencana awal peneliti, karena alokasi waktu yang mendadak dirubah oleh pihak sekolah, hal ini terjadi karena adanya pelaksaan ujian USBN untuk siswa kelas XII, serta pelaksaan ujian tengah semester untuk semua siswa SMA Negeri 1 Depok. Alokasi waktu untuk setiap kelas responden juga berbeda. Tabel berikut merupakan jadwal pengambilan data yang dilakukan di kelas X MIPA 1 yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif dan kelas X MIPA 2 yang menggunakan metode pembelajaran ceramah interaktif. Tabel 4.1. Proses Pelaksaan Penelitian kelas X MIPA 1 No HariTanggal Pukul Kegiatan Pembelajaran 1 Kamis, 9 Maret 2017 12.00-13.30 WIB a. Peneliti menginformasikan kepada siswa materi yang akan dipelajari bersama dan memberikan pretest kepada siswa. b. Peneliti memperkenalkan kepada siswa metode pembelajaran yang digunakan dan aturan penggunaan kancing c. Peneliti membentuk kelompok baru dengan bantuan game kursi bernomor dan mengatur agar distribusi siswa yang memiliki pemahaman yang baik merata ke setiap kelompok d. Peneliti mulai mengajar dengan metode kooperatif. Pada pertemuan ini siswa sampai pada tahap pembuatan argumen dengan aturan metode kancing gemerincing yang siap didebatkan di pertemuan berikutnya Senin, 13 Maret 2017 10.45-11.15 WIB a. Peneliti melanjutkan pelajaran mengenai energi menggunakan metode kooperatif. Pada pertemuan ini siswa dibagi dalam kelompok afirmatif dan negasi. b. Siswa mulai berdebat dengan dengan aturan metode kancing gemerincing c. Peneliti menyimpulkan materi yang didebatkan dan peneguhan konsep siswa d. Peneliti memberikan pernyataan untuk debat pertemuan berikutnya. Argumen disiapkan siswa dari rumah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kamis, 16 Maret 2017 11.00-12.00 a. Peneliti memberikan kuisoner komunikasi interpersonal kepada siswa sebelum menggunakan metode kooperatif. b. Peneliti mulai membagi kelompok afirmatif dan kelompk negasi. c. Siswa mulai berdebat dengan aturan kancing gemerincing untuk masalah “Kita harus berhemat, padahal energi itu kekal”. d. Peneliti belum menyimpulkan hasil debat karena akan digunakan sebagi apersepsi untuk pertemuan tentang energi mekanik dan hukum kekekalan energi mekanik. Senin, 27 Maret 10.45-11.15 a. Peneliti melanjutkan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif. Metode yang paling menonjol pada pertemuan ini adalah metode TPS. b. Peneliti memberikan latihan soal kepada siswa, kemudian siswa mengerjakan soal latihan dan mempresentasikan jawaban di depan kelas. Kamis, 6 April 2017 12.00-13.00 WIB a. Peneliti melanjutkan pembelajaran dengan metode koopertif. Siswa diminta untuk berdiskusi tentang apa itu energi mekanik dna hukum kekekalan energi b. Setelah berdiskusi, peneliti memilih 3 kelompok yang jarang aktif untuk menjelaskan hasil diskusi di depan kelas disertai dengan tanya jawab c. Kelompok yang tidak mendapat bagian untuk menjelaskan mendapat tugas unutk menyelesaikan latihan soal di depan kelas kemudian dijelaskan kepada teman- teman d. Siswa diberi posttest dan angket PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.2. Proses Pelaksaan Penelitian kelas X MIPA 2 No HariTanggal Pukul Kegiatan Pembelajaran 1. Kamis, 6 Maret 207 08.45-11.15 a. Guru mata pelajaran Fisika menyampaikan bahwa selama kurang lebih satu bulan, siswai akan belajar Fisika bersama peneliti b. Peneliti menginformasikan kepada siswa materi yang akan dipelajari bersama dan memberikan pretest kepada siswa. c. Peneliti membagi kelompok siswa menggunakan game kursi bernomor dan menyamaratakan pendistribusian siswa yang memiliki kemampuan yang baik d. Peneliti mulai mengajar menggunakan metode ceramah interaktif Kamis,13 Maret 2017 8.30-10.45 WIB a. Peneliti memberikan kuisioner komunikasi interpersonal b. Peneliti melanjutkan Materi Energi dengan menggunakan metode ceramah interaktif. Pada pertemuan kedua ini, peneliti dibantu oleh observer siswa untuk menilai siswa-siswa yang aktif berkomunikasi dalam kelas c. Siswa mengerjakan post-test. Penelitian ini tidak berjalan sesuai dengan rencana karena ada beberapa kendala, yaitu: a. Beberapa siswa tidak mengikuti seluruh proses pembelajaran, ada siswa yang sakit, b. Banyak waktu terpotong secara mendadak dari pihak sekolah karena persipan ujian USBN untuk kelas XII yang menggunakan ruang kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebagai ruang ujian, akibatnya proses pembelajaran yang seharusnya berlangsung 90 menit menjadi 60 menit. Waktu 60 menit dari pukul 11.00 WIB - Pukul 12.00 WIB ini pun tidak digunakan seutuhnya karena Pukul 12.00 sekolah harus dalam kondisi clean area dan kursi-kursi sudah ditata rapi. Dengan demikian waktu eferktif pembelajaran hanya berlangsung 50 menit, sedangkan 10 menit terakhir digunakan siswa untuk menata ruangan kelas agar siap digunakan sebagai ruangan ujian. c. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswai kelas XII dari kelas berbeda berulang kali masuk ke kelas yang sedang diteliti untuk meminta doa agar lancarkan saat ujian. Alokasi waktu 3 JP yang diberikan oleh pihak sekolah adalah 1 JP 30 menit. Pertemuan pada jam pembelajaran digunakan untuk mengisi angket pre-test, hal ini terjadi karena perubahan waktu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendadak dari pihak sekolah yang tidak diketahui oleh peneliti. Pertemuan kedua digunakan untuk mempelajari energi mekanik dan hukum kekekalan energi dan pertemuan ketiga digunakan untuk post-test. Namun kegiatan pembelajaran pada jam kedua mengalami kendala karena kelas XII yang berulang kali masuk untuk meminta doa agar lancar pada saat ujian. Hal ini menyebaabkan waktu untuk mengerjakan post-test di jam ketiga semakin sedikit. Secara rinci proses pelaksaan penelitian dijelaskan sebagi berikut: a. Penelitian di kelas yang menggunakan metode ceramah interaktif Penelitian dengan menggunakan metode ceramah interaktif dilaksanakan di kelas X MIPA 2. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu yang tidak menentu. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh 3 orang mahasiswa yang bertugas sebagai observer sebanyak dua orang dan satu orang yang lain sebagai pengambil gambar. Penelitian pertama dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2017. Peneliti melaksakan penelitian bersama salah seorang teman yang bertugas untuk mengambil gambar. Diawal pertemuan peneliti didampingi oleh guru mata pelajaran yang menyampaikan maksud kedatangan peneliti, kemudian waktu diserahkan sepenuhnya kepada peneliti. Setelah guru meninggalkan kelas, peneliti kemudian memberikan informasi kepada siswa mengenai pembelajaran yang akan dilakukan bersama dengan peneliti untuk beberapa minggu kedepan. Pada hari pertama penelitian, ada salah seorang siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran karena sakit. Sehingga jumlah responden kelas X MIPA 2 berkurang menjadi 31 siswa. Setelah mengabsen siswa, peneliti mulai memberikan topik dan tujuan pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk mengerjakan pretest. Setelah mengerjakan soal pretest, peneliti membagi siswa dalam kelompok dengan menggunakan game kursi bernomor. Jumlah kelompok yang terbentuk adalah 8 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Pada saat pembagian kelompok, peneliti juga berusaha agar pendistribusian siswa yang memiliki kemampuan yang baik tersebar merata di setiap kelompok. Kegiatan selanjutnya adalah mengajar siswa dengan metode ceramah siswa aktif. Metode ceramah interaktif ini diberikan peneliti dengan menggunakan media berupa PPT disertai tanya jawab dengan siswa. Di awal peneliti bertanya kepada siswa apa itu energi. Sebagain siswa spontan memberikan jawaban, namun ketika peneliti meminta siswa mengacungkan tangan sebelum menjawab beberapa siswa berani mengacungkan tangan, sementara siswa lain hanya duduk diam. Dari jawaban yang diberikan siswa, sebagian besar siswa sudah paham apa itu energi, kemudian dalam kelompok siswa mendiskusikan contoh-cntoh energi, dan selanjutnya perwakilan dari kelompok menjelaskan contoh-contoh dari energi. Setelah itu, dengan menggunakan media PPT peneliti menjelaskan energi kinetik. Sebelum menjelaskan pengertian energi kinetik, peneliti bertanya kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa apa itu enegri kinetik dan siswa secara spontan menjawab. Setelah mempelajari konsep energi kinetik, peneliti meminta siswa untuk menjelaskan hubungan energi kinetik dan usaha. Pada saat berdiskusi dalam kelompok, hampir semua siswa aktif berdiskusi namun ada dua kelompok yang jarang berdiskusi yaitu kelompok 5 dan 8. Kelompok 8 jarang berdiskusi karena semua aktif mencari di internet, setelah mendapatkan hasil barulah mereka mulai berdiskusi; sedangkan kelompok 5 hanya 1 orang siswa yang aktif mencari sedangkan 3 orang lainnya hanya diam saja sibuk dengan urusannya masing-masing. Kelompok 5 ini juga tidak pernah bertanya kepada peneliti, padahal peneliti sudah berusaha untuk membangun komunikasi, namun tak ada komunikasi timbal balik dari anggota kelompok. Sedangkan, kelompok lain berlomba-lomba untuk mendapatkan kesempatan bertanya-tanya dengan peneliti. Setelah membuktikan atau menemukan hubungan usaha dan energi kinetik, peneliti meminta siswa untuk kembali berdiskusi tentang energi potensial gravitasi. Kelompok 5 mulai berdiskusi dalam kelompok, namun belum berani untuk mengerjakan di depan kelas. Pada saat menentukan hubungan energi potensial dan usaha ada 3 kelompok yang aktif bertanya yaitu keompok 1, 2 dan 4. Diantara ketiganya yang lebih aktif adalah kelompok 2. Setelah beberapa kali bertanya akhirnya kelompok 2 menemukan jawaban, dan salah seorang perwakilan kelompok 2 dengan nomor absen 13 maju kedepan kelas, menulis hasil yang diperoleh kelompoknya di papan tulis kemudian ia menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan hubungan usaha dan energi potensial. Setelah itu siswa kembali dalam kelompok dan mengerjakan latihan soal sebanyak 7 soal. Masing-masing kelompok mendapat kesempatan untuk menjelaskan penyelesaian soal di depan kelas. Di akhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk merefleksi materi yang belum dipahami dan apabila ada yang belum mengerti peneliti memberi waktu untuk bertanya, tetapi tidak ada yang bertanya. Maka dari itu peneliti mencoba mereview kembali materi yang dipelajari dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang dipelajari hari itu. Gambar 4.1. Seorang siswa sedang menjelaskan tentang potensial gravitasi Berdasarkan pengamatan hari pertama pada kelas X MIPA 2, hampir semua siswa sudah paham dengan materi yang dijelaskan, hal ini terbukti ketika siswa aktif membahas soal, serta beberapa orang aktif untuk menjelaskan baik dalam kelompok maupun di depan kelas. Namun, di hari pertama, peneliti mengalami kesulitan untuk menilai peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa, karena siswa berdiskusi dalam kelompok. Hasil rekaman video yang diperoleh pun tidak menampilkan seluruh aktivitas dalam kelas, dengan demikian peneliti berinisiatif untuk menambah instrumen penilaian yaitu dengan bantuan observer siswa. Penelitian kedua berlangsung pada hari Kamis 16 Maret 2017 di kelas X MIPA 2 dengan metode ceramah interaktif berjalan dengan baik. Ada perubahan alokasi waktu pembelajaran yang mendadak dari pihak sekolah yang tidak di ketahui peneliti. Peneliti tidak mendapat informasi bahwa pada hari Kamis 13 Maret 2017 alokasi jam pembelajaran di sekolah berubah yaitu 1 jam pelajaran berlangsung selama 30 menit. Hal ini menyebabkan satu jam pertama pembelajaran terbengkelai, peneliti terlambat dan 10 menit sebelum jam pertama berakhir peneliti baru datang. Waktu 10 menit yang tersisa tersebut digunakan peneliti untuk mengisi kuisioner komunikasi interpersonal sebelum diberi treatment. Setelah pelajaran jam pertama selesai peneliti mengajar materi energi mekanik dan Hukum Kekekalan energi mekanik. Di pertemuan kedua ini peneliti dibantu oleh observer siswa untuk menilai siswa. Sebelum pembelajaran dimulai siswa diberi nomor punggung sesuai nomor absen, dengan demikian saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa berdiskusi observer dengan mudah menilai siswa-siswa yang berbicara atau tidak. Pada pertemuan kedua ini semua siswa hadir, peneliti tetap mengajar dengan menggunakan metode ceramah interaktif dengan menggunakan media PPT dan latihan soal untuk menunjang pembelajaran. Kegiatan diskusi berjalan dengan baik. Kelompok 5 mulai mengalami perubahan, salah seorang siswa mulai berkomunikasi dengan peneliti. Sedangkan siswa lain berdiskusi ketika peneliti meninggalkan kelompok. Respon spontan dari siswa ketika ditanya mengapa kita harus menghemat penggunaan energi, padahal energi itu bersifat kekal sempat membuat kelas menjadi berisik, namun tanpa diminta untuk mengacungkan tangan, beberapa orang siswa mulai megacungkan tangan, dan peneliti memberikan kesempatan kepada semua siswa yang megacungkan tangan untuk menjawab. Peneliti juga berusaha agar siswa-siswa yang tidak aktif untuk menjawab pertanyaan. Salah satunya adalah siswa di kelompok 5. Ketika ditunjuk, siswa kelompok 5 mulai berdiskusi dan salah seorang perwakilan kelompok menjawab. Meski jawaban semua siswa belum tepat, peneliti tetap berusaha untuk menggali pemahaman siswa. Ketika peneliti menjelaskan, respon spontan siswa kembali membuat kelas menjadi berisik. Materi hukum kekekalan energi mekanik pada benda jatuh bebas dijelaskan oleh setiap kelompok. Ada tiga keadaan yaitu ketika benda di atas, di tengah , dan di tanah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.2. Gambar posisi benda yang dijelaskan siswa Setelah materi selesai, siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan latihan soal. Beberapa siswa mulai mengacungkan tangan dan mulai mengerjakan latihan soal di depan kelas serta menjelaskan kepada teman- teman. Namun, Ketika siswa sedang menjelaskan beberapa kali siswi-siswa dari kelas XII meminta ijin untuk masuk ke kelas dalam rangka meminta doa restu dari siswai kelas X agar lancar saat USBN ataupun saat UN yang akan dilaksanakan pada hari Senin. Peneliti sudah berusaha agar kegiatan ini dilaksanakan ketika pembelajaran selesai, namun beberapa siswa mulai berteriak-teriak di luar kelas dan mereka beralasan bahwa setelah pembelajaran mereka harus masuk ke kelasnya masing-masing untuk belajar. Setelah mengerjakan soal latihan , siswa diberi post-test. Pada saat memberikan post-test waktu yang tersisa kurang dari 30 menit, sedangkan jumlah soal post-test sebanyak 7 butir soal esay. Siswa dapat mengerjakan soal post-test tersebut, bahkan ada beberapa siswa yang mengumpulkan lembar jawaban sebelum waktunya. Kuisioner setelah treatment belum bisa diberikan karena waktu yang kurang. b. Penelitian di kelas yang menggunakan metode kooperatif Penelitian hari pertama dilaksanakan pada hari Kamis 6 Maret 2017. Diawal pembelajaran peneliti didampingi oleh guru mata pelajaran fisika dan guru tersebut menyampaikan alasan peneliti mengajar. Setelah guru mata pelajaran meninggalkan kelas, peneliti langsung memberikan pre-test kepada siswa. Setekah pre-test diberikan siswa dibagi dalam kelompok, ketika dibagi dalam kelompok salah seorang siswa meminta kepada peneliti agar diusahakan siswai yang sering remidi bisa berbaur dalam kelompok dengan siswaiyang memiliki kemampuan yang baik. Dengan menggunakan game kursi bernomor siswa mulai masuk dalam kelompok, setelah itu peneliti memeriksa kembali kelompok yang terbentuk agar penyebaran siswa yang sering remidi dan siswa yang memiliki kemampuan yang baik tersebar merata. Setelah pembagian kelompok siswa diberikan kancing, satu orang mendapatkan dua kancing. Kemudian peneliti menjelaskan cara menggunakan kancing sesuai aturan kancing gemerincing. Setelah itu peneliti menjelaskan metode yang digunakan selama pembelajaran. Ada beberapa siswa yang protes ketika peneliti menjelaskan bahwa metode debat akan digunakan selama pembelajaran. Pada awal pembelajaran ini siswa secara sukarela maju untuk mendemostrasikan kegiatan melepaskan buku dari ketinggian tertentu, lalu peneliti mengajukan pertanyaan energi apa saja yang ada ada saat buku dilepakan. Secara keseluruhan siswa bisa menjawab. Namun, ketika peneliti menunjuk salah satu buku yang diam diatas meja, apakah memiliki energi atau tidak, banyak terjadi perbedaan pendapat dari setiap kelompok. Kemudian peneliti meminta siswa berdiskusi dalam kelompok dengan memilih dua opsi yaitu kelompok pro apabila kelompok setuju jika buku yang diletakan diatas meja dan dalam kedaan diam memiliki energi dan kelompok kontra apabila kelompok setuju jika buku yang diletakan diatas meja dan dalam kedaan diam tidak memiliki energi menggunakan aturan kancing gemerincing. Pembelajaran yang paling menonjol saat siswa berdiskusi adalah metode kancing gemerincing. Pada saat menggunakan metode ini siswa mengalami kendala yaitu siswa tidak terbiasa menggunakan metode ini sehingga beberapa siswa merasa metode ini malah mempersulit siswa karena ada batasan bicara pada masing-masing siswa ketika berdiskusi dan kendala yang paling sering dijumpai pada setiap kelompok adalah pada beberapa kelompok ada siswa yang tidak mau berbicara, akibatnya teman lain yang kehabisan kouta berbicara dan mau berbicara dalam kelompok diam. Namun, kendala-kendala ini bisa diatasi oleh masing-masing ketua kelompok. Ketua kelompok tetap mengkoordinir dan mengkondisikan anggota-anggota kelompoknya untuk berbicara, agar pembuatan argumen yang digunakan pada saat debat dapat selesai pada waktunya. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2017 dengan alokasi waktu pembelajaran adalah 1 JP 30 menit. Diawal pembelajaran peneliti megucapkan salam dan berdoa, kemudian mengabsen siswa, ternyata semua siswa mengikuti pelajaran. Setelah mengabsen siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI peneliti langsung mengkondisikan siswa agar langsung duduk di tempatnya masing-masing. Kemudian setelah duduk peneliti menentukan kelompok- kelompok yang akan berdebat. Dalam perencanaannya akan ada 4 topik yang diperdebatkan dengan alokasi wakku satu topik 20 menit, namun karena kekurangan waktu peneliti menggunakan 2 topik perdebatan dengan pembagian kelompok satu kelompok pro atau kontra terdiri dari 8 orang. Pemilihan kelompok pro dan kontra juga tidak berdasarkan jawaban dan argumen yang sudah dikerjakan siswa. Dari 4 kelompok yang dipilih peneliti menetukan 1 kelompok yaitu kelompok 6 menjadi kelompok kontra, sebelumnya kelompok 6 menjadi kelompok kontra bergabung dengan kelompok 3 yang semula menjadi kelompok pro. Sedangkan 2 kelompok lainnya bergabung menjadi satu kelompok, yaitu kelompok 4 yang semula pro bergabung bersama kelompok 5 yang semula juga menjawab pro. Penggabungan kelompok ini juga berdasarkan kemampuan masing-masing kelompok. Kelompok yang kurang dapat berbicara dan memiliki kemampuan yang baik akan bergabung dengan kelompok yang paling berisik namun memiliki kamampuan yang rendah. Dengan adanya pembagain kelompok seperti ini, kelompok yang semula pro yang kemudian masuk ke kelompok kontra akan banyak belajar karena pada saat dimasukan dalam kelompok kontra, kelompok tersebut akan berusaha mencari argumen agar bisa berkompetisi saat berdebat, hal ini membuat wawasan siswa bertambah. Debat berlangsung selama 25 menit, setiap mempertahankan argumennya masing-masing. Ketika menyampaikan pendapat masing- masing siswa mempunyai 2 kuota bicara yang ditandai dengan kancing. Namun, karena waktu yang tidak cukup peneliti kemudian manarik kesimpulan dan menjelaskan. Pada saat berdebat salah seoarang siswa yang pada pertemuan sebelumnya dibentak oleh teman ketua kelompoknya bergabung dengan kelompok kontra. Ketika perdebatan berlangsung siswa tersebut hanya diam dan tidak berinisiatif untuk beradu argumen, siswa hanya biacara beberapa kali dalam kelompok. Sedangkan pada kelompok pro ada satu orang siswa yang suka menyendiri, dia hanya bicara kepada peneliti dan bertukar pikiran dengan peneliti. Ketika peneliti memintanya untuk berpendapat dalam kelompok siswa tersebut hanya diam saja dan sesekali berbicara dengan kelompoknya, namun tidak berani beradu pendapat dengan kelompok kontra. Pertemuan ketiga untuk kelas X MIPA berlangsung pada hari Kamis 16 Maret 2017. Pada pertemuan ini alokasi waktu untuk 1 JP adalah 30 meit. Peneliti memiliki kesempatan melaksakan kegiatan pembelajaran selama 60 menit 2 JP yang dimulai pukul 11.00- 12.00, tetapi pada pukul 12 sekolah harus dalam kondisi clean area dan kelas harus sudah dibersihkan untuk persiapan USBN kelas XII. Dengan demikian pembelajaran berlangsung selama 50 menit. Karena 10 menit terakhir digunakan siswa untuk membersihkan kelas. Debat kedua dengan tema energi itu kekal atau tidak. Apabila kekal megapa harus hemat energi ?. Penyusunan argumen untuk debat kedua ini tidak dilakukan di dalam kelas tetapi sebelum pembelajaran dimulai, hal ini dilakukan agar waktu tidak digunakan untuk berdebat dan mulai masuk ke materi tentang energi, namun siswa masih berargumen dalam kelompoknya masing-masing dan 5 menit kemudian debat dimulai. Kelompok yang menjadi kelompk pro adalah kelompok 2 dan 7, sedangkan kelompok yang menjadi kelompok kontra adalah kelompok 1 dan 8. Pemilihan kelompok ini berdasarkan kemampuan siswa dan keaktifan kelompok masing-masing. Misalnya kelompok 7 yang kurang serius saat berdiskusi bergabung dengan kelompok 2 yang disiplin saat berdiskusi dan memiliki kemampuan yang baik sedangkan kelompok 1 yang kurang banyak berbicara bergabung dengan kelompok 8 yang banyak bicara dan disiplin dalam menggunakan kancing. Pada saat perdebatan dimulai setiap orang diberi 1 kancing sebagia kouta biacara, hal ini dilakukan agar semua siswa memiliki kesempatan berbicara. Metode debat pada pertemuan kedua ini berlangsung selama 25 menit. Setelah itu peneliti membuat kesimpulan dan memberi peneguhan terhadap argumen-argumen yang sudah benar. Selanjutnya siswa belajar tentang energi kinetik, energi potensial, hubungan usaha dengan energi kinetik, dan hubungan usaha dengan energi potensial. Siswa aktif mengutarakan pendapat, namun saat menentukan persamaan hubungan energi kinetik dan usaha, siswa mengalami kebingungan. Kemudian setelah dipecahkan bersama siswa mulai mengerti. Untuk materi hubungan usaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan energi potensial salah satu kelompok sukarela maju ke depan kelas dan menjelaskan kepada teman-teman hubungan usaha dan energi kinetik. Setelah keempat topik ini selesai, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan kembali materi yang belum dipahami, namun tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Siswa malah meminta agar pelajaran berakhir karena meraka belum membersihkan kelas. Pertemuan terakhir untuk kelas X MIPA 1 adalah pada hari Kamis, 6 April 2017. Pada hari terakhir penelitian semua siswa kelas X MIPA 1 hadir. Pertemuan ini diawali dengan salam pembuka, absensi, dan doa pembuka, kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan dalam pertemuan. Peneliti juga menginformasikan bahwa diakhir pembelajaran siswa akan mengerjakan post-test. Pada bagian isi pmbelajaran peneliti menampilkan gambar lihat gambar 1. Dalam kelompk siswa berdiskusi dengan aturan kancing gemerincing, kelompok-kelompok terpilih akan mempresentasikan bagian- bagian tertentu yang menjadi tugas mereka. Setelah materi energi mekanik dan hukum kekekalan energi selesai, siswa diberi post-test dan siswa juga mengisi kuisioner akhir setelah diberi treatment. Gambar 4.3. Siswa sedang mempresentasikan materi hukum kekekalan energi pada gerak jatuh bebas.

B. Data dan Analisis Data

1. Prestasi Belajar a. Data dan analisis pretest dan posttest Kelas X MIPA 1 b. Data dan analisis pretest dan posttest Kelas X MIPA 2 c. Data dan analisis pretest Kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 d. Data dan analisis posttest Kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 2. Komunikasi Interpersonal a. Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X MIPA 1 b. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 c. Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X MIPA 2 d. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 e. Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment f. Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment g. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment h. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment i. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal anatar siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 setelah diberi treatment j. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal anatar guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 setelah diberi treatment k. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal anatar guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 berdasarkan penilaian observer. l. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal anatar guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 berdasarkan penilaian observer. a. Data dan analsisi pretest dan posttest kelas X MIPA 1 Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajara pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada pretest dan posttest siswa. Data pretest dan posttest kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.3. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 1 No Nilai Pretest Nilai Posttest 1 36,92 60 2 36,92 95,38 3 44,62 81,54 4 43,08 81,54 5 43,08 86,15 6 24,62 58,46 7 21,54 83,08 8 44,62 86,15 9 43,85 100 10 58,46 58,46 11 33,85 73,85 12 56,92 67,69 13 44,62 96,92 14 36,92 90,77 15 44,62 98,46 16 40 70,77 17 50,77 90,77 18 44,62 86,15 19 30 64,62 20 47,69 96,92 21 44,62 90,77 22 52,31 90,77 23 50,77 72,31 24 50,77 100 25 52,31 60 26 32,31 96,92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI No Nilai Pretest Nilai Posttest 27 43,08 89,23 28 32,31 98,46 29 35,38 78,46 30 50,77 89,23 Rata-rata 42,41 83,13 Data pretest dan posttest kelas X MIPA 1 kemudian dianalisisi dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini menggunakan analisis Paired Sample Test. Hasil output SPSS data pretest dan posttest kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil uji Test-T Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 1 Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -13,925, p = 0,000 dengan level signifikan 0,05, mean pretest kelas X MIPA 1 adalah 42,41, mean Posttest kelas X MIPA 1 adalah 83,13. Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest 42.4117 30 8.96990 1.63767 Posttest 83.1277 30 13.57747 2.47889 Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pretest - Posttest -40.71600 16.01509 2.92394 -46.69613 -34.73587 -13.925 29 .000 Oleh karena p = 0,000 0,05 maka hasil signifikan. Dengan demikian pretest dan Posttest kelas X MIPA 1 ada perbedaan. Oleh karena nilai mean Posttest lebih besar dari mean pretest maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah siswa diajar dengan meggunakan metode kooperatif. b. Data dan analisis pretest dan posttest kelas X MIPA 2 Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada pretest dan posttest siswa. Data nilai pretest dan posttest kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4. 5. Tabel 4. 5. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 2 No Nilai Pretest Nilai Posttest 1 40 84,62 2 43,08 87,69 3 41,54 86,15 4 55,38 81,54 5 40 100 6 44,62 84,62 7 33,85 80 8 38,46 55,38 9 50,77 81,54 10 40 80 11 47,69 70,77 12 53,85 98,46 13 47,69 87,69 14 44,62 40 15 47,69 67,69 16 38,46 70,77 17 38,46 72,31 18 49,23 100 No Nilai Pretest Nilai Posttest 19 47,69 93,85 20 52,31 80 21 24,62 64,62 22 44,62 92,31 23 36,92 58,46 24 44,62 61,54 25 44,62 92,31 26 21,54 80 27 43,08 89,23 28 40 73,85 29 40 61,54 30 47,69 73,85 Rata-rata 42,77 78,4 Data analisis kelas X MIPA 2 kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini menggunakan analisis Paired Samples Test. Hasil output SPSS data pretest dan posttest kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Hasil uji Test-T Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 2 Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest2 42.7700 30 7.44263 1.35883 Posttest2 78.3597 30 14.24971 2.60163 Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 13, 821, p = 0,000 dengan level signifikan 0,05, mean pretest = 42,77 , mean posttest = 78,34. Oleh karena p = 0,000 0,05 maka hasil signifikan. Dengan demikian pretest dan Posttest kelas X MIPA 2 ada perbedaan. Oleh karena nilai mean Posttest lebih besar dari mean pretest aka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif.

c. Analisis Pretest Kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2

Untuk mengetahui prestasi belajar awal siswa, peneliti memberikan pretest pada masing-masing siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2. Data ini kemudian dianalisis dengan menggunakanuji statistik test-t untuk kelompok independen. Data nilai pretest kelas kotrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tebel 4.7. Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pretest2 - Posttest 2 -35.58967 14.10422 2.57507 -40.85627 -30.32306 -13.821 29 .000 Tabel 4.7. Data Nilai Pretest X MIPA 1 dan Nilai Pretest X MIPA No Nilai Pretest X MIPA 1 X MIPA 2 1 36,92 40 2 36,92 43,08 3 44,62 41,54 4 43,08 55,38 5 43,08 40 6 24,62 44,62 7 21,54 33,85 8 44,62 38,46 9 43,85 50,77 10 58,46 40 11 33,85 47,69 12 56,92 53,85 13 44,62 47,69 14 36,92 44,62 15 44,62 47,69 16 40 38,46 17 50,77 38,46 18 44,62 46,15 19 30 49,23 20 47,69 47,69 21 44,62 52,31 22 52,31 24,62 23 50,77 44,62 24 50,77 36,92 25 52,31 44,62 26 32,31 44,62 27 43,08 21,54 28 32,31 43,08 29 35,38 40 30 50,77 40 31 - 47,69 Rata-rata 42,41 42,98 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data nilai pretest kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini menggunkan anaslsisi Independen Sample Test. Hasil output kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hasil uji Test-T Nilai Pretest X MIPA 1 dan Nilai Pretest X MIPA 2 Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa nilai t = -0,269, p = 0,789 dengan level signifikan 0,05, mean pretest1 sebagai kelas X MIPA 1 = 42,41, mean pretest2 sebagai kelas X MIPA 2 = 42.98. Group Statistics Code N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pretest MIPA1 30 42.4117 8.96990 1.63767 MIPA2 31 42.9784 7.40894 1.33069 Independent Samples Test pretest Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed 1.431 .236 -.269 59 .789 -.56672 2.10351 -4.77583 3.64239 Equal variances not assumed -.269 56.238 .789 -.56672 2.11014 -4.79345 3.66001 Oleh karena p = 0,789 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik pemahaman awal kedua kelas sebelum diberikan treatmenttidak berbeda.

d. Data dan analisis posttest kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA

2 Untuk mengetahui prestasi akhir siswa, peneliti memberikan posttest pada masing-masing siswa dari kedua kelas tersebut. Data nilai posttest ini kemudian dianalisis dengan uji statistik tes-t untuk kelompok independen. Data nilai posttest pada kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9. Data Nilai posttset X MIPA 1 dan Nilai Pretest X MIPA 2 No Nilai Posttest X MIPA 1 X MIPA 2 1 60 84,62 2 95,38 87,69 3 81,54 86,15 4 81,54 81,54 5 86,15 100 6 58,46 84,62 7 69,23 80 8 83,08 55,38 9 86,15 81,54 10 100 80 11 58,46 70,77 12 73,85 98,46 13 67,69 87,69 14 96,92 40 15 90,77 67,69 16 98,46 70,77 No Nilai Posttest X MIPA 1 X MIPA 2 17 70,77 72,31 18 90,77 100 19 86,15 93,85 20 64,62 80 21 96,92 64,62 22 90,77 92,31 23 90,77 58,46 24 72,31 61,54 25 100 75,38 26 60 92,31 27 96,92 80 28 89,23 89,23 29 96,92 73,85 30 98,46 61,54 31 78,46 73,85 32 89,23 - Rata-rata 83,12 78,26 Data nilai posttest kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 kemudian diuji dengan menggunakan prograa SPSS. Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data posttest kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Hasil uji Test-T Posttset X MIPA 1 dan Nilai X MIPA 2 Group Statistics Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Posttest MIPA1 32 83.1244 13.59489 2.40326 MIPA2 31 78.2635 14.02042 2.51814 Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.396 dengan dengan level signifikan 0,05, mean posttest X MIPA 1 = 83,12 , mean pretest X MIPA 2 = 78.26. Oleh karena p = 0,168 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik prestasi akhir siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 tidak berbeda. Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa prestasi akhir belajar dari kedua kelas adalah sama. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar pada kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 yang diberi treatment berbeda adalah sama. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal, antar lain : Independent Samples Test Post test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed .050 .824 1.397 61 .167 4.86083 3.47917 -2.09621 11.81787 Equal variances not assumed 1.397 60.758 .168 4.86083 3.48090 -2.10023 11.82188 a Metode ceramah interaktif yang biasa dilakukan Metode cermah interaktif yang biasa diajarkan kepada siswa Hal ini membuat siswa di kelas X MIPA 2 terbiasa. Bebeda dengan kelas X MIPA 1 yang belum terbiasa menggunakan metode kooperatif. Dalam penggunaan metode kooeratif ini keaktifan siswa dalam kelompok lebih dominan daripada keaktifan siswa bersama guru. Beberapa siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi dan malu berbicara baik dengan teman kelompok maupun dengan guru dikelas X MIPA 1 menyebabkan mereka mengalami kesulitan saat terutama saat belajar menggunakan metode kancing gemerincing. Terkadang ada beberapa yang susah berbicara sehingga membuat diskusi dikelompok menjadi terhambat. Namun bukan berarti metode koperatif ini tidak baik digunakan. Justru sebaliknya, bahwa dengan metode ini siswa menjadi berani berbicara, berani mengungkapkan pendapat, dan berani bertanya. Apabila dibiasakan, maka prestasi belajar siswa dapat lebih meningkat b Keterbatasan waktu pada kelas X MIPA 1 Alokasi waktu yang sering berubah karena adanya kegiatan- kegiatan dadakan di sekolah yang menyebabkan jam pelajaran terkahir harus diperpendek. Jadwal pelajaran Fisika di kelas X MIPA 1 adalah pada jam 7-8 di hari kamis dan jam 4 di hari senin. Pada hari senin jadwa pelajaran sering kali berubah karena adanya upacara bendera yang membuat alokasi waktu pelajaran harus diperpendek, sedangkan pada hari kamis didua pertemuan terakhir alokasi waktu diperpendek karena ertepatan dengan waktu untuk membersihkan ruangan untuk persiapan ujian USBN kelas XII dan ujian mid semester kelas X dan XI. Perubahan alokasi waktu yang diketahui secara mendadak oleh peneliti menyebabkan pembelajaran tidak sesuai dengan rencana pelaksaan pembelajaran RPP yang sudah diencakanakan peneliti. Dengan demikian beberapa latihan soal dikerjakan dengan terburu- buru oleh siswa, dan beberapa siswa tidak bertanya ketika bingung, mereka khawatir petugas sekolah akan memarahi mereka karena kelas masih dalam keadaan kotor dan belum dirapikan. Namun, nilai mean dari kedua kelas berbeda. Nilai mean kelas X MIPA 1 lebih besar dari pada nilai mean kelas X MIPA 2. Selisih peningatan nilai mean kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah diberi treatment juga lebih besar dari pada selisih peningkatan nilai mean kelas X MIPA 2 sebelum dan sesudah diberi tretament.

3. Komunikasi Interpersonal

a. Data dan analisisi komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara siswa pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir. Data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1 No Sebelum Sesudah 1 63 57 2 60 60 3 60 61 4 61 60 5 60 60 6 68 57 7 63 65 8 60 57 9 60 58 10 59 58 11 60 61 12 49 49 13 59 60 14 62 62 15 67 70 16 62 59 17 57 58 18 54 54 19 63 63 20 56 87 21 58 62 22 57 60 23 61 61 24 61 65 25 60 63 26 64 63 27 69 67 28 61 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI No Sebelum Sesudah 29 60 58 30 67 67 Rata-rata 60,7 61,4 Analisis statistik menggunakan SPSS untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIPA 1 Paired Samples Test Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Awal 60.7000 30 4.06965 .74301 Akhir 61.4000 30 6.31692 1.15331 Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Awal – Akhir -70000 6.44419 1.17654 -3.10630 1.70630 -.595 29 .556 Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 0, 595, p = 0,556 dengan level signifikan 0,05, mean awal = 60,70 , mean akhir = 61,40. Oleh karena p = 0,556 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif tidak ada perbedaan. b. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir. Data data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1 No Total skor awal Total Skor akhir 1 44 44 2 41 41 3 41 48 4 46 42 5 45 45 6 41 40 7 49 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guruu dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada Tabel 4. 14 . 8 41 43 9 44 44 10 44 47 11 43 44 12 36 36 13 44 47 14 45 45 15 45 52 16 42 45 17 42 46 18 36 39 19 46 50 20 44 43 21 47 44 22 41 40 23 44 46 24 4 49 25 42 46 26 43 44 27 48 50 28 45 42 29 43 43 30 51 54 Rata-rata 43,5 45,1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.14. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1 Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 3,051, p = 0,005 dengan level signifikan 0,05, mean awal = 43,50 , mean akhir = 45,10. Oleh karena p = 0,005 0,05 maka hasil signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif ada perbedaan. Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sebelum 43.5000 30 3.19212 .58280 Sesudah 45.1000 30 4.21287 .76916 Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Sebelum – Sesudah -1.60000 2.87198 .52435 -2.67242 -3.051 -.595 29 .005 c. Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 2 Seperti halnya kelas X MIPA 1, untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara siswa pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir. Data data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada tabel 4. 15 Tabel 4.15. Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2 No Total skor awal Total Skor akhir 1 58 57 2 64 62 3 61 56 4 62 58 5 63 59 6 55 60 7 62 64 8 59 61 9 65 66 10 69 59 11 61 61 12 60 54 13 69 58 14 53 57 15 65 66 16 65 58 17 58 57 18 62 61 19 56 59 No Total skor awal Total Skor akhir 20 59 62 21 59 58 22 61 57 23 58 57 24 61 61 25 56 61 26 62 58 27 56 57 28 61 61 29 57 58 Rata-rata 60,59 59,41 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara siswa kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa awal dan komunikasi interpersonal antara siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada tabel 4.16 Tabel 4.16. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2 Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Awal 60.5862 29 3.86853 .71837 Akhir 59.4138 29 2.83495 .52644 Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.557, p = 0,131 dengan level signifikan 0,05, mean awal = 60,59, mean akhir = 59,41. Oleh karena p = 0, 131 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 2 sebelum dan sesudah menggunakan metode ceramah interaktif tidak ada perbedaan. Demikian tidak ada peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa setelah siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif. d. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 2 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir. Data data Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 awal – akhir 1.17241 4.005383 .752789 -.36958 2.71441 1.557 28 .131 komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada tabel 4.17 Tabel 4.17. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2 No Total skor awal Total Skor akhir 1 40 40 2 37 44 3 42 41 4 49 42 5 44 40 6 38 43 7 41 43 8 42 44 9 43 51 10 46 44 11 47 47 12 43 41 13 50 40 14 40 42 15 50 50 16 45 41 17 42 40 18 44 44 19 42 45 20 43 44 21 45 47 22 41 40 23 44 45 24 45 43 25 40 43 26 45 44 27 43 43 28 38 44 29 41 45 Rata-rata 43,10 43,45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dna siswa kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada 4.18 Tabel 4.18.Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA D a r Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 0,478, p = 0,636 dengan level signifikan 0,05, mean awal = 43,10 , mean akhir = 43,45. Oleh karena p = 0, 636 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Awal 43.1034 29 3.30956 .61457 Akhir 43.4483 29 2.78499 .51716 Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 awal – akhir -.34483 3.88473 .72138 -1.82250 1.13284 -.478 28 .636 ceramah interaktif tidak ada perbedaan. Dengan demikian tidak ada peningkatan komunikasi interpersonal antar guru dan siswa setelah siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif. e. Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum menggunakan treatment Untuk membandingkan perbedaan kedua metode pembelajaran ini yaitu metode kooperatif dan metode ceramah interaktif, maka dilihat perbandigan komunikasi interpersonal antar siswa di kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa psebelum diberikan treatment. Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum diberikan treatment dapat dilihat pada Tabel 4.19 Tabel 4.19. Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan treatment No Komunikasi Interpersonal antar siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1 X MIPA 2 1 63 58 2 60 64 3 60 61 4 61 62 5 60 63 6 68 57 7 63 55 8 60 62 9 60 59 10 59 65 No Komunikasi Interpersonal antar siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1 X MIPA 2 11 60 69 12 49 61 13 59 60 14 62 69 15 67 53 16 62 65 17 57 65 18 54 58 19 63 62 20 56 59 21 58 56 22 57 59 23 61 59 24 61 61 25 60 58 26 64 58 27 69 61 28 61 56 29 60 62 30 67 56 31 - 61 32 - 57 Rata- rata 60,7 60,34 Data komunikasi antara siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 kemudian diuji dengan menggunakan program SPSS. Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.20. Tabel 4.20. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan treatment Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 0.357 dengan level signifikan 0,05, mean kelas X MIPA 1 = 60,70 , mean kelas X MIPA 2 = 60.34. Oleh karena p = 0,722 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal awal antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum diberi treatment tidak berbeda. Group Statistics Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Sebelum MIPA 1 30 60.7000 4.06965 .74301 MIPA 2 32 60.3438 3.76409 .66540 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed .056 .814 358 60 .722 .35625 .99487 -1.63378 2.34628 Equal variances not assumed .357 58.793 .722 .35625 .99741 -1.63971 2.35221 f. Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment. Untuk membandingkan perbedaan kedua metode pembelajaran ini yaitu metode kooperatif dan metode ceramah interaktif dalam memingkatkan komunikasi interpersonal antara siswa, maka dilihat perbandingan komunikasi interpersonal antar siswa di kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberi treatment. Data komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberikan treatment dapat dilihat pada tabel 4.21 Tabel 4.21. Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2 setelah menggunakan treatment No Komunikasi Interpersonal antar siswa setelah diberikan treatment X MIPA 1 X MIPA 2 1 57 57 2 60 62 3 61 56 4 60 58. 5 60 59 6 57 60 7 65 64 8 57 61 9 58 66 10 58 59 11 61 61 12 63 54 13 49 58 14 60 57 15 62 66 16 66 58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.22. Hasil uji Test-T data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan treatment Group Statistics code N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Setelah MIPA1 32 61.5938 6.16891 1.09052 MIPA2 29 59.4138 2.83495 .52644 17 70 57 18 59 61 19 58 59 20 54 62 21 63 58 22 87 57 23 62 57 24 60 61 25 61 61 26 65 58 27 63 57 28 63 61 29 67 58 30 60 - 31 58 - 32 67 Rata-rata 61,59 59,41 Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.800 dengan dengan level signifikan 0,05, mean kelas X MIPA 1 = 61,59 , mean X MIPA 2 = 59.41. Oleh karena p = 0.079 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal akhir antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberikan treatment tidak berbeda. Salah satu instrumen pengukur tingkat komunikasi interpersonal antar siswa adalaha angket. Angkat yang diberikan terdiri dari 20 pernyataan,mencakup 5 aspek, yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesetaraan. Untuk aspek keterbukaan ada 4 indikator yaitu berani membuka diri, berani mengungkapkan pendapat secara jujur, berani mengakui perasaan yang ditunjukan kepada orang lain, dan Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed 3.040 .086 1.743 59 .087 2,17996 1.25102 -.32333 4.68325 Equal variances not assumed 1.800 44.459 .079 2.17996 1.21094 -.25982 4.61973 berani bertanggung jawab atas pernyataan atau perasaan yang dilontarkan. Masing-masing indikator ini terdiri dari 2 pernyataan. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan yang paling tinggi skornya adalah pernyataan nomor 6 dan nomor 3 yaitu “Saya bersedia merubah pendapat saya bila ternyata pendapat saya salah” dan “Saya mengatakan pendapat saya secara jujur bila orang lain meminta bantuan saya”. Pada saat pembelajaran berlangsung hal ini sangat kelihatan ketika siswa siswa berdiskusi dengan metode kancing gemerincing. Setiap siswa memiliki pendapat yang berbeda, namun siswa tetap berdiskusi dan memperbanyak referensi internet untuk mendukung setiap argumen yang dimiliki siswa hingga siswa menemukan jawaban yang tepat. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 pernyataan yang memeiliki skor pal ing tinggi adalah pernyataan nomor 1 yaitu “ Dalam kelompok saya terlebih dahulu menyapa”. Pada saat pembelajaran hal ini begitu terlihat pada saat siswa masuk dalam kelompok baru yang dibentuk dengan game kursi bernomor. Untuk aspek empati terdiri dari satu indikator yaitu mendengarkan pendapat orang lain nomor 8 yaitu Saya senang mendengarkan pendapat dari orang lain. Pada kelas X MIPA 1 skor nomor 8 merupakan skor paling besar dibandingkan skor pada nomor pernyataan lainnya. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa yang tidak ikut berdebat mendengarkan dengan baik setiap alur debat. Pada saat teman lain menjelaskan di depan kelas setiap siswa juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendengarkan dengan baik apa yang dijelaskan, meski terkadang ada yag masih berbicara, tapi apa yang dibicarakan siswa adalah bagian dari materi. Pada kelas X MIPA 2 skor untuk pernyataan nomor 8 setara dengan beberapa skor dari aspek lain, pada saat pembelajaran berlangsung terkadang siswa tidak saling mendengarkan terutama ketika siswa bekerja dalam kelompok. Ada yang mendominasi pembicaraan dan jarang mendengar pendapat teman lain dan ada yang menjadi pendengar pasif tanpa memberi kontribusi selama bekerja sama dalam kelompok. Untuk aspek dukungan terdiri dari 3 indikator yaitu mendukung pendapat teman, spontanitas, dan profesionalisme. Setiap indikator ini memiliki jumlah pernyataan yang berbeda. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan 9 yang memiliki skor tertinggi yaitu “saya merasa memberikan dukungan kepada teman-teman adalah tindakan yang baik”. Bentuk dukungan siswa sangat menonjol pada saat debat, setiap siswa dalam kelompok debat saling mendukung argumen teman satu kelompoknya. Pada kelas X MIPA 2 pernyataan nomor 9 ini juga adalah pernyataan yang memiliki skor paling tinggi. Pada saat pembelajaran di kelas X MIPA 2 dukungan yang diberikan siswa kepada temannya tidak begitu menonjol. Selama pembelajaran hanya beberapa orang siswa dalam beberapa kelompok yang memberikan dukungan kepada teman, ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di depan kelas dan menjelaskan keada siswa. Bentuk dukungan yang terlihat yaitu siswa meyakinkan temannya. Untuk aspek kepositifan ada 3 indikator, yaitu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, menerima sikap orang lain, dan berani memberikan pujian terhadap lawan bicara. Untuk kelas X MIPA 1 pernyataan yang paling besar bobotnya adalah 15 yang berbuyi “saya memuji orang lain yang memperoleh prestasi’. Hal ini sangat berbeda dengan yang terjadi di kelas. Siswa jarang memberikan pujian kepada temannya. Hanya beberapa siswa yang saling memuji siswa lain. Sedangkan untuk kelas X MIPA 2 pernyataan yang memiliki skor teringgi adalah nomor 13 yaitu “ saya merasa diri mampu menjadi teman bicara yang baik bagi orang lain” . Hal ini sangat berbeda dengan yang terjadi didalam kelas. Pada saat pembelajaran siswa-siswa yang biasa aktif selalu mendominasi pembicaraan sedangkan siswa-siswa yang lain jarang berbicara. Selain pernyataan nomor 13, pernyataan yang memiliki skor paling tinggi juga adalah skor momor 15 yaitu “ saya memuji orang lain y ang memperoleh prestasi” . Hal ini juga sangat tidak sesuai dengan kejadian selama pembelajaran berlangsung. Siswa jarang memberikan pujian kepada teman yang memperoleh prestasi. Ketika ada teman yang bisa memecahkan persoalan dalam kelas misalnya ketika memperlajari hubungan usaha potensial dan energi, hanya sau orang siswa yang berhasil menjawab benar dan bersedia menjelaskan kepada teman-teman sekelasnya. Teman-teman sekelasnya tidak memberikan apresiasi, mereka hanya mencatat dan mencocokan jawaban saja. Untuk aspek kesetaraan ada 2 indikator yaitu mampu menghargai pendapat orang lain dan mampu menghargai perbedaan. Masing-masing indikator terdiri dari 2 pernyataan. Pada kelas X MIPA 1 Pernyataan yang memiliki skor paling tinggi yaitu pernyataan 18 dan 1 9 yaitu “saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka pemecahan masalah” dan “dengan adanya perbedaan pendapat, wawasan saya akan semakian luas”. Hal ini sangat nampak ketika pembelajaran di kelas, perbedaan pendapat sangat jelas ketika siswa berdebat. Masing-masing kelompok mempertahankan argumennya dan berdebat untuk saling menemukan titik temu. Pada saat berdiskusi juga terjadi perbedaan kelompok antar siswa. Ketika terjadi perbedaan pendapat, siswa tetap berdiskusi seperti biasa dan mencoba mencari jalan keluar dengan memperbanyak referensi. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 skor paling tinggi adalah pada nomor 18 yaitu “saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka pemecahan masalah”. Perbedaan pendapat yang ada pada kelas X MIPA 2 itu jarang terjadi, karena siswa terkadang ikut-ikutan setuju ketika teman lainnya berpendapat. Biasanya siswa percaya begitu saja terhadap saran atau pendapat dari teman yng dianggap pintar dalam kelompok atau dari teman yang aktif mencari pemecahan masalah. Terkadang siswa bermental “ ikut-ikutan “. g. Data dan Analisis komunikasi interpersonal awal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment Sebelum diberi treatment yang berbeda pada dua kelas yang berbeda, peneliti ingin membandingkan dan melihat komunikasi interpersonal awal antara siswa dan guru pada kedua kelas ini. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum diberikan diberikan treatment. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum diberikan treatment dapat dilihat pada tabel 4.23. Tabel 4.23. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan treatment No Komunikasi Interpersonal antara guru dan siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1 X MIPA 2 1 44 40 2 41 37 3 41 42 4 46 49 5 45 44 6 41 39 7 49 38 8 41 41 9 44 42 10 44 43 11 43 46 12 36 47 13 44 43 14 45 50 15 45 40 16 42 50 17 42 45 No Komunikasi Interpersonal antara guru dan siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1 X MIPA 2 18 36 42 19 46 44 20 44 44 21 47 42 22 41 43 23 44 45 24 42 41 25 42 44 26 43 44 27 48 45 28 45 40 29 43 45 30 51 43 31 - 38 32 - 41 Rata-rata 43.50 43.03 Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa dan guru pada kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.24. Tabel 4.24. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 Sebelum menggunakan treatment Group Statistics Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Sebelum MIPA1 30 43.5000 3.19212 .58280 MIPA2 32 43.0313 3.23772 .57235 Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 0. 574 dengan dengan level signifikan 0,05, mean kelas X MIPA 1 = 43,50 , mean kelas X MIPA 2 = 43,03. Oleh karena p = 0,568 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal awal antara guru dan siswa siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum diberi treatment tidak berbeda. h. Data dan Analisis komunikasi interpersonal anatara siswa dan guru setelah diberikan treatment yang berbeda Setelah diberikan treatet berupa metode pembelajaran kooperatif pada kelas X MIPA 1 dan Metode pembelajaran ceramah interaktif pada kelas X MIPA 2. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberikan treatment. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberikan treatment dapat dilihat pada tabel 4.25 Group Statistics Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Sebelum MIPA1 30 43.5000 3.19212 .58280 MIPA2 32 43.0313 3.23772 .57235 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed .069 .794 .574 60 .568 .46875 .81723 -1.16595 2.10345 Equal variances not assumed .574 59.842 .568 .46875 .81685 -1.16528 2.10278 Tabel 4.25. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 setelah menggunakan treatment Sampel Komunikasi Interpersonal antara guru dan siswa setelah diberikan treatment X MIPA 1 X MIPA 2 1 44 40 2 41 44 3 48 41 4 42 42 5 45 40 6 40 43 7 54 43 8 43 44 9 44 51 10 47 44 11 44 47 12 46 41 13 36 40 14 47 42 15 45 50 16 38 41 17 52 40 18 45 44 19 46 45 20 39 44 21 50 47 22 43 40 23 44 45 24 40 43 25 46 43 26 49 44 27 46 43 28 44 44 29 50 45 30 42 - 31 43 - 32 54 - Rata-rata 44,91 43.45 Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.26. Tabel 4. 26. hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan treatmen t Group Statistics kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Setelah MIPA1 32 44.9063 4.26811 .75450 MIPA2 29 43.4483 2.78499 .51716 Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1,594 dengan level signifikan 0,05, mean X MIPA 1 = 44.91 , mean kelas X MIPA 2 = 43,45. Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T Df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed 3.733 .058 1 .562 59 .124 1.45797 .93334 -.40963 3.32558 Equal variances not assumed 1.594 59.819 .117 1.45797 .91473 -.37609 3.29203 Oleh karena p = 0,117 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal akhir antara guru dan siswa siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum tidak berbeda. Salah satu instrumen pengukur tingkat komunikasi interpersonal antara guru dan siswa adalah angket. Angket yang diberikan terdiri dari 15 pernyataan ini mencakup 5 Aspek, yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesetaraan. Untuk aspek keterbukaan ada 4 indikator yaitu keterbukaan siswa pada guru pada saat mengalami kesulitan dalam memahami materi, siswa berani mengancungkan tangan dan berpendapat saat guru bertanya, siswa berani untuk jujur atau tidak ketika mengalami kebingungan, dan menerima dan bersedia merubah pendapat atau marah saat guru mengatakan pendapat siswa belum tepat. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan yang mendapat skor paling tinggi adalah pernyataan nomor 5 yaitu “saya bersikap tenang saat guru mengatakan bahwa saya p endapat saya belum tepat”. Pada saat berinteraksi dalam kelas, beberapa kali siswa mengalami miskonsepsi dan ada beberapa siswa yang salah ketika mengerjakan soal latihan, ketika dikomentari peneliti siswa menerima dan mencoba mengerjakan lagi. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 pernyataan yang mendapat skor tetinggi adalah pernyataan nomor 3 yaitu “ saya bersedia untuk mendengar penjelasan guru”. Pada saat pelajaran berlangsung siswa sangat antusias untuk mendengarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penjelasan dari peneiti, namun respon sebagia siswa setelah mendengarkan adalah pasif. Untuk aspek empati ada satu indikator yaitu kemauan siswa untuk mendengarkan guru dan tidak bermain HP pada saat guru mejelaskan materi. Indiktor ini memiliki 3 pernyataan, pernyataan yang memiliki skor paling tinggi pada kelas X MIPA 1 yaitu pernyataan “ saya bersedia mendengarkan pendapat guru, meskipun berbeda dengan pendapat saya”. Selama penelitian, sering terjadi perbedaan pendapat antara siswa dengan guru dan siswa, misalnya siswa sering bingung dalam menentukan titik acuan unutk nilai h ketinggian pada persamaan energi potensial. Namun, siswa tetap mendengarkan penjelasan peneliti. Pada kelas X MIPA 2 , pernyataan yang mendapat skor paling tinggi sama dengan kelas X MIPA 1. Perbedaan pendapat yang peneliti jumpai selama pembelajaran hanya terjadi pada satu kelompok yaitu kelompok 2 dengan siswa yang bernomor absen 13. Sedangkan siswa lain itu tidak beradu pendapat dengan peneliti, maka dapat disimpulkan siswa tidka konsisiten dan tidak serius pada ssaat mengisi angket karena pada kenyataannya apa yang terjadi selama pembelajaran tidak sesuai deengan apa yang diisi siswa dalam angket. Untuk aspek dukungan, ada satu indikator yaitu spontanitas siswa saat menjawab pertanyaan guru. Satu indikator ini memiliki satu pernyataan yaitu “Saya akan memberikan respon secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI spontan pada saat guru bertanya”. Pada kelas X MIPA 1 pernyaatan ini juga memiliki skor yang tinggi. Pada saat meaksanakan penelitian terkadang siswa merespon spontan dengan menjawab secara bersama-sama tanpa menunjuk tangan untuk menjawab pada saat peneliti bertanya. Pada kelas X MIPA 2 pernytaan diatas merupakan pernyataan dengan skor paling rendah. Pada kenyataanya siswa menjawab secara spontan jika peneliti bertanya dan lebih siswa lebih sering menjawab bersama-sama. Ketidak seriusan siswa mengisi angket kembali terjadi. Untuk aspek Kepositifan ada 2 indikator, dengan jumlah pernyataan masing-masing 1. Pada kelas X MIPA 1 skor tertinggi yaitu pada pernytaaan “Saya menyambut baik setiap kritikan dan saran dari guru tentang pendapat saya”. Saat berdiskusi dengan siswa, siswa tetap semangat berdiskusi dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika pendapatnya berbeda dengan pendapat peneliti. Pada kelas X MIPA 2 pernyataan diatas merupakan pernyataan dengan skor tertinggi, pada kenyataannya hal ini benar- benar terjadi. Ketika terjadi perbedaan pendapat siswa akan menyembut baik setiap kritikan dan saran dari peneliti dan mencoba mencari tahu kebearannya, namun hal ini terjadi hanya pada beberapa siswa yang angktif dikelas. Untuk aspek kesetaraan ada 2 indikator dengan jumlah pernyataan yang berbeda. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memiliki skor paling tinggi adalah “Saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka pemecahan masalah”. Siswa tetap berdiskusi dengan baik meskipun terjadi perbedaan pendapat dengan guru. Pernyataan diatas juga merupakan pernyataan yang memiliki skor tertinggi pada kelas X MIPA 2. Pada kenyataanya perbedaaan pendapat antara peneliti dan siswa itu jarang terjadi. i. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment a Data kategorisasi Tabel 4. 27. Kategorisasi komunikasi interpersonal antr siswa X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment Kode siswa X MIPA 1 Kategori X MIPA 2 Kategori 1 57 baik 57 baik 2 60 baik 62 baik 3 61 baik 56 baik 4 60 baik 58 baik 5 60 baik 59 baik 6 57 baik - 7 65 sangat baik 60 baik 8 57 baik 64 baik 9 58 baik 61 baik 10 58 baik 66 sangat baik 11 61 baik 59 baik 12 63 baik 61 baik 13 49 cukup 54 baik 14 60 baik 58 baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b D a ta Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2 Tabel 4.28. Prosentase X MIPA 1 setelah diberi treatment Tabel 4.29. Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment Interval Frekuensi Prosentase kategori 20-34 kurang 35-49 cukup 50-64 27 93,1 baik 65-80 2 6,89 sangat baik Kode siswa X MIPA 1 Kategori X MIPA 2 Kategori 15 62 baik 57 baik 16 66 baik 66 sangat baik 17 70 sangat baik 58 baik 18 59 baik 57 baik 19 58 baik 61 baik 20 54 baik - 21 63 baik 59 baik 22 57 sangat baik 62 baik 23 62 baik 58 baik 24 60 baik 57 baik 25 61 baik 57 baik 26 65 sangat baik - 27 63 baik 61 baik 28 63 baik 61 baik 29 67 sangat baik 58 baik 30 60 baik 57 baik 31 58 baik 61 baik 32 67 sangat baik 58 baik Mean 61,59 baik 53,84 baik interval frekuensi Prosentase kategori 20-34 kurang 35-49 1 3,13 cukup 50-64 24 75 baik 65-80 7 21,88 sangat baik Analisis porsentase dan kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 hanya dianalisis dari data komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan dalam tabel 4.27 X MIPA 1. Komunikasi interpersonal antara siswa selama pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif diperoleh sebanyak 21,88 siswa termasuk dalam kategori komunikasi interpersonal anatar siswa sangat baik, sebanyak 75 termasuk dalam kategori baik, dan sebanyak 3,13 termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 sebanyak 6,89 siswa termasuk dalam kategori komunikasi interpersonal antar siswa sangat baik dan sebanyak 93,1 termasuk dalam kategori baik. Namun rata-rata komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberi treatment berbeda meskipun dalam kategori yang sama, yaitu kategori baik. Rata- rata akhir komunikasi interpersonal antara siswa pada tabel 4.26, kelas X MIPA 1 adalah 61,59 lebih besar dari rata-rata akhir komunikasi interpersonal antar siswa pada kelas X MIPA 2 yaitu 53,84. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI j. Data dan analisis kategorisasi serta porsentase tingkat komunikasi interpersonal antara guru siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA a Data kategorisasi Tabel 4.30. Kategorisasi X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment Kode siswa X MIPA 1 Kategori X MIPA 2 Kategori 1 44 baik 40 baik 2 41 baik 44 baik 3 48 sangat baik 41 baik 4 42 baik 42 baik 5 45 baik 40 baik 6 40 baik - 7 54 sangat baik 43 baik 8 43 baik 43 baik 9 44 baik 44 baik 10 47 baik 51 Sangat baik 11 44 baik 44 baik 12 46 baik 47 baik 13 36 cukup 41 baik 14 47 baik 40 baik 15 45 baik 42 baik 16 38 baik 50 Sangat baik 17 52 sangat baik 41 baik 18 45 baik 40 baik 19 46 baik 44 baik 20 39 baik - 21 50 sangat baik 45 baik 22 43 baik 44 baik 23 44 baik 47 baik 24 40 baik 40 baik 25 46 baik 45 baik 26 49 sangat baik - 27 46 baik 43 baik 28 44 baik 43 baik 29 50 sangat baik 44 baik 30 42 baik 43 baik 31 43 baik 44 baik 32 54 sangat baik 45 baik Mean 44,91 baik 39,38 baik b Data Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment Tabel 4. 31. Porsentase X MIPA 1 setelah diberi treatment Interval Frekuensi Prosentase Kategori 15-25 kurang 26-36 1 3,13 cukup 37-47 24 75 baik 48-60 7 21,88 sangat baik Tabel 4. 32. Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment Interval Frekuensi Prosentase Kategori 15-25 kurang 26-36 cukup 37-47 27 93,10 baik 48-60 2 6,89 sangat baik Analisis porsentase dan kategorisasi komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 hanya dianalisis dari data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan dalam tabel 4.30, yaitu tabel kategorisasi tingkat komunikasi interpersonal antara guru dan siswakelas X MIPA 1 sebanyak 21, 88 siswa masuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 75 masuk dalam kategori baik, dan sebanyak 3, 13 siswa masuk dalam kategori cukup. Sedangakan pada tabel 4.31 untuk kelas X MIPA 2 sebanyak 6, 89 siswa masuk dalam kategori sangat baik dan sebanyak 93,10 siswa termasuk dalam kategori baik. Dari perbandingan kedua tabel 4.30 dan tabel 4.31 diatas dapat dilihat pada porsentase kategori sangat baik lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI besar pada kelas X MIPA 1 dibanding kelas X MIPA 2. Dari hasil rata-rata komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberi treatment pada tabel 4.29 kelas X MIPA 1 memperoleh mean 44,91 lebih besar dari kelas X MIPA 2 yaitu 39,38. k. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 berdasarkan penilaian observer siswa selama pembelajaran berlangsung a Data kategorisasi Tabel 4.33. Kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 dan X MIPA 2 berdasarkan penilaian observer siswa Kode siswa X MIPA 1 Kategori X MIPA 2 Kategori 1 9 Sangat baik 5 cukup 2 5 cukup 2 kurang 3 3 cukup 6 baik 4 6 baik 7 baik 5 5 cukup 5 cukup 6 5 cukup 5 cukup 7 7 baik 7 baik 8 7 baik 5 cukup 9 6 baik 3 cukup 10 7 baik 6 baik 11 8 baik 7 baik 12 2 kurang 7 baik 13 7 baik 6 baik 14 8 baik 3 cukup 15 7 baik 4 cukup 16 7 baik 4 cukup 17 9 Sangat baik 4 cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b Data Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2 Tabel 4.34. Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 berdasarkan penilain observer siswa Tabel 4.35. Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 2 berdasarkan penilain observer siswa Interval Frekuensi Prosentase Kategori 0 - 2 2 6,25 Kurang 3 - 5 15 46,88 Cukup 6 - 8 14 43,75 Baik 9 -12 1 3,13 Sangat baik Kode siswa X MIPA 1 Kategori X MIPA 2 Kategori 18 8 baik 5 cukup 19 7 baik 6 baik 20 8 baik 8 baik 21 5 cukup 3 cukup 22 7 baik 6 baik 23 10 Sangat baik 4 cukup 24 7 baik 5 cukup 25 9 Sangat baik 5 cukup 26 10 Sangat baik 7 baik 27 8 baik 4 cukup 28 8 baik 2 kurang 29 8 baik 7 baik 30 7 baik 6 baik 31 5 cukup 9 Sangat baik 32 10 Sangat baik 8 baik Mean 7,03 Sangat baik 5,34 Cukup Interval Frekuensi Prosentase Kategori 0 - 2 1 3,13 Kurang 3 - 5 6 18,75 Cukup 6 - 8 19 59,38 Baik 9 -12 6 18,75 Sangat baik Analisis porsentase dan kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 dianalisis dari data komunikasi interpersonal siswa pada saat diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan pada tabel 33 yaitu tabel porsentase komunikasi interpersonal siswa berdasarkan penilaian observer sebanyak 18, 75 siswa masuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 5,38 masuk dalam kategori baik, sebanyak 18,75 siswa masuk dalam kategori cukup, dan sebanyak 3,13 siswa masuk dalam kategori kurang. Hasil analisis prosentase pada kelas X MIPA 1 jauh berbeda dengan hasil analisis data prosentase pada kelas X MIPA 2. Pada kelas X MIPA 2 sebaanyak 3, 125 siswa masuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 43,75 siswa termasuk dalam kategori baik, sebanyak 46, 88 siswa masuk dalam kategori cukup dan sebanyak 6,25 siswa masuk dalam kategori kurang. Dari perbandingan kedua tabel 4.34 dan tabel 4.35 diatas dapat dilihat pada porsentase kategori sebagian besar kelas X MIPA 1 berada pada kategori baik yaitu sebanyak 56,25 , sedangkan kelas X MIPA 2 lebih dominan berada pada kategori cukup yaitu sebnayak 46, 875 . Dari hasil rata-rata komunikasi interpersonal antar siswa pada tabel 4.32 pun mean yang diperolah kelas X MIPA 1 lebih besar yaitu 7, 03 dan termasuk kategori baik, sedangkan kelas X MIPA 2 memilik mean 5,34375 dan termasuk pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kategori cukup. Maka selama pembelajaran berlangsung berdasarkan penilaian observer yaitu komunikasi interpersonal yang terjalin anatara siswa dikelas X MIPA 1 yang meggunakan metode kooperatif lebih meningkat daripada komunikasi interpersonal pada kelas X MIPA 2 yang diajar dengan metode ceramah interaktif. c Data dan analisis kategorisasi serta porsentase tingkat komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 berdasarkan penilaian Observer Tabel 4.36. Komunikasi interpersonal antara peneliti dan siswa selama pembelajaran berlangsung Haritanggal Kelas Jam Pelajaran Jumlah siswa yang bertanya Keterangan Kamis, 9 Maret 2017 X MIPA 2 3 3 Bertanya tentang mengapa mereka diberi pretest, padahalmateri belum dipelajari 4  4  4  3  1  4 orang siswa protes karena kelompok yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan yang mereka mau  Ketika berdiskusi dalam kelompok dan peneliti membimbing diskusi, 4 orang siswa bertanya contoh-contoh energi  Pada saat belajar tentang teorema usaha dan energi kinetik ada 6 siswa yang bertanya dan meminta agar peneliti menjelaskan secara rinci  1 orang siswa aktif bertanya tentang energi petensial gravitasi. Setelah paham siswa ini yang bernama Arta maju Haritanggal Kelas Jam Pelajaran Jumlah siswa yang bertanya Keterangan dan menjelaskan kepada peneliti dan teman-teman sekelas. 5  7 kelomp ok Perwakilan dari kelompok yait 1 orang  Beberapa siswa dalam 7 , yatu kelompok 1,2,3,5,6,7, dan 8 kelompok aktif bertanya mengenai latihan soal. Sedangkan kelompok 4 hanya diam saja. Berasarkan pengematan peneliti, kelompok 4 jarang berkomunikasi engan peneliti meski beberapa kalai peneliti mencoba membangun kmunikasi, namun mereka hanya senyum dan terkdang menjawab singkat.  Perwakilan dari masing- masing kelompok menegerjakan soal latihan didepan kelas dan menjelaskan kepada teman- teman lain. Kamis , 9 Maret 2017 X MIPA 1 7 4 orang siswa  4 orang siswa bertanya mengapa diadakan prestest padahal materinya belum dipelajari 8  8 kelompok  Beberapa siswa dalam kelompok merasa kebingungan ketika menggunakan metode kancing gemerincing, sehingga setiap kelompok kerap kali memeanggil peneliti untuk menjelaskan secara berulang- ulang cara menggunakan kancing  Satu kelompok menegalami masalah, yaitu salah satu temannya tidak mau berbicara. Haritanggal Kelas Jam Pelajaran Jumlah siswa yang bertanya Keterangan  1 kelompok Akibarnya ketua kelompok memanggil peneliti dan teman-teman lainnya juga berkomentar bahwa salah satu orang teman mereka tidak mau berbicara akibatnya mereka tidak bisa berpendapat saat menyusun argumen debat, namun karena kondisi tersebut siswa yang tidak mau berbicara akhirnya berbicara Senin, 13 Maret 2017 X MIPA 1 4 30 Menit  2 Kelomp ok yang berdeba t  Secara umum 2 kelompok yang berdebat berkomunikasi kepada peneliti. Namun, dari hasil ada 2 orang siswa yang tidak aktif berdebat. Kamis, 16 Maret 2017 X MIPA 2 3 10 menit - Mengisi angket 4 30 Menit  7 siswa  1 siswa  5 siswa  7 orang siswa aktif mengankat tangan dan menjawab pertanyaan diawal pembelajran  1 orang siswa yang aktif bertanaya kepada peneliti dan berdiskusi bersama peneliti sedangkan siswa lain hanya berdiskusi dengan teman lain.  3 orang siswa yang merupakan perwakilan dari kelompok yang kurang akif untuk menjelaskan hukum energi mekenakik pada benda jatuh bebas pada posisi tertentu, sedangkan 2 orang lainnya menrupakan sukarelawan yang mau mengerjakan soal latihan sekaligus menjelaskan penyelesaiannya kepad ateman lain 5 30 Menit Post test  Waktu posttest siswa 25 menit, 5 menit lainnya diguanakn unutk proses pembelajaran Haritanggal Kelas Jam Pelajaran Jumlah siswa yang bertanya Keterangan Kamis, 16 Maret 2017 X MIPA 1 7 30 2 kelompok yang berdebat  Debat unutk kelompok yang kedua ini agak berbeda dengan debat dari kelompok yang pertama, perdebatan dari kelompok yang kedua ini sanagat memakan waktu yag lama, karena siswa merasa berkompetisi unutk menenang. n pada saat berdebat mereka lebih berkomunikasi anatar siswa. Namun, beberapa kali siswa bertanaya kepada peneliti karena ada beberapa pernyataan kelompok pro yang sudah benar namun tetap dibantah oleh kelompok kontra. 8 20  Semua kelomp ok  Satu kelomp ok  Secara umum semua kelompok aktif bertanya kepada peneliti ketika mereka harus menemukan hubungan usaha dan energi kinetik dan hubungan usaha dan energi potensial.  Salah satu kelompok bersedia maju menjelaskan kepada teman-teman, namun karena salah siswa tersebut meminta bimbingan peneliti. Senin, 27 Maret 2017 X MIPA 1 1 30 Menit  Semua kelomp ok  Semua kelomp ok  Secara umum semua kelompok aktif bertanya kepada peneliti ketika menyelesaikan latian soal.  Setiap kelompok mendapat kesempatan menjeleaskan peneyelasian soal didepan kelas dan meminta konfirmasi dari peneliti. Ketika penenlit bertanya setiap kelompok juga berusaha unutk menjelaskan kapada peneliti dan kepada teman-teman lain. Kamis, 6 April 2017 X MIPA 1 7 30 menit  3 Kelomp  Setelah berdiskusi, 3 Kelompok maing-masing Haritanggal Kelas Jam Pelajaran Jumlah siswa yang bertanya Keterangan ok  Perwaki lan dari setiap kelomp ok yang sudah berdisk usi mendapatkan kesempatan unutk menjelaskan hukum kekekalan energi pada benda jatuh bebas pada posisi tertetu dan selanjtunya meminta konfirmasi dari peneliti serta memberi kesempatan kepada peneliti unutk bertanya. Kelompok juga aktif menjawab pertanyaan peneliti .  Setiap kelompok mengutus perwakilannya untuk mengerjakan soal latihan. Stelah mnegerjakan setiap orang menjelaskan dan aabil aada pertanyaan dari peneliti, setiap orang yang mengerjakan soal latihan akan menjwaba pertanyaan dan kalau tidak bisa dijaab maka teman satu kelompoknya akan membantu menjawan. 8 30 Menit Post test  Waktu post test 22 menit. Dari tabel diatas secara umum dapat dilihat bahwa siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif memiliki tingkat komunikasi interpersonal antara siswa dan guru yang baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi siswa yang sering melakukan komunikasi bersama guru dalam setiap pertemuan. Pada saat pembelajaran kooperatif siswa lebih dituntut untuk dominan beraktivitas dalam kelas baik dalam hal mencari materi maupaun dalam hal berkomunikasi. Setelah dilakukan treatment di kelas X MIPA 1 dengan metode kooperatif ada 2 orang siswa yang memiliki skor paling rendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berdasarkan skor kategorisasi dari data komunikasi interpersonal antar siswa yang dikumpulkan oleh observer siswa ada 2 orang siswa yang memiliki skor paling rendah yaitu siswa dengan kode 3 dan 12. Skor yang diperoleh siswa sangat rendah yaitu 3 untuk siswa dengan kode siswa 3 dan 2 untuk siswa dengan kode siswa 12. Menyadari hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kedua siswa tersebut. Berikut adalah alasan ketidakaktifan siswa untuk berkomunikasi antara siswa yaitu 1 Siswa merasa lebih nyaman untuk berdiskusi dengan guru, karena guru sudah mengerti materi yang didiskusikan siswa. Siswa tidak merasa nyaman ketika berdiskusi antar siwa karena pemahaman yang mereka miliki minim dibandingkan pemahaman guru. Dengan demikian siswa merasa kesulitan saat berbicara dan siswa lebih suak berdiskusi dengan guru. 2 Pada saat berdiskusi siswa bingung apa yang mau didiskusikan, karena ketidakpahaman siswa pada materi. 3 Siswa juga merasa dalam kelompok terkadang siswa tidak didengarkan oleh siswa lain, selain itu siswa juga tidak suka dikritik oleh siswa lain karena siswa tidak mau mencari alasan apabila siswa sedang dikritik. Pembahasan 1. Prestasi Belajar Dari hasil Uji T Test Pretest kemampuan awal siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 adalah tidak signifikan. Artinya tidak ada perbedaan tingkat pemahaman awal siswa sebelum diberikan treatment. Setelah diberikan treatment yang berbeda pada kedua kelas yaitu ceramah interaktif untuk kelas X MIPA 2 dan metode pembelajaran kooperatif untuk kelas X MIPA 1, kedua kelas diberikan posttest pada kedua kelas. Skor rata-rata posttest lebih timggi daripada pretest. Hasil uji T menunjukan adanya perbedaan yang signifikan, dengan demikian baik pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif maupun dengan menggunakan metode ceramah interaktif sama-sama meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini mendukung teori dari Thomas Lickona, Arend, dan Roger yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademis, salah satunya yaitu prestasi belajar siswa yang meningkat setelah menggunakan pembelajaran kooperatif. Penelitian ini juga mendukung teori dari Suparno Suparno, 2013: 180 yang mengatakan bahwa pada umumnya metode ceramah yang digabungkan dengan beberapa metode akan membuat siswa sungguh aktif dan berpikir membangun pengetahuannya. Metode ceramah siswa aktif yang dilakukan peneliti digabugkan dengan metode demonstrasi, metode diskusi kelompok , serta menggunakan media pembelajaran berupa PPT, dengan demikian siswa sungguh aktif dan berpikir mambangun pengetahuannnya, sehingga prestasi belajar siswa setelah diberi treatment akan meningkat. Untuk melihat perbandingan prestasi belajar pada kedua kelas ini, maka dilakukan uji T menggunakan analisis Independent Sample. Secara statistik peningkatan prestasi belajar dari kedua kelas adalah tidak signifikan atau sama .

2. Komunikasi interpersonal

a. Komunikasi intepersonal berdasarkan angket

1 Komunikasi interpersonal antar siswa Diawal pembelajaran siswa diberi angket komunikasi interpersonal antara siswa yang berjumlah 20 pernyataan dan setelah treatment siswa diberikan angket . Dari hasil Uji T Test komunikasi interpersonal awal siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 adalah tidak siginifikan. Artinya tidak ada perbedaan tingkat pemahaman awal. Setelah diberikan treatment pada kelas X MIPA 1 secara statistik komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment tidak memiliki perbedaaan atau tidak signifikan. Namun jika dilihat dari nilai mean, nilai mean sesudah diberikan treatment lebih besar dari pada mean sesudah diberi treatment. Di kelas X MIPA 2 secara statistik juga tidak signifikan atau tidak ada perbedaan, namun jika dilihat dari nilai mean komunikasi interpersonal anatar siswa pada kelas X MIPA 2 sedikit berbeda. Nilai mean sebelum treatment lebih besar daripada nilai mean setelah treatment. Dengan demikian komunikasi interpersonal siswa setalah diberi treatment tidak meningkat. Untuk mengetahui perbandingan penggunaan metode pembelajaran ceramah interaktif dan pembelajaran kooperatif siswa terhadap meningkatan komunikasi interpersoanal anatar siswa. analisis Independent Sample. Untuk perbandingan komunikasi interpersonal anata siswa pada kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 dan secara statistik perbandingan komunikasi interpersonal antara siswa dari kedua model pembeljaran ini tidak signifikan. Artinya komunikasi interpersonal akhir antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberikan treatment tidak berbeda. Namun nilai mean kelas X MIPA 1 lebih besar daripada nilai mean kelas X MIPA 2. 2 Komunikasi interpersonal antara siswa dan guru Diawal pembelajaran siswa diberi angket komunikasi interpersonal antara siswa dan guru yang berjumlah 15 pernyataan. Uji T dengan analisis Independent Sample untuk membandingkan komunikasi interpersonal awal siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2. Secara statistik, komunikasi interpersonal anatara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 adalah sama atau tidak singnifikan. Dari hasil Uji T Test yaitu Paired Sample Test komunikasi interpersonal sesudah dan sebelum menggunakan metode kooperatif pada siswa kelas X MIPA 1 adalah siginifikan. Artinya adanya perbedaan komunikasi interpersonal antarasiswa dan guru setelah menggunkana metode kooperatif, sedangkan pada kelas X MIPA 2 hasil uji T menunjukan tidak adanya perbedaan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah menggunakan metode ceramah interaktif. Untuk membandingkan peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2, peneliti menggunakan uji T yaitu Independent Sample. Setelah diberikan treatment yang berbeda pada kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2, secara statistik peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kedua kelas ini sama atau tidak signifikan. Namun, nilai mean pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kedua kelas sedikit berbeda, kelas X MIPA 1 memiliki nilai mean lebih tinggi dari pada nilai mean dari kelas x MIPA 2. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebakan hasil analisis komunikasi interpersonal antar siswa maupun komunikasi antara guru dan siswa tidak signifikan pada kedua kelas , yaitu a Ketidak seriusan siswa mengisi angket Pada saat mengisi angket setelah treatment siswa amat tergesa-gesah karena siswa waktu mengisi angket adalah jam pulang sekolah. Siswa igin cepat pulang, karena sudah dijemput. b Ada siswa yang tidak suka belajar kelompok Beberapa orang siswa yang diwawancarai oleh peneliti tidak suka belajar kelompok, karena mereka merasa bahwa mereka sama-sama tidak tahu sehingga ketika berdiskusi mereka lebih memilih untuk langsung bertanya kepada peneliti daripada berdiskusi dalam kelompok. c Tidak benar-benar mengukur keadaaan siswa Apa yang diisi siswa tidak sepenuhnya mengukur keadaaan siswa. Menurut pengamatan peneliti, pada saat pengisian angket ada siswa yang berdiskusi dan cendrung memilih jawaban yang baik.

b. Komunikasi interpersonal berdasarkan peilain observer

1 Komunikasi interpersonal antar siswa Pada tabel 4.27 dengan jelas diperlihatkan data kategorisasi antar siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment. Mean komunikasi interpersonal antar siswa pada kelas X MIPA 1 berada kategori baik, sedangkan mean komunikasi interpersonal kelas X MIPA 2 berada pada kategori cukup. Pada tabel 4.27 dan tabel 4.28 dapat dilihat perbedaan prosentase dan kategori komunikasi interpersonal anatar siswa pada kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2. Sebagian besara kelas siswa X MIPA 1 berada pada kategori baik, sedangkan sebagain besar siswa kelas X MIPA 2 berada pada kategori cukup baik. 2 Komunikasi interpersonal antara guru dan siswa berdasarkan penilaian peneliti Pada tabel 4.35 dalam setiap pertemuan pada masing- masing kelas, jumlah siswa yang aktif berkomunikasi secara interpersonal dengan peneliti sangat berbeda. Kelas X mIPA 1 sering kali berkomunikasi interpersonal dengan peneliti, sedangkan pada kelas X MIPA 2 jumlah siswa yang berkomunikasi dengan peneliti sangat sedikit dan yang paling aktif berbicara dengan peneliti hanya orang yang sama. Dari penilaian observer diatas baik itu komunikasi interpersonal antar siswa maupaun komunikasi antara guru dan siswa, maka dapat disimpulkan metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kmunikasi interpersonal pada siswa daripada dengan menggunakan metode ceramah interaktif. Hal ini mendukung teori dari Miftahul 2011: 82 yang mangatakan bahwa perbedaan pemebelajaran kooperatif dengan metode ceramah interaktif aadalah pada kelompok kooperatif adanya keterampilan sosial untuk bekerjasama secara efektif salah satunya adalah komunikasi interpersonal, sedangkan pada kelompok kecil yang diajarkan dengan metode ceramah interaktif keterampilan-keterampilan sosial tidak diajarkan secara sistematis. Selain itu dengan adanya pembelajaran kooperatif setiap siswa mendapat kesempatan untuk berkontribusi pada kelompoknya masing- masing yang akan membawa dampak posifit bagi kelompok, sedangkan pada pembelajarn dengan menggunakan metode ceramah interaktif ada siswa yang membiarkan teman satu kelompoknya bekerja sendiri, sementara teman lain tinggal mencopy-paste jawaban jika sudah selesai.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Alokasi waktu yang kurang untuk kelas X MIPA 1 sehingga jumlah pertemuan lebih banyak dari pada kelas X MIPA 2. 2. Ada siswa kelas X MIPA 1 yang tidak suka belajar bersama teman, alasannya karena dia tidak suka belajar dengan teman yang sama-sama tidak paham. Akibatnya diskusi menggunakan kancing dalam kelompok menjadi terhambat. 3. Ketidak seriusan siswa saat mengisi angket Apa yang diisi siswa pada angket terkadang tidak sesuai dengan keadaaan yang sebenarnya, akibatnya beberapa hasil uji T tidak signifikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analsis yang telah disampaikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan berikut: 1. Secara umum pembelajaran Fisika pada materi energi dengan menggunakan metode kooperatif jenis gabungan dari model TPS Think - Pair – Share , kancing gemerincing, dan debat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis angket komunikasi interpersonal antara guru dan siswa meningkat di kelas X MIPA , namun komunikasi interpersonal antara siswa di kelas. X MIPA 1 tidak meningkat sedangkan dari hasil analisis penilaian observer komunikasi interpersonal antara siswa dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1 2. Secara umum pembelajaran Fisika pada materi energi dengan menggunakan metode ceramah interaktif dapat meningkatakan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis angket dan analisis penilaian observer komunikasi interpersonal antar siswa dan komunikasi intepersonal antara guru dan siswa di kelas X MIPA 2 tidak meningkat. 3. Metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif sama-sama meningkatkan komunikasi interpersonal siswa, namun prestasi belajar siswa lebih meningkat di kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Komunikasi interpersonal baik itu antar siswa maupun antar guru dan siswa meningkat di kelas yang menggunakan metode

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DI SMAN 1 INGIN JAYA

0 4 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA SMAN 1 KIBANG

1 12 109

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN KURS VALUTA ASING MELALUI PERPADUAN METODE CERAMAH BERVARIASI DAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN KELAS XI IPS SMAN 1

1 6 214

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF DAN METODE CERAMAH PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG

4 15 75

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DILENGKAPI MODUL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI POKOK PERHITUNGAN KIMIA KELAS X SEMESTER 1

0 7 77

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII PADA MATERI ENERGI.

0 6 33

Pemberdayaan siswa potensial melalui pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kualitas belajar dan prestasi belajar siswa di kelas IX C SMP Negeri Wonosari pada materi kemagnetan

0 0 163

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO INTERAKTIF FISIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI USAHA DAN ENERGI.

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIPA 6 SMAN 1 WONOGIRI PADA MATERI FLUIDA STATIS.

0 0 16

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN METODE CERAMAH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF SISWA PADA MATERI GRAVITASI KELAS XI IPA SMAN I GAMPING.

0 0 1