G. Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diiukur. Menurut Suparno 2014: 65
validitas menunjuk
pada kesesuaian,
kepenuh-artian, bergunanya
kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya Valid apabila sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini
menggunakan validitas isi atau content validity. Validitas isi mengukur apakah isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mengukur isi dari
domain yang mau diukur Suparno, 2014: 65. Kuisioner dan soal-soal yang digunakan diuji validitasnya dengan uji
experts judgment yaitu menggunakan pendapat atau penilaian dari para ahli.
H. Metode Analisis
1. Kuisionerangket
Data kuisionerangket komunikasi interpersonal baik anata siswa maupaun antara siswa dan guru sebelum dan sesudah diterapkan
metode pembelajaran koopertif dan ceramah interaktif akan dianalisis meggunakan penilaian dengan kriteria sebagai berikut
Tabel 3.5 Skor pernyataan kuisioner komunikasi interpersonal
Jawaban Skor
Pernyataan Positif Sangat Setuju
4 Setuju
3 Tidak Setuju
2 Sangat Tidak Setuju
1
Jumlah skor
keseluruhan diperoleh
dengan cara
menjumlahkan skor dari setiap soal dalam kuisioner yang telah dijawab oleh siswa masing-masing untuk sebelum dan sesudah diberi
treatment. Untuk membandingkan komunikasi interpersonal sebelum dan
sesudah digunakan uji statistik berupa uji T untuk kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dependen. Persamaan umum yang digunakan adalah sebagai berikut :
X X
√ ∑ ∑
Dengan :
X
Skor komunikasi interpersonal awal
X
Skor komunikasi interpersonal akhir = selisih Skor
Suparno, 2011:87 Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS.
Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P maka
ada perbedaan antara komunikasi interpersonal sebelum dan komunikasi interpersonal setelah menggunakan metode ada
peningkatan komunikasi interpersonal , tetapi apabila penelitian tidak signifikan maka maka tidak ada perbedaan antara komunikasi
interpersonal sebelum dan komunikasi interpersonal setelah menggunakan metode tidak terjadi peningkatan komunikasi
interpersonal siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk membandingkan perbedaan komunikasi interpersonal sebelum menggunakan metode ceramah interaktif dan metode
kooperatif ataupun sesudah menggunakan metode ceramah interaktif dan metode kooperatif , maka digunakan uji statistik berupa uji T
untuk kelompok independen. Persamaan umum yang digunakan adalah sebagai berikut :
X X
√[ ] [
]
Dengan :
X
Skor komunikasi interpersonal sesudah metode kooperatif
X
Skor komunikasi interpersonal sesudah metode ceramah interaktif
n = Jumlah sampel Suparno, 2011:83 Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS. Penelitian
ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P maka ada
perbedaan komunikasi interpersonal pada siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan metode ceramah interaktif , tetapi apabila
penelitian tidak signifikan maka tidak ada perbedaan komunikasi interpersonal siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan
metode ceramah interaktif. Untuk menentukan tingkat komunikasi interpersonal siswa,
maka perlu adanya klasifikasi tingkat komunikasi interpersonal siswa. Tingkatan-tingkatan ini dibagi atas 4 kategori, yaitu: sangat tinggi,
tinggi, kurang, dan sangat kurang. Namun, karena perbedaan jumlah pernyataan dari kuisioner yang akan menilai peningkatan komunikasi
interpersonal antar siswa dan peningkatan kamunikasi interpersonal antar siswa dan guru, maka penilaian kuisioner dibedakan atas dua
yaitu: 1.
Kuisioner komunikasi interpersonal antar siswa a.
Menentukan skor tertinggi Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak
pernyataan dengan skor maksimum. Maka skor tertinggi : 4 x 20 = 80.
b. Menentukan skor terendah
Skor terrendah dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor minimum. Maka skor
tertinggi : 1 x 20 = 20. c.
Menentukan banyaknya interval PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Besarnya interval dihitung dengan cara: menghitung selisih skor tertinggi dengan skor terendah kemudian
dibagi banyaknya interval. Besarnya interval skor adalah :
= 15.
Tabel 3.6. Porsentase komunikasi interpersonal siswa berdasarkan kategorisasi
Interval Jumlah Skor
Kategori Komunikasi
interpersonal Frekuensi Prosentase
20-34 Kurang
35-49 Cukup
50-64 Baik
65-80 sangat baik
d. Menghitung Frekuensi
Frekuensi diperoleh dengan menghitung jumlah siswa yang mendapatkan skor serupa pada suatu interval jumlah
skor tertentu. e.
Menghitung Prosentase Prosentase ihitung dengan menggunakan persamaan
Porsentase = X 100
2. Kuisioner komunikasi interpersonal antar siswa dan guru
a. Menentukan skor tertinggi
Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor maksimum. Maka skor tertinggi :
4 x 15 = 60. b.
Menentukan skor terendah Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak
pernyataan dengan skor minimum. Maka skor tertinggi : 1 x 15= 15.
c. Menentukan banyaknya interval
Besarnya interval dihitung dengan cara: menghitung selisih skor tertinggi dengan skor terendah kemudian
dibagi banyaknya interval. Besarnya interval skor adalah :
= 11,25 dibulatkan menjadi 11.
Tabel 3.7. Porsentase komunikasi interpersonal antara siswa dan guru berdasarkan kategorisasi
Interval Jumlah
Skor Kategori
Komunikasi interpersonal
Frekuensi Prosentase
15-25 kurang
26-36 cukup
37-47 baik
48-60 sangat baik
d. Menghitung Frekuensi
Frekuensi diperoleh dengan menghitung jumlah siswa yang mendapatkan skor serupa pada suatu interval jumlah
skor tertentu. e. Menghitung Prosentase
Prosentase ihitung dengan menggunakan persamaan
Porsentase = X 100
2. Pre-test dan Post-test
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dalam pembelajaran fisika dengan metode pembelajran kooperatif dan ceramah interaktif unutk
materi usaha dan energi diukur dengan menggunkan analsis berikut: a.
Memberikan skor pada setiap pertanyaan Pre-test dan post-test berupa soal esay, setiap soal memiliki bobot
masing-masing sesuai
dengan tingkat
kesulitan dalan
menyelesaikannya. b.
Membuat skor total Jumlah soal Pre-test dan post-test yang diberikan terdiri dari 5 soal
esay. Keseluruhan skor soal akan dijumlahkan. Hasil penjumlah keseluruhan skor soal ini akan menjadi skor total.
c. Menghitung nilai akhir
Nilai akhir diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut Nilai akhir =
x 100
d. Menganalisis nilai akhir
Analsis yang digunakan adalah T-test untuk kelompok dependen. Test ini digunakan untuk mengetes dua kelompok dependen atau satu
kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pre-test dan post-test Suparno, 2011:87. Persamaannya adalah sebagai berikut
X X
√ ∑ ∑
Dengan :
X
Skor prestasi awal
X
Skor prestasi akhir = selisih Skor
N= Jumlah pasangan skor Suparno, 2011:87
Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS. Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P
maka ada perbedaan antara pretest dan posttest ada peningkatan prestasi belajar
pada siswa, , tetapi apabila penelitian tidak signifikan maka maka tidak ada perbedaan antara pretest dan posttest tidak tejadi peningkatan
prestasi belajar pada siswa. Untuk membandingkan perbedaan prestasi belajar siswa
sebelum menggunakan metode ceramah interaktif dan metode kooperatif ataupun sesudah menggunakan metode ceramah interaktif
dan metode kooperatif , maka digunakan uji statistik berupa uji T untuk kelompok independen. Persamaan umum yang digunakan
adalah sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
X X
√[ ] [
]
Dengan :
X
Skor prestasi belajar sesudah metode kooperatif
X
Skor prestasi belajar sesudah metode ceramah interaktif
n = Jumlah sampel Suparno, 2011:83 Dalam penelitian ini perhitungan menggunakan SPSS.
Penelitian ini dikatakan signifikan bila hasil perhitungan P maka
ada perbedaan prestasi belar pada siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan metode ceramah interaktif , tetapi apabila
penelitian tidak signifikan maka tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode kooperatif dan metode ceramah
interaktif.
3. Observasi
Ada 12 pernyataan dari 4 aspek komunikasi interpersonal yang akan akan dinilai observer. Apabila terlaksan maka akan diberi
skor 1 satu dan apabila tidak terlaksana akan diberi nilai 0 nol.
Untuk menentukan tingkat komunikasi interpersonal siswa, maka perlu adanya klasifikasi tingkat komunikasi interpersonal siswa.
Tingkatan-tingkatan ini dibagi atas 4 kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, kurang, dan sangat kurang
a. Menentukan skor tertinggi
Skor tertinggi dapat ditentukan dengan mengalikan banyak pernyataan dengan skor maksimum. Maka skor tertinggi :
1 x 12 = 12. f.
Menentukan skor terendah Skor terrendah dapat ditentukan dengan mengalikan
banyak pernyataan dengan skor minimum. Maka skor tertinggi : 0 x 12 = 0.
g. Menentukan banyaknya interval
Besarnya interval dihitung dengan cara: menghitung selisih skor tertinggi dengan skor terendah kemudian
dibagi banyaknya interval. Besarnya interval skor adalah :
= 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.6. Porsentase komunikasi interpersonal siswa dari penilaian observer berdasarkan
kategorisasi
Interval Jumlah Skor
Kategori Komunikasi
interpersonal Frekuensi Prosentase
0-2 Kurang
3-5 Cukup
6-8 Baik
9-12 sangat baik
h. Menghitung Frekuensi
Frekuensi diperoleh dengan menghitung jumlah siswa yang mendapatkan skor serupa pada suatu interval jumlah
skor tertentu. i.
Menghitung Prosentase Prosentase ihitung dengan menggunakan persamaan
Porsentase = X 100
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Pelaksaaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 SMA Negeri 1 Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, tanggal 9 Maret 2017.
Penelitian ini menggunakan kelas X MIPA 1 sebagai kelas yang menggunakan metode pembelajaran, sedangkan kelas X MIPA 2 yang menggunakan metode
pembelajaran ceramah interaktif. SMA Negeri 1 Depok sudah menerapkan kurikulum 2013 untuk kelas X,
sehingga kelas X sudah masuk kelas penjurusan MIPA dan sosial. Mata pelajaran Fisika pada kelas X dilaksanakasn 3 jam dalam seminggu.
1. Sebelum Penelitian
Sebelum memulai penelitan, peneliti mempersiapkan instrumen- instrumen yanag akan digunakan selama melaksanakan penelitain. Instrumen yang
digunakan dalam melaksakan penelitian ada 2 jenis, yaitu instrumen pengajaran dan instrumen pengambilan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari: RPP dan
LKS. Sedangkan instrumen pengambilan data antara lain soal prestest, soal posttest, kuisoner komunikasi interpersonal, lembar penilaian observer, soal-soal
wawancara, dan dokumentasi menggunakan kamera digital. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Selama Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini tidak sesuai dengan rencana awal peneliti, karena alokasi waktu yang mendadak dirubah oleh pihak sekolah, hal ini terjadi karena
adanya pelaksaan ujian USBN untuk siswa kelas XII, serta pelaksaan ujian tengah semester untuk semua siswa SMA Negeri 1 Depok. Alokasi waktu untuk setiap
kelas responden juga berbeda. Tabel berikut merupakan jadwal pengambilan data yang dilakukan di kelas X MIPA 1 yang menggunakan metode pembelajaran
kooperatif dan kelas X MIPA 2 yang menggunakan metode pembelajaran ceramah interaktif.
Tabel 4.1. Proses Pelaksaan Penelitian kelas X MIPA 1
No HariTanggal
Pukul Kegiatan Pembelajaran
1 Kamis, 9 Maret
2017 12.00-13.30
WIB a. Peneliti menginformasikan
kepada siswa materi yang akan dipelajari bersama dan
memberikan pretest kepada siswa.
b. Peneliti memperkenalkan kepada siswa metode
pembelajaran yang digunakan dan aturan
penggunaan kancing
c. Peneliti membentuk kelompok baru dengan
bantuan game kursi bernomor dan mengatur agar
distribusi siswa yang memiliki pemahaman yang
baik merata ke setiap kelompok
d. Peneliti mulai mengajar dengan metode kooperatif.
Pada pertemuan ini siswa sampai pada tahap
pembuatan argumen dengan aturan metode kancing
gemerincing yang siap didebatkan di pertemuan
berikutnya Senin, 13 Maret
2017 10.45-11.15
WIB a. Peneliti melanjutkan
pelajaran mengenai energi menggunakan metode
kooperatif. Pada pertemuan ini siswa dibagi dalam
kelompok afirmatif dan negasi.
b. Siswa mulai berdebat dengan dengan aturan metode
kancing gemerincing c. Peneliti menyimpulkan
materi yang didebatkan dan peneguhan konsep siswa
d. Peneliti memberikan pernyataan untuk debat
pertemuan berikutnya. Argumen disiapkan siswa
dari rumah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kamis, 16 Maret 2017
11.00-12.00 a. Peneliti memberikan
kuisoner komunikasi interpersonal kepada siswa
sebelum menggunakan metode kooperatif.
b. Peneliti mulai membagi kelompok afirmatif dan
kelompk negasi. c. Siswa mulai berdebat dengan
aturan kancing gemerincing untuk masalah “Kita harus
berhemat, padahal energi itu kekal”.
d. Peneliti belum menyimpulkan hasil debat
karena akan digunakan sebagi apersepsi untuk
pertemuan tentang energi mekanik dan hukum
kekekalan energi mekanik. Senin, 27 Maret
10.45-11.15 a. Peneliti melanjutkan
pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif. Metode yang paling menonjol pada
pertemuan ini adalah metode TPS.
b. Peneliti memberikan latihan soal kepada siswa, kemudian
siswa mengerjakan soal latihan dan
mempresentasikan jawaban di depan kelas.
Kamis, 6 April 2017
12.00-13.00 WIB
a. Peneliti melanjutkan pembelajaran dengan metode
koopertif. Siswa diminta untuk berdiskusi tentang apa
itu energi mekanik dna hukum kekekalan energi
b. Setelah berdiskusi, peneliti memilih 3 kelompok yang
jarang aktif untuk menjelaskan hasil diskusi di
depan kelas disertai dengan tanya jawab
c. Kelompok yang tidak mendapat bagian untuk
menjelaskan mendapat tugas unutk menyelesaikan latihan
soal di depan kelas kemudian dijelaskan kepada teman-
teman d. Siswa diberi posttest dan
angket PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.2. Proses Pelaksaan Penelitian kelas X MIPA 2
No HariTanggal
Pukul Kegiatan Pembelajaran
1. Kamis, 6
Maret 207 08.45-11.15
a. Guru mata pelajaran Fisika menyampaikan bahwa
selama kurang lebih satu bulan, siswai akan belajar
Fisika bersama peneliti b. Peneliti menginformasikan
kepada siswa materi yang akan dipelajari bersama dan
memberikan pretest kepada siswa.
c. Peneliti membagi kelompok siswa menggunakan game
kursi bernomor dan menyamaratakan
pendistribusian siswa yang memiliki kemampuan yang
baik d. Peneliti mulai mengajar
menggunakan metode ceramah interaktif
Kamis,13 Maret 2017
8.30-10.45 WIB a. Peneliti memberikan
kuisioner komunikasi interpersonal
b. Peneliti melanjutkan Materi Energi dengan menggunakan
metode ceramah interaktif. Pada pertemuan kedua ini,
peneliti dibantu oleh observer siswa untuk menilai
siswa-siswa yang aktif berkomunikasi dalam kelas
c. Siswa mengerjakan post-test.
Penelitian ini tidak berjalan sesuai dengan rencana karena ada beberapa kendala, yaitu:
a. Beberapa siswa tidak mengikuti seluruh proses pembelajaran, ada siswa
yang sakit, b.
Banyak waktu terpotong secara mendadak dari pihak sekolah karena persipan ujian USBN untuk kelas XII yang menggunakan ruang kelas X
MIPA 1 dan X MIPA 2 sebagai ruang ujian, akibatnya proses pembelajaran yang seharusnya berlangsung 90 menit menjadi 60 menit. Waktu 60 menit
dari pukul 11.00 WIB - Pukul 12.00 WIB ini pun tidak digunakan seutuhnya karena Pukul 12.00 sekolah harus dalam kondisi clean area dan
kursi-kursi sudah ditata rapi. Dengan demikian waktu eferktif pembelajaran hanya berlangsung 50 menit, sedangkan 10 menit terakhir digunakan siswa
untuk menata ruangan kelas agar siap digunakan sebagai ruangan ujian. c.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswai kelas XII dari kelas berbeda berulang kali masuk ke kelas yang sedang diteliti untuk meminta
doa agar lancarkan saat ujian. Alokasi waktu 3 JP yang diberikan oleh pihak sekolah adalah 1 JP 30 menit. Pertemuan pada jam pembelajaran digunakan
untuk mengisi angket pre-test, hal ini terjadi karena perubahan waktu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendadak dari pihak sekolah yang tidak diketahui oleh peneliti. Pertemuan kedua digunakan untuk mempelajari energi mekanik dan hukum kekekalan
energi dan pertemuan ketiga digunakan untuk post-test. Namun kegiatan pembelajaran pada jam kedua mengalami kendala karena kelas XII yang
berulang kali masuk untuk meminta doa agar lancar pada saat ujian. Hal ini menyebaabkan waktu untuk mengerjakan post-test di jam ketiga semakin
sedikit. Secara rinci proses pelaksaan penelitian dijelaskan sebagi berikut:
a. Penelitian di kelas yang menggunakan metode ceramah interaktif
Penelitian dengan
menggunakan metode
ceramah interaktif
dilaksanakan di kelas X MIPA 2. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu yang tidak menentu. Pada penelitian ini
peneliti dibantu oleh 3 orang mahasiswa yang bertugas sebagai observer sebanyak dua orang dan satu orang yang lain sebagai pengambil gambar.
Penelitian pertama dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2017. Peneliti melaksakan penelitian bersama salah seorang teman yang bertugas
untuk mengambil gambar. Diawal pertemuan peneliti didampingi oleh guru mata pelajaran yang menyampaikan maksud kedatangan peneliti,
kemudian waktu diserahkan sepenuhnya kepada peneliti. Setelah guru meninggalkan kelas, peneliti kemudian memberikan informasi kepada
siswa mengenai pembelajaran yang akan dilakukan bersama dengan peneliti untuk beberapa minggu kedepan.
Pada hari pertama penelitian, ada salah seorang siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran karena sakit. Sehingga jumlah responden kelas X MIPA
2 berkurang menjadi 31 siswa. Setelah mengabsen siswa, peneliti mulai memberikan topik dan tujuan pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk
mengerjakan pretest. Setelah mengerjakan soal pretest, peneliti membagi siswa dalam
kelompok dengan menggunakan game kursi bernomor. Jumlah kelompok yang terbentuk adalah 8 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri
dari 4 orang. Pada saat pembagian kelompok, peneliti juga berusaha agar pendistribusian siswa yang memiliki kemampuan yang baik tersebar merata
di setiap kelompok. Kegiatan selanjutnya adalah mengajar siswa dengan metode ceramah
siswa aktif. Metode ceramah interaktif ini diberikan peneliti dengan menggunakan media berupa PPT disertai tanya jawab dengan siswa. Di
awal peneliti bertanya kepada siswa apa itu energi. Sebagain siswa spontan memberikan jawaban, namun ketika peneliti meminta siswa mengacungkan
tangan sebelum menjawab beberapa siswa berani mengacungkan tangan, sementara siswa lain hanya duduk diam. Dari jawaban yang diberikan
siswa, sebagian besar siswa sudah paham apa itu energi, kemudian dalam kelompok siswa mendiskusikan contoh-cntoh energi, dan selanjutnya
perwakilan dari kelompok menjelaskan contoh-contoh dari energi. Setelah itu, dengan menggunakan media PPT peneliti menjelaskan energi kinetik.
Sebelum menjelaskan pengertian energi kinetik, peneliti bertanya kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa apa itu enegri kinetik dan siswa secara spontan menjawab. Setelah mempelajari konsep energi kinetik, peneliti meminta siswa untuk
menjelaskan hubungan energi kinetik dan usaha. Pada saat berdiskusi dalam kelompok, hampir semua siswa aktif berdiskusi namun ada dua kelompok
yang jarang berdiskusi yaitu kelompok 5 dan 8. Kelompok 8 jarang berdiskusi karena semua aktif mencari di internet, setelah mendapatkan
hasil barulah mereka mulai berdiskusi; sedangkan kelompok 5 hanya 1 orang siswa yang aktif mencari sedangkan 3 orang lainnya hanya diam saja
sibuk dengan urusannya masing-masing. Kelompok 5 ini juga tidak pernah bertanya kepada peneliti, padahal peneliti sudah berusaha untuk
membangun komunikasi, namun tak ada komunikasi timbal balik dari anggota kelompok. Sedangkan, kelompok lain berlomba-lomba untuk
mendapatkan kesempatan bertanya-tanya dengan peneliti. Setelah membuktikan atau menemukan hubungan usaha dan energi kinetik, peneliti
meminta siswa untuk kembali berdiskusi tentang energi potensial gravitasi. Kelompok 5 mulai berdiskusi dalam kelompok, namun belum berani untuk
mengerjakan di depan kelas. Pada saat menentukan hubungan energi potensial dan usaha ada 3 kelompok yang aktif bertanya yaitu keompok 1, 2
dan 4. Diantara ketiganya yang lebih aktif adalah kelompok 2. Setelah beberapa kali bertanya akhirnya kelompok 2 menemukan jawaban, dan
salah seorang perwakilan kelompok 2 dengan nomor absen 13 maju kedepan kelas, menulis hasil yang diperoleh kelompoknya di papan tulis
kemudian ia menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan hubungan usaha dan energi potensial.
Setelah itu siswa kembali dalam kelompok dan mengerjakan latihan soal sebanyak 7 soal. Masing-masing kelompok mendapat kesempatan
untuk menjelaskan penyelesaian soal di depan kelas. Di akhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk merefleksi materi
yang belum dipahami dan apabila ada yang belum mengerti peneliti memberi waktu untuk bertanya, tetapi tidak ada yang bertanya. Maka dari
itu peneliti mencoba mereview kembali materi yang dipelajari dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang dipelajari hari itu.
Gambar 4.1. Seorang siswa sedang menjelaskan tentang potensial gravitasi
Berdasarkan pengamatan hari pertama pada kelas X MIPA 2, hampir semua siswa sudah paham dengan materi yang dijelaskan, hal ini terbukti
ketika siswa aktif membahas soal, serta beberapa orang aktif untuk menjelaskan baik dalam kelompok maupun di depan kelas. Namun, di hari
pertama, peneliti mengalami kesulitan untuk menilai peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa, karena siswa berdiskusi dalam
kelompok. Hasil rekaman video yang diperoleh pun tidak menampilkan seluruh aktivitas dalam kelas, dengan demikian peneliti berinisiatif untuk
menambah instrumen penilaian yaitu dengan bantuan observer siswa. Penelitian kedua berlangsung pada hari Kamis 16 Maret 2017 di kelas
X MIPA 2 dengan metode ceramah interaktif berjalan dengan baik. Ada perubahan alokasi waktu pembelajaran yang mendadak dari pihak sekolah
yang tidak di ketahui peneliti. Peneliti tidak mendapat informasi bahwa pada hari Kamis 13 Maret 2017 alokasi jam pembelajaran di sekolah
berubah yaitu 1 jam pelajaran berlangsung selama 30 menit. Hal ini menyebabkan satu jam pertama pembelajaran terbengkelai, peneliti
terlambat dan 10 menit sebelum jam pertama berakhir peneliti baru datang. Waktu 10 menit yang tersisa tersebut digunakan peneliti untuk mengisi
kuisioner komunikasi interpersonal sebelum diberi treatment. Setelah pelajaran jam pertama selesai peneliti mengajar materi energi mekanik dan
Hukum Kekekalan energi mekanik. Di pertemuan kedua ini peneliti dibantu oleh observer siswa untuk menilai siswa. Sebelum pembelajaran dimulai
siswa diberi nomor punggung sesuai nomor absen, dengan demikian saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa berdiskusi observer dengan mudah menilai siswa-siswa yang berbicara atau tidak. Pada pertemuan kedua ini semua siswa hadir, peneliti
tetap mengajar dengan menggunakan metode ceramah interaktif dengan menggunakan media PPT dan latihan soal untuk menunjang pembelajaran.
Kegiatan diskusi berjalan dengan baik. Kelompok 5 mulai mengalami perubahan, salah seorang siswa mulai berkomunikasi dengan peneliti.
Sedangkan siswa lain berdiskusi ketika peneliti meninggalkan kelompok. Respon spontan dari siswa ketika ditanya mengapa kita harus menghemat
penggunaan energi, padahal energi itu bersifat kekal sempat membuat kelas menjadi berisik, namun tanpa diminta untuk mengacungkan tangan,
beberapa orang siswa mulai megacungkan tangan, dan peneliti memberikan kesempatan kepada semua siswa yang megacungkan tangan untuk
menjawab. Peneliti juga berusaha agar siswa-siswa yang tidak aktif untuk menjawab pertanyaan. Salah satunya adalah siswa di kelompok 5. Ketika
ditunjuk, siswa kelompok 5 mulai berdiskusi dan salah seorang perwakilan kelompok menjawab. Meski jawaban semua siswa belum tepat, peneliti
tetap berusaha untuk menggali pemahaman siswa. Ketika peneliti menjelaskan, respon spontan siswa kembali membuat kelas menjadi berisik.
Materi hukum kekekalan energi mekanik pada benda jatuh bebas dijelaskan oleh setiap kelompok. Ada tiga keadaan yaitu ketika benda di
atas, di tengah , dan di tanah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.2. Gambar posisi benda yang dijelaskan siswa Setelah materi selesai, siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan
latihan soal. Beberapa siswa mulai mengacungkan tangan dan mulai mengerjakan latihan soal di depan kelas serta menjelaskan kepada teman-
teman. Namun, Ketika siswa sedang menjelaskan beberapa kali siswi-siswa dari kelas XII meminta ijin untuk masuk ke kelas dalam rangka meminta
doa restu dari siswai kelas X agar lancar saat USBN ataupun saat UN yang akan dilaksanakan pada hari Senin. Peneliti sudah berusaha agar kegiatan ini
dilaksanakan ketika pembelajaran selesai, namun beberapa siswa mulai berteriak-teriak di luar kelas dan mereka beralasan bahwa setelah
pembelajaran mereka harus masuk ke kelasnya masing-masing untuk belajar.
Setelah mengerjakan soal latihan , siswa diberi post-test. Pada saat memberikan post-test waktu yang tersisa kurang dari 30 menit, sedangkan
jumlah soal post-test sebanyak 7 butir soal esay. Siswa dapat mengerjakan soal post-test tersebut, bahkan ada beberapa siswa yang mengumpulkan
lembar jawaban sebelum waktunya. Kuisioner setelah treatment belum bisa diberikan karena waktu yang kurang.
b. Penelitian di kelas yang menggunakan metode kooperatif
Penelitian hari pertama dilaksanakan pada hari Kamis 6 Maret 2017. Diawal pembelajaran peneliti didampingi oleh guru mata pelajaran fisika
dan guru tersebut menyampaikan alasan peneliti mengajar. Setelah guru mata pelajaran meninggalkan kelas, peneliti langsung memberikan pre-test
kepada siswa. Setekah pre-test diberikan siswa dibagi dalam kelompok, ketika dibagi dalam kelompok salah seorang siswa meminta kepada peneliti
agar diusahakan siswai yang sering remidi bisa berbaur dalam kelompok dengan siswaiyang memiliki kemampuan yang baik. Dengan menggunakan
game kursi bernomor siswa mulai masuk dalam kelompok, setelah itu peneliti memeriksa kembali kelompok yang terbentuk agar penyebaran
siswa yang sering remidi dan siswa yang memiliki kemampuan yang baik tersebar merata. Setelah pembagian kelompok siswa diberikan kancing, satu
orang mendapatkan dua kancing. Kemudian peneliti menjelaskan cara menggunakan kancing sesuai aturan kancing gemerincing. Setelah itu
peneliti menjelaskan metode yang digunakan selama pembelajaran. Ada beberapa siswa yang protes ketika peneliti menjelaskan bahwa metode debat
akan digunakan selama pembelajaran. Pada awal pembelajaran ini siswa secara sukarela maju untuk
mendemostrasikan kegiatan melepaskan buku dari ketinggian tertentu, lalu peneliti mengajukan pertanyaan energi apa saja yang ada ada saat buku
dilepakan. Secara keseluruhan siswa bisa menjawab. Namun, ketika peneliti menunjuk salah satu buku yang diam diatas meja, apakah memiliki energi
atau tidak, banyak terjadi perbedaan pendapat dari setiap kelompok. Kemudian peneliti meminta siswa berdiskusi dalam kelompok dengan
memilih dua opsi yaitu kelompok pro apabila kelompok setuju jika buku yang diletakan diatas meja dan dalam kedaan diam memiliki energi dan
kelompok kontra apabila kelompok setuju jika buku yang diletakan diatas meja dan dalam kedaan diam tidak memiliki energi menggunakan aturan
kancing gemerincing. Pembelajaran yang paling menonjol saat siswa berdiskusi adalah
metode kancing gemerincing. Pada saat menggunakan metode ini siswa mengalami kendala yaitu siswa tidak terbiasa menggunakan metode ini
sehingga beberapa siswa merasa metode ini malah mempersulit siswa karena ada batasan bicara pada masing-masing siswa ketika berdiskusi dan
kendala yang paling sering dijumpai pada setiap kelompok adalah pada beberapa kelompok ada siswa yang tidak mau berbicara, akibatnya teman
lain yang kehabisan kouta berbicara dan mau berbicara dalam kelompok diam. Namun, kendala-kendala ini bisa diatasi oleh masing-masing ketua
kelompok. Ketua kelompok tetap mengkoordinir dan mengkondisikan anggota-anggota kelompoknya untuk berbicara, agar pembuatan argumen
yang digunakan pada saat debat dapat selesai pada waktunya. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2017
dengan alokasi waktu pembelajaran adalah 1 JP 30 menit. Diawal pembelajaran peneliti megucapkan salam dan berdoa, kemudian mengabsen
siswa, ternyata semua siswa mengikuti pelajaran. Setelah mengabsen siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peneliti langsung mengkondisikan siswa agar langsung duduk di tempatnya masing-masing. Kemudian setelah duduk peneliti menentukan kelompok-
kelompok yang akan berdebat. Dalam perencanaannya akan ada 4 topik yang diperdebatkan dengan alokasi wakku satu topik 20 menit, namun
karena kekurangan waktu peneliti menggunakan 2 topik perdebatan dengan pembagian kelompok satu kelompok pro atau kontra terdiri dari 8 orang.
Pemilihan kelompok pro dan kontra juga tidak berdasarkan jawaban dan argumen yang sudah dikerjakan siswa. Dari 4 kelompok yang dipilih
peneliti menetukan 1 kelompok yaitu kelompok 6 menjadi kelompok kontra, sebelumnya kelompok 6 menjadi kelompok kontra bergabung dengan
kelompok 3 yang semula menjadi kelompok pro. Sedangkan 2 kelompok lainnya bergabung menjadi satu kelompok, yaitu kelompok 4 yang semula
pro bergabung bersama kelompok 5 yang semula juga menjawab pro. Penggabungan kelompok ini juga berdasarkan kemampuan masing-masing
kelompok. Kelompok yang kurang dapat berbicara dan memiliki kemampuan yang baik akan bergabung dengan kelompok yang paling
berisik namun memiliki kamampuan yang rendah. Dengan adanya pembagain kelompok seperti ini, kelompok yang semula pro yang kemudian
masuk ke kelompok kontra akan banyak belajar karena pada saat dimasukan dalam kelompok kontra, kelompok tersebut akan berusaha mencari argumen
agar bisa berkompetisi saat berdebat, hal ini membuat wawasan siswa bertambah.
Debat berlangsung selama 25 menit, setiap mempertahankan argumennya masing-masing. Ketika menyampaikan pendapat masing-
masing siswa mempunyai 2 kuota bicara yang ditandai dengan kancing. Namun, karena waktu yang tidak cukup peneliti kemudian manarik
kesimpulan dan menjelaskan. Pada saat berdebat salah seoarang siswa yang pada pertemuan sebelumnya dibentak oleh teman ketua kelompoknya
bergabung dengan kelompok kontra. Ketika perdebatan berlangsung siswa tersebut hanya diam dan tidak berinisiatif untuk beradu argumen, siswa
hanya biacara beberapa kali dalam kelompok. Sedangkan pada kelompok pro ada satu orang siswa yang suka menyendiri, dia hanya bicara kepada
peneliti dan bertukar pikiran dengan peneliti. Ketika peneliti memintanya untuk berpendapat dalam kelompok siswa tersebut hanya diam saja dan
sesekali berbicara dengan kelompoknya, namun tidak berani beradu pendapat dengan kelompok kontra.
Pertemuan ketiga untuk kelas X MIPA berlangsung pada hari Kamis 16 Maret 2017. Pada pertemuan ini alokasi waktu untuk 1 JP adalah 30
meit. Peneliti memiliki kesempatan melaksakan kegiatan pembelajaran selama 60 menit 2 JP yang dimulai pukul 11.00- 12.00, tetapi pada pukul
12 sekolah harus dalam kondisi clean area dan kelas harus sudah dibersihkan untuk persiapan USBN kelas XII. Dengan demikian
pembelajaran berlangsung selama 50 menit. Karena 10 menit terakhir digunakan siswa untuk membersihkan kelas.
Debat kedua dengan tema energi itu kekal atau tidak. Apabila kekal megapa harus hemat energi ?. Penyusunan argumen untuk debat kedua ini
tidak dilakukan di dalam kelas tetapi sebelum pembelajaran dimulai, hal ini dilakukan agar waktu tidak digunakan untuk berdebat dan mulai masuk ke
materi tentang energi, namun siswa masih berargumen dalam kelompoknya masing-masing dan 5 menit kemudian debat dimulai. Kelompok yang
menjadi kelompk pro adalah kelompok 2 dan 7, sedangkan kelompok yang menjadi kelompok kontra adalah kelompok 1 dan 8. Pemilihan kelompok ini
berdasarkan kemampuan siswa dan keaktifan kelompok masing-masing. Misalnya kelompok 7 yang kurang serius saat berdiskusi bergabung dengan
kelompok 2 yang disiplin saat berdiskusi dan memiliki kemampuan yang baik sedangkan kelompok 1 yang kurang banyak berbicara bergabung
dengan kelompok 8 yang banyak bicara dan disiplin dalam menggunakan kancing. Pada saat perdebatan dimulai setiap orang diberi 1 kancing sebagia
kouta biacara, hal ini dilakukan agar semua siswa memiliki kesempatan berbicara. Metode debat pada pertemuan kedua ini berlangsung selama 25
menit. Setelah itu peneliti membuat kesimpulan dan memberi peneguhan terhadap argumen-argumen yang sudah benar. Selanjutnya siswa belajar
tentang energi kinetik, energi potensial, hubungan usaha dengan energi kinetik, dan hubungan usaha dengan energi potensial. Siswa aktif
mengutarakan pendapat, namun saat menentukan persamaan hubungan energi kinetik dan usaha, siswa mengalami kebingungan. Kemudian setelah
dipecahkan bersama siswa mulai mengerti. Untuk materi hubungan usaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan energi potensial salah satu kelompok sukarela maju ke depan kelas dan menjelaskan kepada teman-teman hubungan usaha dan energi kinetik.
Setelah keempat topik ini selesai, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan kembali materi yang belum dipahami, namun
tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Siswa malah meminta agar pelajaran berakhir karena meraka belum membersihkan kelas.
Pertemuan terakhir untuk kelas X MIPA 1 adalah pada hari Kamis, 6 April 2017. Pada hari terakhir penelitian semua siswa kelas X MIPA 1
hadir. Pertemuan ini diawali dengan salam pembuka, absensi, dan doa
pembuka, kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran
yang digunakan
dalam pertemuan.
Peneliti juga
menginformasikan bahwa diakhir pembelajaran siswa akan mengerjakan post-test.
Pada bagian isi pmbelajaran peneliti menampilkan gambar lihat gambar 1. Dalam kelompk siswa berdiskusi dengan aturan kancing
gemerincing, kelompok-kelompok terpilih akan mempresentasikan bagian- bagian tertentu yang menjadi tugas mereka. Setelah materi energi mekanik
dan hukum kekekalan energi selesai, siswa diberi post-test dan siswa juga mengisi kuisioner akhir setelah diberi treatment.
Gambar 4.3. Siswa sedang mempresentasikan materi hukum kekekalan energi pada gerak jatuh bebas.
B. Data dan Analisis Data
1. Prestasi Belajar
a. Data dan analisis pretest dan posttest Kelas X MIPA 1
b. Data dan analisis pretest dan posttest Kelas X MIPA 2
c. Data dan analisis pretest Kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2
d. Data dan analisis posttest Kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2
2. Komunikasi Interpersonal
a. Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X
MIPA 1 b.
Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1
c. Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X
MIPA 2 d.
Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1
e. Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X
MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment f.
Data dan analisis komunikasi interpersonal antarsiswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment
g. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment
h. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment
i. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi
interpersonal anatar siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 setelah diberi treatment
j. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi
interpersonal anatar guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 setelah diberi treatment
k. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi
interpersonal anatar guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 berdasarkan penilaian observer.
l. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi
interpersonal anatar guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 berdasarkan penilaian observer.
a. Data dan analsisi pretest dan posttest kelas X MIPA 1
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajara pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada pretest dan posttest siswa.
Data pretest dan posttest kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.3. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 1
No Nilai Pretest
Nilai Posttest 1
36,92 60
2 36,92
95,38 3
44,62 81,54
4 43,08
81,54 5
43,08 86,15
6 24,62
58,46 7
21,54 83,08
8 44,62
86,15 9
43,85 100
10 58,46
58,46 11
33,85 73,85
12 56,92
67,69 13
44,62 96,92
14 36,92
90,77 15
44,62 98,46
16 40
70,77 17
50,77 90,77
18 44,62
86,15 19
30 64,62
20 47,69
96,92 21
44,62 90,77
22 52,31
90,77 23
50,77 72,31
24 50,77
100 25
52,31 60
26 32,31
96,92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Nilai Pretest
Nilai Posttest 27
43,08 89,23
28 32,31
98,46 29
35,38 78,46
30 50,77
89,23 Rata-rata
42,41 83,13
Data pretest dan posttest kelas X MIPA 1 kemudian dianalisisi dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini menggunakan analisis
Paired Sample Test. Hasil output SPSS data pretest dan posttest kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil uji Test-T Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 1
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -13,925, p = 0,000 dengan level signifikan
0,05, mean pretest kelas X MIPA 1 adalah 42,41, mean Posttest kelas X MIPA 1 adalah 83,13.
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest
42.4117 30
8.96990 1.63767
Posttest 83.1277
30 13.57747
2.47889
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95 Confidence Interval
of the Difference Lower
Upper Pair
1 Pretest -
Posttest -40.71600 16.01509
2.92394 -46.69613
-34.73587 -13.925 29
.000
Oleh karena p = 0,000 0,05 maka hasil signifikan. Dengan
demikian pretest dan Posttest kelas X MIPA 1 ada perbedaan. Oleh karena nilai mean Posttest lebih besar dari mean pretest maka dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah siswa diajar dengan meggunakan metode kooperatif.
b. Data dan analisis pretest dan posttest kelas X MIPA 2
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada pretest dan posttest siswa.
Data nilai pretest dan posttest kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4. 5.
Tabel 4. 5. Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 2
No Nilai Pretest
Nilai Posttest 1
40 84,62
2
43,08 87,69
3
41,54 86,15
4
55,38 81,54
5
40 100
6
44,62 84,62
7
33,85 80
8
38,46 55,38
9
50,77 81,54
10
40 80
11
47,69 70,77
12
53,85 98,46
13
47,69 87,69
14
44,62 40
15
47,69 67,69
16
38,46 70,77
17
38,46 72,31
18
49,23 100
No Nilai Pretest
Nilai Posttest 19
47,69 93,85
20
52,31 80
21
24,62 64,62
22
44,62 92,31
23
36,92 58,46
24
44,62 61,54
25
44,62 92,31
26
21,54 80
27
43,08 89,23
28
40 73,85
29
40 61,54
30
47,69 73,85
Rata-rata
42,77 78,4
Data analisis kelas X MIPA 2 kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini menggunakan analisis Paired
Samples Test. Hasil output SPSS data pretest dan posttest kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil uji Test-T Pretest dan Posttest Kelas X MIPA 2
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest2
42.7700 30
7.44263 1.35883
Posttest2 78.3597
30 14.24971
2.60163
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 13, 821, p = 0,000 dengan level signifikan
0,05, mean pretest = 42,77 , mean
posttest = 78,34. Oleh karena p = 0,000
0,05 maka hasil signifikan. Dengan demikian pretest dan Posttest kelas X MIPA 2 ada perbedaan. Oleh
karena nilai mean Posttest lebih besar dari mean pretest aka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah
siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif.
c. Analisis Pretest Kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2
Untuk mengetahui prestasi belajar awal siswa, peneliti memberikan pretest pada masing-masing siswa kelas X MIPA 1 dan
kelas X MIPA 2. Data ini kemudian dianalisis dengan menggunakanuji statistik test-t untuk kelompok independen. Data nilai
pretest kelas kotrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tebel 4.7.
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std.
Error Mean
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest2
- Posttest
2 -35.58967 14.10422 2.57507
-40.85627 -30.32306 -13.821
29 .000
Tabel 4.7. Data Nilai Pretest X MIPA 1 dan Nilai Pretest X
MIPA
No Nilai Pretest
X MIPA 1 X MIPA 2
1 36,92
40
2 36,92
43,08
3 44,62
41,54
4 43,08
55,38
5 43,08
40
6 24,62
44,62
7 21,54
33,85
8 44,62
38,46
9 43,85
50,77
10 58,46
40
11 33,85
47,69
12 56,92
53,85
13 44,62
47,69
14 36,92
44,62
15 44,62
47,69
16 40
38,46
17 50,77
38,46
18 44,62
46,15
19 30
49,23
20 47,69
47,69
21 44,62
52,31
22 52,31
24,62
23 50,77
44,62
24 50,77
36,92
25 52,31
44,62
26 32,31
44,62
27 43,08
21,54
28 32,31
43,08
29 35,38
40
30 50,77
40
31 -
47,69
Rata-rata 42,41
42,98 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data nilai pretest kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini menggunkan
anaslsisi Independen Sample Test. Hasil output kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil uji Test-T Nilai Pretest X MIPA 1 dan Nilai
Pretest X MIPA 2
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa nilai t = -0,269, p = 0,789 dengan level signifikan
0,05, mean pretest1 sebagai kelas X MIPA 1 = 42,41, mean pretest2 sebagai kelas X MIPA 2 = 42.98.
Group Statistics
Code N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Pretest
MIPA1 30
42.4117 8.96990
1.63767 MIPA2
31 42.9784
7.40894 1.33069
Independent Samples Test pretest
Levenes Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Differen ce
Std. Error
Differen ce
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed 1.431 .236 -.269
59 .789 -.56672 2.10351 -4.77583 3.64239 Equal variances not
assumed -.269 56.238 .789 -.56672 2.11014 -4.79345 3.66001
Oleh karena p = 0,789 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik pemahaman awal kedua kelas sebelum diberikan treatmenttidak berbeda.
d. Data dan analisis posttest kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA
2
Untuk mengetahui prestasi akhir siswa, peneliti memberikan posttest pada masing-masing siswa dari kedua kelas tersebut. Data
nilai posttest ini kemudian dianalisis dengan uji statistik tes-t untuk kelompok independen. Data nilai posttest pada kelas X MIPA 1 dan
Kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9. Data Nilai posttset X MIPA 1 dan Nilai Pretest X
MIPA 2
No Nilai Posttest
X MIPA 1 X MIPA 2
1
60 84,62
2
95,38 87,69
3
81,54 86,15
4
81,54 81,54
5
86,15 100
6
58,46 84,62
7
69,23 80
8
83,08 55,38
9
86,15 81,54
10
100 80
11
58,46 70,77
12
73,85 98,46
13
67,69 87,69
14
96,92 40
15
90,77 67,69
16
98,46 70,77
No Nilai Posttest
X MIPA 1 X MIPA 2
17
70,77 72,31
18
90,77 100
19
86,15 93,85
20
64,62 80
21
96,92 64,62
22
90,77 92,31
23
90,77 58,46
24
72,31 61,54
25
100 75,38
26
60 92,31
27
96,92 80
28
89,23 89,23
29
96,92 73,85
30
98,46 61,54
31
78,46 73,85
32
89,23 -
Rata-rata
83,12 78,26
Data nilai posttest kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 kemudian diuji dengan menggunakan prograa SPSS. Uji test-t
menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data posttest kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada
Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Hasil uji Test-T Posttset X MIPA 1 dan Nilai X
MIPA 2
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Posttest
MIPA1 32
83.1244 13.59489
2.40326 MIPA2
31 78.2635
14.02042 2.51814
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.396 dengan dengan level signifikan
0,05, mean posttest X MIPA 1 = 83,12 , mean
pretest X MIPA 2 = 78.26.
Oleh karena p = 0,168 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik prestasi akhir siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 tidak berbeda.
Dari analisis di atas dapat diketahui bahwa prestasi akhir belajar dari kedua kelas adalah sama. Dengan demikian peningkatan prestasi
belajar pada kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 yang diberi treatment berbeda adalah sama. Hal ini dapat disebabkan karena
beberapa hal, antar lain :
Independent Samples Test Post test
Levenes Test for
Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Difference Std. Error
Difference 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Skor Equal variances assumed .050
.824 1.397 61
.167 4.86083
3.47917 -2.09621 11.81787 Equal variances not
assumed 1.397
60.758 .168
4.86083 3.48090 -2.10023 11.82188
a Metode ceramah interaktif yang biasa dilakukan
Metode cermah interaktif yang biasa diajarkan kepada siswa Hal ini membuat siswa di kelas X MIPA 2 terbiasa. Bebeda dengan kelas
X MIPA 1 yang belum terbiasa menggunakan metode kooperatif. Dalam penggunaan metode kooeratif ini keaktifan siswa dalam
kelompok lebih dominan daripada keaktifan siswa bersama guru. Beberapa siswa yang mengalami kesulitan berkomunikasi dan malu
berbicara baik dengan teman kelompok maupun dengan guru dikelas X MIPA 1 menyebabkan mereka mengalami kesulitan saat terutama
saat belajar menggunakan metode kancing gemerincing. Terkadang ada beberapa yang susah berbicara sehingga membuat diskusi
dikelompok menjadi terhambat. Namun bukan berarti metode koperatif ini tidak baik digunakan. Justru sebaliknya, bahwa dengan
metode ini siswa menjadi berani berbicara, berani mengungkapkan pendapat, dan berani bertanya. Apabila dibiasakan, maka prestasi
belajar siswa dapat lebih meningkat b
Keterbatasan waktu pada kelas X MIPA 1 Alokasi waktu yang sering berubah karena adanya kegiatan-
kegiatan dadakan di sekolah yang menyebabkan jam pelajaran terkahir harus diperpendek. Jadwal pelajaran Fisika di kelas X MIPA 1 adalah
pada jam 7-8 di hari kamis dan jam 4 di hari senin. Pada hari senin jadwa pelajaran sering kali berubah karena adanya upacara bendera
yang membuat alokasi waktu pelajaran harus diperpendek, sedangkan pada hari kamis didua pertemuan terakhir alokasi waktu diperpendek
karena ertepatan dengan waktu untuk membersihkan ruangan untuk persiapan ujian USBN kelas XII dan ujian mid semester kelas X dan
XI. Perubahan alokasi waktu yang diketahui secara mendadak oleh
peneliti menyebabkan pembelajaran tidak sesuai dengan rencana pelaksaan pembelajaran RPP yang sudah diencakanakan peneliti.
Dengan demikian beberapa latihan soal dikerjakan dengan terburu- buru oleh siswa, dan beberapa siswa tidak bertanya ketika bingung,
mereka khawatir petugas sekolah akan memarahi mereka karena kelas masih dalam keadaan kotor dan belum dirapikan.
Namun, nilai mean dari kedua kelas berbeda. Nilai mean kelas X MIPA 1 lebih besar dari pada nilai mean kelas X MIPA 2. Selisih
peningatan nilai mean kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah diberi treatment juga lebih besar dari pada selisih peningkatan nilai mean
kelas X MIPA 2 sebelum dan sesudah diberi tretament.
3. Komunikasi Interpersonal
a. Data dan analisisi komunikasi interpersonal antar siswa kelas X
MIPA 1 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara
siswa pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir. Data komunikasi interpersonal antar
siswa awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1
No Sebelum
Sesudah 1
63 57
2 60
60 3
60 61
4 61
60 5
60 60
6 68
57 7
63 65
8 60
57 9
60 58
10 59
58 11
60 61
12 49
49 13
59 60
14 62
62 15
67 70
16 62
59 17
57 58
18 54
54 19
63 63
20 56
87 21
58 62
22 57
60 23
61 61
24 61
65 25
60 63
26 64
63 27
69 67
28 61
60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Sebelum
Sesudah 29
60 58
30 67
67 Rata-rata
60,7 61,4
Analisis statistik menggunakan SPSS untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1,
peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi
interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas
X MIPA 1
Paired Samples Test Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Awal
60.7000 30
4.06965 .74301
Akhir 61.4000
30 6.31692
1.15331
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
Awal – Akhir
-70000 6.44419
1.17654 -3.10630
1.70630 -.595
29 .556
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 0, 595, p = 0,556 dengan level signifikan
0,05, mean awal = 60,70 , mean
akhir = 61,40. Oleh karena p = 0,556
0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar
siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif tidak ada perbedaan.
b. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 1 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa pada kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru siswa awal dan
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir. Data data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi
interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1
No Total skor awal Total Skor akhir
1 44
44 2
41 41
3 41
48 4
46 42
5 45
45 6
41 40
7 49
54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1, peneliti melakukan Uji test-t yaitu
Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guruu dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa akhir kelas X MIPA 1 dapat dilihat pada Tabel 4. 14
. 8
41 43
9 44
44 10
44 47
11 43
44 12
36 36
13 44
47 14
45 45
15 45
52 16
42 45
17 42
46 18
36 39
19 46
50 20
44 43
21 47
44 22
41 40
23 44
46 24
4 49
25 42
46 26
43 44
27 48
50 28
45 42
29 43
43 30
51 54
Rata-rata 43,5
45,1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.14. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas
X MIIPA 1
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 3,051, p = 0,005 dengan level signifikan
0,05, mean awal = 43,50 , mean
akhir = 45,10. Oleh karena p = 0,005
0,05 maka hasil signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif ada perbedaan.
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
Sebelum 43.5000
30 3.19212
.58280 Sesudah
45.1000 30
4.21287 .76916
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviatio n
Std. Error Mean
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Pair
1 Sebelum
– Sesudah
-1.60000 2.87198 .52435
-2.67242 -3.051
-.595 29
.005
c. Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas X
MIPA 2 Seperti halnya kelas X MIPA 1, untuk mengetahui peningkatan
komunikasi interpersonal antara siswa pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa
awal dan komunikasi interpersonal antar siswa akhir. Data data komunikasi interpersonal antar siswa awal dan komunikasi
interpersonal antar siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada tabel 4. 15
Tabel 4.15. Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2
No Total skor awal
Total Skor akhir 1
58 57
2 64
62 3
61 56
4 62
58 5
63 59
6 55
60 7
62 64
8 59
61 9
65 66
10 69
59 11
61 61
12 60
54 13
69 58
14 53
57 15
65 66
16 65
58 17
58 57
18 62
61 19
56 59
No Total skor awal
Total Skor akhir 20
59 62
21 59
58 22
61 57
23 58
57 24
61 61
25 56
61 26
62 58
27 56
57 28
61 61
29 57
58 Rata-rata
60,59 59,41
Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara siswa kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t yaitu Paired
Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa awal dan komunikasi interpersonal antara siswa akhir kelas X
MIPA 2 dapat dilihat pada tabel 4.16
Tabel 4.16. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA
2
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Awal
60.5862 29
3.86853 .71837
Akhir 59.4138
29 2.83495
.52644
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.557, p = 0,131 dengan level signifikan
0,05, mean awal = 60,59, mean akhir =
59,41. Oleh karena p = 0, 131
0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar
siswa kelas X MIPA 2 sebelum dan sesudah menggunakan metode ceramah interaktif tidak ada perbedaan. Demikian tidak ada
peningkatan komunikasi interpersonal antar siswa setelah siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif.
d. Data dan analisis komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa kelas X MIPA 2 Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa pada kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir. Data data
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
awal – akhir
1.17241 4.005383 .752789 -.36958
2.71441 1.557
28 .131
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat
dilihat pada tabel 4.17
Tabel 4.17. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2
No Total skor awal
Total Skor akhir 1
40 40
2 37
44 3
42 41
4 49
42 5
44 40
6 38
43 7
41 43
8 42
44 9
43 51
10 46
44 11
47 47
12 43
41 13
50 40
14 40
42 15
50 50
16 45
41 17
42 40
18 44
44 19
42 45
20 43
44 21
45 47
22 41
40 23
44 45
24 45
43 25
40 43
26 45
44 27
43 43
28 38
44 29
41 45
Rata-rata 43,10
43,45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dna siswa kelas X MIPA 2, peneliti melakukan Uji test-t yaitu
Paired Sample Test. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa awal dan komunikasi interpersonal antara guru
dan siswa akhir kelas X MIPA 2 dapat dilihat pada 4.18
Tabel 4.18.Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas
X MIIPA
D a
r Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = - 0,478, p =
0,636 dengan level signifikan 0,05, mean awal
= 43,10 , mean akhir = 43,45.
Oleh karena p = 0, 636 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik Komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 sebelum dan sesudah menggunakan metode
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Awal
43.1034 29
3.30956 .61457
Akhir 43.4483
29 2.78499
.51716
Paired Differences
t df
Sig. 2-
tailed Mean
Std. Deviatio
n Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
awal –
akhir -.34483 3.88473
.72138 -1.82250
1.13284 -.478 28
.636
ceramah interaktif tidak ada perbedaan. Dengan demikian tidak ada peningkatan komunikasi interpersonal antar guru dan siswa setelah
siswa diajar dengan meggunakan metode ceramah interaktif. e.
Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum menggunakan treatment
Untuk membandingkan
perbedaan kedua
metode pembelajaran ini yaitu metode kooperatif dan metode ceramah
interaktif, maka dilihat perbandigan komunikasi interpersonal antar siswa di kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2. Peneliti melakukan Uji
test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa psebelum diberikan treatment. Data komunikasi interpersonal antar siswa
sebelum diberikan treatment dapat dilihat pada Tabel 4.19
Tabel 4.19. Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan
treatment
No Komunikasi Interpersonal antar
siswa sebelum diberikan treatment
X MIPA 1 X MIPA 2
1 63
58 2
60 64
3 60
61 4
61 62
5 60
63 6
68 57
7 63
55 8
60 62
9 60
59 10
59 65
No Komunikasi Interpersonal antar
siswa sebelum diberikan treatment
X MIPA 1 X MIPA 2
11 60
69 12
49 61
13 59
60 14
62 69
15 67
53 16
62 65
17 57
65 18
54 58
19 63
62 20
56 59
21 58
56 22
57 59
23 61
59 24
61 61
25 60
58 26
64 58
27 69
61 28
61 56
29 60
62 30
67 56
31 -
61 32
- 57
Rata- rata 60,7
60,34
Data komunikasi antara siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 kemudian diuji dengan menggunakan program SPSS. Uji
test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa kelas X MIPA 1 dan
Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan
treatment
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 0.357 dengan level signifikan
0,05, mean kelas X MIPA 1 = 60,70 , mean kelas X MIPA 2 = 60.34.
Oleh karena p = 0,722 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal awal antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum diberi
treatment tidak berbeda.
Group Statistics
Kelas N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Sebelum MIPA 1
30 60.7000
4.06965 .74301
MIPA 2 32
60.3438 3.76409
.66540
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed .056
.814 358 60
.722 .35625
.99487 -1.63378
2.34628 Equal variances
not assumed .357 58.793
.722 .35625
.99741 -1.63971
2.35221
f. Data dan analisis komunikasi interpersonal antar siswa kelas X
MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment. Untuk membandingkan perbedaan kedua metode pembelajaran
ini yaitu metode kooperatif dan metode ceramah interaktif dalam memingkatkan komunikasi interpersonal antara siswa, maka dilihat
perbandingan komunikasi interpersonal antar siswa di kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment. Peneliti melakukan
Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberi treatment. Data komunikasi interpersonal antar siswa setelah
diberikan treatment dapat dilihat pada tabel 4.21
Tabel 4.21. Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2 setelah menggunakan
treatment
No Komunikasi Interpersonal antar siswa
setelah diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 1
57 57
2 60
62 3
61 56
4 60
58. 5
60 59
6 57
60 7
65 64
8 57
61 9
58 66
10 58
59 11
61 61
12 63
54 13
49 58
14 60
57 15
62 66
16 66
58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa kelas X
MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.22. Hasil uji Test-T data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan
treatment
Group Statistics
code N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Setelah
MIPA1 32
61.5938 6.16891
1.09052 MIPA2
29 59.4138
2.83495 .52644
17 70
57 18
59 61
19 58
59 20
54 62
21 63
58 22
87 57
23 62
57 24
60 61
25 61
61 26
65 58
27 63
57 28
63 61
29 67
58 30
60 -
31 58
- 32
67 Rata-rata
61,59 59,41
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1.800 dengan dengan level signifikan
0,05, mean kelas X MIPA 1 = 61,59 , mean X MIPA 2 = 59.41.
Oleh karena p = 0.079 0,05 maka hasil tidak signifikan. Dengan
demikian secara statistik komunikasi interpersonal akhir antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberikan treatment tidak
berbeda. Salah satu instrumen pengukur tingkat komunikasi interpersonal
antar siswa adalaha angket. Angkat yang diberikan terdiri dari 20 pernyataan,mencakup 5 aspek, yaitu keterbukaan, empati, dukungan,
kepositifan, dan kesetaraan. Untuk aspek keterbukaan ada 4 indikator yaitu berani membuka diri, berani mengungkapkan pendapat secara
jujur, berani mengakui perasaan yang ditunjukan kepada orang lain, dan
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed 3.040
.086 1.743 59
.087 2,17996
1.25102 -.32333
4.68325 Equal variances
not assumed 1.800 44.459
.079 2.17996
1.21094 -.25982
4.61973
berani bertanggung jawab atas pernyataan atau perasaan yang dilontarkan. Masing-masing indikator ini terdiri dari 2 pernyataan. Pada
kelas X MIPA 1 pernyataan yang paling tinggi skornya adalah pernyataan nomor 6 dan nomor 3 yaitu “Saya bersedia merubah
pendapat saya bila ternyata pendapat saya salah” dan “Saya
mengatakan pendapat saya secara jujur bila orang lain meminta bantuan saya”. Pada saat pembelajaran berlangsung hal ini sangat kelihatan
ketika siswa siswa berdiskusi dengan metode kancing gemerincing. Setiap siswa memiliki pendapat yang berbeda, namun siswa tetap
berdiskusi dan memperbanyak referensi internet untuk mendukung setiap argumen yang dimiliki siswa hingga siswa menemukan jawaban
yang tepat. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 pernyataan yang memeiliki skor pal
ing tinggi adalah pernyataan nomor 1 yaitu “ Dalam kelompok saya terlebih dahulu menyapa”. Pada saat pembelajaran hal
ini begitu terlihat pada saat siswa masuk dalam kelompok baru yang dibentuk dengan game kursi bernomor.
Untuk aspek empati terdiri dari satu indikator yaitu mendengarkan pendapat orang lain nomor 8 yaitu Saya senang
mendengarkan pendapat dari orang lain. Pada kelas X MIPA 1 skor nomor 8 merupakan skor paling besar dibandingkan skor pada nomor
pernyataan lainnya. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa yang tidak ikut berdebat mendengarkan dengan baik setiap alur debat. Pada
saat teman lain menjelaskan di depan kelas setiap siswa juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendengarkan dengan baik apa yang dijelaskan, meski terkadang ada yag masih berbicara, tapi apa yang dibicarakan siswa adalah bagian dari
materi. Pada kelas X MIPA 2 skor untuk pernyataan nomor 8 setara dengan beberapa skor dari aspek lain, pada saat pembelajaran
berlangsung terkadang siswa tidak saling mendengarkan terutama ketika siswa bekerja dalam kelompok. Ada yang mendominasi
pembicaraan dan jarang mendengar pendapat teman lain dan ada yang menjadi pendengar pasif tanpa memberi kontribusi selama bekerja
sama dalam kelompok. Untuk aspek dukungan terdiri dari 3 indikator yaitu mendukung
pendapat teman, spontanitas, dan profesionalisme. Setiap indikator ini memiliki jumlah pernyataan yang berbeda. Pada kelas X MIPA 1
pernyataan 9 yang memiliki skor tertinggi yaitu “saya merasa memberikan dukungan kepada teman-teman adalah tindakan yang
baik”. Bentuk dukungan siswa sangat menonjol pada saat debat, setiap siswa dalam kelompok debat saling mendukung argumen teman satu
kelompoknya. Pada kelas X MIPA 2 pernyataan nomor 9 ini juga adalah pernyataan yang memiliki skor paling tinggi. Pada saat
pembelajaran di kelas X MIPA 2 dukungan yang diberikan siswa kepada temannya tidak begitu menonjol. Selama pembelajaran hanya
beberapa orang siswa dalam beberapa kelompok yang memberikan dukungan kepada teman, ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di
depan kelas dan menjelaskan keada siswa. Bentuk dukungan yang terlihat yaitu siswa meyakinkan temannya.
Untuk aspek kepositifan ada 3 indikator, yaitu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, menerima sikap orang lain, dan berani
memberikan pujian terhadap lawan bicara. Untuk kelas X MIPA 1 pernyataan yang paling besar bobotnya adalah 15 yang berbuyi “saya
memuji orang lain yang memperoleh prestasi’. Hal ini sangat berbeda dengan yang terjadi di kelas. Siswa jarang memberikan pujian kepada
temannya. Hanya beberapa siswa yang saling memuji siswa lain. Sedangkan untuk kelas X MIPA 2 pernyataan yang memiliki skor
teringgi adalah nomor 13 yaitu “ saya merasa diri mampu menjadi teman bicara yang baik bagi orang lain” . Hal ini sangat berbeda dengan
yang terjadi didalam kelas. Pada saat pembelajaran siswa-siswa yang biasa aktif selalu mendominasi pembicaraan sedangkan siswa-siswa
yang lain jarang berbicara. Selain pernyataan nomor 13, pernyataan yang memiliki skor paling tinggi juga adalah skor momor 15 yaitu “
saya memuji orang lain y ang memperoleh prestasi” . Hal ini juga sangat
tidak sesuai dengan kejadian selama pembelajaran berlangsung. Siswa jarang memberikan pujian kepada teman yang memperoleh prestasi.
Ketika ada teman yang bisa memecahkan persoalan dalam kelas misalnya ketika memperlajari hubungan usaha potensial dan energi,
hanya sau orang siswa yang berhasil menjawab benar dan bersedia menjelaskan kepada teman-teman sekelasnya. Teman-teman sekelasnya
tidak memberikan apresiasi, mereka hanya mencatat dan mencocokan jawaban saja.
Untuk aspek kesetaraan ada 2 indikator yaitu mampu menghargai pendapat orang lain dan mampu menghargai perbedaan. Masing-masing
indikator terdiri dari 2 pernyataan. Pada kelas X MIPA 1 Pernyataan yang memiliki skor paling tinggi yaitu pernyataan 18 dan 1
9 yaitu “saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka
pemecahan masalah” dan “dengan adanya perbedaan pendapat, wawasan saya akan semakian luas”. Hal ini sangat nampak ketika
pembelajaran di kelas, perbedaan pendapat sangat jelas ketika siswa berdebat. Masing-masing kelompok mempertahankan argumennya dan
berdebat untuk saling menemukan titik temu. Pada saat berdiskusi juga terjadi perbedaan kelompok antar siswa. Ketika terjadi perbedaan
pendapat, siswa tetap berdiskusi seperti biasa dan mencoba mencari jalan keluar dengan memperbanyak referensi. Sedangkan pada kelas X
MIPA 2 skor paling tinggi adalah pada nomor 18 yaitu “saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka pemecahan
masalah”. Perbedaan pendapat yang ada pada kelas X MIPA 2 itu jarang terjadi, karena siswa terkadang ikut-ikutan setuju ketika teman
lainnya berpendapat. Biasanya siswa percaya begitu saja terhadap saran atau pendapat dari teman yng dianggap pintar dalam kelompok atau
dari teman yang aktif mencari pemecahan masalah. Terkadang siswa bermental “ ikut-ikutan “.
g. Data dan Analisis komunikasi interpersonal awal antara guru
dan siswa kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment
Sebelum diberi treatment yang berbeda pada dua kelas yang berbeda, peneliti ingin membandingkan dan melihat komunikasi
interpersonal awal antara siswa dan guru pada kedua kelas ini. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal
antara guru dan siswa sebelum diberikan diberikan treatment. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum diberikan
treatment dapat dilihat pada tabel 4.23. Tabel 4.23. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa
kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan treatment
No Komunikasi Interpersonal antara guru dan
siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 1
44 40
2 41
37 3
41 42
4 46
49 5
45 44
6 41
39 7
49 38
8 41
41 9
44 42
10 44
43 11
43 46
12 36
47 13
44 43
14 45
50 15
45 40
16 42
50 17
42 45
No Komunikasi Interpersonal antara guru dan
siswa sebelum diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 18
36 42
19 46
44 20
44 44
21 47
42 22
41 43
23 44
45 24
42 41
25 42
44 26
43 44
27 48
45 28
45 40
29 43
45 30
51 43
31 -
38 32
- 41
Rata-rata 43.50
43.03
Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara siswa dan guru
pada kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 sebelum diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.24. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 Sebelum
menggunakan treatment
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Sebelum
MIPA1 30
43.5000 3.19212
.58280 MIPA2
32 43.0313
3.23772 .57235
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 0. 574 dengan dengan level signifikan
0,05, mean kelas X MIPA 1 = 43,50 , mean kelas X MIPA 2 = 43,03.
Oleh karena p = 0,568 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal awal antara guru dan siswa siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum
diberi treatment tidak berbeda. h.
Data dan Analisis komunikasi interpersonal anatara siswa dan guru setelah diberikan treatment yang berbeda
Setelah diberikan treatet berupa metode pembelajaran kooperatif pada kelas X MIPA 1 dan Metode pembelajaran ceramah interaktif
pada kelas X MIPA 2. Peneliti melakukan Uji test-t pada data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberikan
treatment. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberikan treatment dapat dilihat pada tabel 4.25
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Sebelum
MIPA1 30
43.5000 3.19212
.58280 MIPA2
32 43.0313
3.23772 .57235
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed .069
.794 .574 60
.568 .46875
.81723 -1.16595 2.10345
Equal variances not assumed
.574 59.842 .568
.46875 .81685 -1.16528
2.10278
Tabel 4.25. Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 setelah menggunakan
treatment
Sampel Komunikasi Interpersonal antara guru dan
siswa setelah diberikan treatment X MIPA 1
X MIPA 2 1
44 40
2 41
44 3
48 41
4 42
42 5
45 40
6 40
43 7
54 43
8 43
44 9
44 51
10 47
44 11
44 47
12 46
41 13
36 40
14 47
42 15
45 50
16 38
41 17
52 40
18 45
44 19
46 45
20 39
44 21
50 47
22 43
40 23
44 45
24 40
43 25
46 43
26 49
44 27
46 43
28 44
44 29
50 45
30 42
- 31
43 -
32 54
- Rata-rata
44,91 43.45
Uji test-t menggunakan analisis Independent Sample. Hasil output SPSS data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa
kelas X MIPA 1 dan Kelas X MIPA 2 setelah diberi treatment dapat dilihat pada tabel 4.26.
Tabel 4. 26. hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah
menggunakan treatmen
t
Group Statistics
kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Setelah
MIPA1 32
44.9063 4.26811
.75450 MIPA2
29 43.4483
2.78499 .51716
Dari hasil SPSS dapat dilihat bahwa t = 1,594 dengan level signifikan
0,05, mean X MIPA 1 = 44.91 , mean kelas X MIPA 2 = 43,45.
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
T Df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor
Equal variances
assumed 3.733
.058 1 .562 59
.124 1.45797
.93334 -.40963
3.32558 Equal
variances not assumed
1.594 59.819 .117
1.45797 .91473
-.37609 3.29203
Oleh karena p = 0,117 0,05 maka hasil tidak signifikan.
Dengan demikian secara statistik komunikasi interpersonal akhir antara guru dan siswa siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 sebelum
tidak berbeda. Salah satu instrumen pengukur tingkat komunikasi interpersonal
antara guru dan siswa adalah angket. Angket yang diberikan terdiri dari 15 pernyataan ini mencakup 5 Aspek, yaitu keterbukaan, empati,
dukungan, kepositifan, dan kesetaraan. Untuk aspek keterbukaan ada 4 indikator yaitu keterbukaan siswa pada guru pada saat mengalami
kesulitan dalam memahami materi, siswa berani mengancungkan tangan dan berpendapat saat guru bertanya, siswa berani untuk jujur
atau tidak ketika mengalami kebingungan, dan menerima dan bersedia merubah pendapat atau marah saat guru mengatakan pendapat siswa
belum tepat. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan yang mendapat skor paling tinggi adalah pernyataan nomor 5 yaitu “saya bersikap tenang
saat guru mengatakan bahwa saya p endapat saya belum tepat”. Pada
saat berinteraksi dalam kelas, beberapa kali siswa mengalami miskonsepsi dan ada beberapa siswa yang salah ketika mengerjakan
soal latihan, ketika dikomentari peneliti siswa menerima dan mencoba mengerjakan lagi. Sedangkan pada kelas X MIPA 2
pernyataan yang mendapat skor tetinggi adalah pernyataan nomor 3 yaitu “ saya bersedia untuk mendengar penjelasan guru”. Pada saat
pelajaran berlangsung siswa sangat antusias untuk mendengarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penjelasan dari peneiti, namun respon sebagia siswa setelah mendengarkan adalah pasif.
Untuk aspek empati ada satu indikator yaitu kemauan siswa untuk mendengarkan guru dan tidak bermain HP pada saat guru
mejelaskan materi. Indiktor ini memiliki 3 pernyataan, pernyataan yang memiliki skor paling tinggi pada kelas X MIPA 1 yaitu
pernyataan “ saya bersedia mendengarkan pendapat guru, meskipun berbeda dengan pendapat saya”. Selama penelitian, sering terjadi
perbedaan pendapat antara siswa dengan guru dan siswa, misalnya siswa sering bingung dalam menentukan titik acuan unutk nilai h
ketinggian pada persamaan energi potensial. Namun, siswa tetap mendengarkan penjelasan peneliti. Pada kelas X MIPA 2 , pernyataan
yang mendapat skor paling tinggi sama dengan kelas X MIPA 1. Perbedaan pendapat yang peneliti jumpai selama pembelajaran hanya
terjadi pada satu kelompok yaitu kelompok 2 dengan siswa yang bernomor absen 13. Sedangkan siswa lain itu tidak beradu pendapat
dengan peneliti, maka dapat disimpulkan siswa tidka konsisiten dan tidak serius pada ssaat mengisi angket karena pada kenyataannya apa
yang terjadi selama pembelajaran tidak sesuai deengan apa yang diisi siswa dalam angket.
Untuk aspek dukungan, ada satu indikator yaitu spontanitas siswa saat menjawab pertanyaan guru. Satu indikator ini memiliki
satu pernyataan yaitu “Saya akan memberikan respon secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
spontan pada saat guru bertanya”. Pada kelas X MIPA 1 pernyaatan ini juga memiliki skor yang tinggi. Pada saat
meaksanakan penelitian terkadang siswa merespon spontan dengan menjawab secara bersama-sama tanpa menunjuk tangan untuk
menjawab pada saat peneliti bertanya. Pada kelas X MIPA 2 pernytaan diatas merupakan pernyataan dengan skor paling rendah.
Pada kenyataanya siswa menjawab secara spontan jika peneliti bertanya dan lebih siswa lebih sering menjawab bersama-sama.
Ketidak seriusan siswa mengisi angket kembali terjadi. Untuk aspek Kepositifan ada 2 indikator, dengan jumlah
pernyataan masing-masing 1. Pada kelas X MIPA 1 skor tertinggi yaitu pada pernytaaan “Saya menyambut baik setiap kritikan dan
saran dari guru tentang pendapat saya”. Saat berdiskusi dengan siswa, siswa tetap semangat berdiskusi dan memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi ketika pendapatnya berbeda dengan pendapat peneliti. Pada kelas X MIPA 2 pernyataan diatas merupakan
pernyataan dengan skor tertinggi, pada kenyataannya hal ini benar- benar terjadi. Ketika terjadi perbedaan pendapat siswa akan
menyembut baik setiap kritikan dan saran dari peneliti dan mencoba mencari tahu kebearannya, namun hal ini terjadi hanya
pada beberapa siswa yang angktif dikelas. Untuk aspek kesetaraan ada 2 indikator dengan jumlah
pernyataan yang berbeda. Pada kelas X MIPA 1 pernyataan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki skor paling tinggi adalah “Saya berpikir perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dalam rangka pemecahan
masalah”. Siswa tetap berdiskusi dengan baik meskipun terjadi perbedaan
pendapat dengan guru. Pernyataan diatas juga merupakan pernyataan yang memiliki skor tertinggi pada kelas X MIPA 2.
Pada kenyataanya perbedaaan pendapat antara peneliti dan siswa itu jarang terjadi.
i. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah
diberi treatment
a Data kategorisasi
Tabel 4. 27. Kategorisasi komunikasi interpersonal antr siswa X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi
treatment
Kode siswa
X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
1 57
baik 57
baik 2
60 baik
62 baik
3 61
baik 56
baik 4
60 baik
58 baik
5 60
baik 59
baik 6
57 baik
- 7
65 sangat baik
60 baik
8 57
baik 64
baik 9
58 baik
61 baik
10 58
baik 66
sangat baik 11
61 baik
59 baik
12 63
baik 61
baik 13
49 cukup
54 baik
14 60
baik 58
baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b D a
ta Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2
Tabel 4.28. Prosentase X MIPA 1 setelah diberi treatment
Tabel 4.29. Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment
Interval Frekuensi
Prosentase kategori
20-34 kurang
35-49 cukup
50-64 27
93,1 baik
65-80 2
6,89 sangat baik
Kode siswa
X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
15 62
baik 57
baik 16
66 baik
66 sangat baik
17 70
sangat baik 58
baik 18
59 baik
57 baik
19 58
baik 61
baik 20
54 baik
- 21
63 baik
59 baik
22 57
sangat baik 62
baik 23
62 baik
58 baik
24 60
baik 57
baik 25
61 baik
57 baik
26 65
sangat baik -
27 63
baik 61
baik 28
63 baik
61 baik
29 67
sangat baik 58
baik 30
60 baik
57 baik
31 58
baik 61
baik 32
67 sangat baik
58 baik
Mean 61,59
baik 53,84
baik
interval frekuensi
Prosentase kategori
20-34 kurang
35-49 1
3,13 cukup
50-64 24
75 baik
65-80 7
21,88 sangat baik
Analisis porsentase dan kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 hanya dianalisis dari data
komunikasi interpersonal antar siswa setelah diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan dalam tabel 4.27 X
MIPA 1. Komunikasi interpersonal antara siswa selama pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif diperoleh sebanyak 21,88
siswa termasuk dalam kategori komunikasi interpersonal anatar siswa sangat baik, sebanyak 75 termasuk dalam kategori baik, dan
sebanyak 3,13 termasuk dalam kategori cukup. Sedangkan pada kelas X MIPA 2 sebanyak 6,89 siswa termasuk dalam kategori
komunikasi interpersonal antar siswa sangat baik dan sebanyak 93,1 termasuk dalam kategori baik. Namun rata-rata komunikasi
interpersonal antar siswa setelah diberi treatment berbeda meskipun dalam kategori yang sama, yaitu kategori baik. Rata- rata akhir
komunikasi interpersonal antara siswa pada tabel 4.26, kelas X MIPA 1 adalah 61,59 lebih besar dari rata-rata akhir komunikasi
interpersonal antar siswa pada kelas X MIPA 2 yaitu 53,84. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
j. Data dan analisis kategorisasi serta porsentase tingkat komunikasi interpersonal antara guru siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA
a Data kategorisasi
Tabel 4.30. Kategorisasi X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi
treatment
Kode siswa X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
1 44
baik 40
baik 2
41 baik
44 baik
3 48
sangat baik 41
baik 4
42 baik
42 baik
5 45
baik 40
baik 6
40 baik
- 7
54 sangat baik
43 baik
8 43
baik 43
baik 9
44 baik
44 baik
10 47
baik 51
Sangat baik 11
44 baik
44 baik
12 46
baik 47
baik 13
36 cukup
41 baik
14 47
baik 40
baik 15
45 baik
42 baik
16 38
baik 50
Sangat baik 17
52 sangat baik
41 baik
18 45
baik 40
baik 19
46 baik
44 baik
20 39
baik -
21 50
sangat baik 45
baik 22
43 baik
44 baik
23 44
baik 47
baik 24
40 baik
40 baik
25 46
baik 45
baik 26
49 sangat baik
- 27
46 baik
43 baik
28 44
baik 43
baik 29
50 sangat baik
44 baik
30 42
baik 43
baik 31
43 baik
44 baik
32 54
sangat baik 45
baik Mean
44,91 baik
39,38 baik
b Data Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment
Tabel 4. 31. Porsentase X MIPA 1 setelah diberi treatment
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
15-25 kurang
26-36 1
3,13 cukup
37-47 24
75 baik
48-60 7
21,88 sangat baik
Tabel 4. 32. Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
15-25 kurang
26-36 cukup
37-47 27
93,10 baik
48-60 2
6,89 sangat baik
Analisis porsentase
dan kategorisasi
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA
2 hanya dianalisis dari data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti
yang disajikan dalam tabel 4.30, yaitu tabel kategorisasi tingkat komunikasi interpersonal antara guru dan siswakelas X MIPA 1
sebanyak 21, 88 siswa masuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 75 masuk dalam kategori baik, dan sebanyak 3, 13
siswa masuk dalam kategori cukup. Sedangakan pada tabel 4.31 untuk kelas X MIPA 2 sebanyak 6, 89 siswa masuk dalam
kategori sangat baik dan sebanyak 93,10 siswa termasuk dalam kategori baik. Dari perbandingan kedua tabel 4.30 dan tabel 4.31
diatas dapat dilihat pada porsentase kategori sangat baik lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
besar pada kelas X MIPA 1 dibanding kelas X MIPA 2. Dari hasil rata-rata komunikasi interpersonal antara guru dan siswa setelah
diberi treatment pada tabel 4.29 kelas X MIPA 1 memperoleh mean 44,91 lebih besar dari kelas X MIPA 2 yaitu 39,38.
k. Data dan analisis kategorisasi porsentase tingkat komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2
berdasarkan penilaian observer siswa selama pembelajaran berlangsung
a Data kategorisasi
Tabel 4.33. Kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 dan X MIPA 2 berdasarkan penilaian
observer siswa
Kode siswa X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
1 9
Sangat baik 5
cukup 2
5 cukup
2 kurang
3 3
cukup 6
baik 4
6 baik
7 baik
5 5
cukup 5
cukup 6
5 cukup
5 cukup
7 7
baik 7
baik 8
7 baik
5 cukup
9 6
baik 3
cukup 10
7 baik
6 baik
11 8
baik 7
baik 12
2 kurang
7 baik
13 7
baik 6
baik 14
8 baik
3 cukup
15 7
baik 4
cukup 16
7 baik
4 cukup
17 9
Sangat baik 4
cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Data Prosentase X MIPA 1 dan X MIPA 2
Tabel 4.34. Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 berdasarkan penilain observer siswa
Tabel 4.35. Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 2 berdasarkan penilain observer siswa
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
0 - 2 2
6,25 Kurang
3 - 5 15
46,88 Cukup
6 - 8 14
43,75 Baik
9 -12 1
3,13 Sangat baik
Kode siswa X MIPA 1 Kategori
X MIPA 2 Kategori
18 8
baik 5
cukup 19
7 baik
6 baik
20 8
baik 8
baik 21
5 cukup
3 cukup
22 7
baik 6
baik 23
10 Sangat baik
4 cukup
24 7
baik 5
cukup 25
9 Sangat baik
5 cukup
26 10
Sangat baik 7
baik 27
8 baik
4 cukup
28 8
baik 2
kurang 29
8 baik
7 baik
30 7
baik 6
baik 31
5 cukup
9 Sangat baik
32 10
Sangat baik 8
baik Mean
7,03 Sangat baik
5,34 Cukup
Interval Frekuensi
Prosentase Kategori
0 - 2 1
3,13 Kurang
3 - 5 6
18,75 Cukup
6 - 8 19
59,38 Baik
9 -12 6
18,75 Sangat baik
Analisis porsentase
dan kategorisasi
komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2
dianalisis dari data komunikasi interpersonal siswa pada saat diberi treatment. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan
pada tabel 33 yaitu tabel porsentase komunikasi interpersonal siswa berdasarkan penilaian observer sebanyak 18, 75 siswa
masuk dalam kategori sangat baik, sebanyak 5,38 masuk dalam kategori baik, sebanyak 18,75 siswa masuk dalam kategori
cukup, dan sebanyak 3,13 siswa masuk dalam kategori kurang. Hasil analisis prosentase pada kelas X MIPA 1 jauh berbeda
dengan hasil analisis data prosentase pada kelas X MIPA 2. Pada kelas X MIPA 2 sebaanyak 3, 125 siswa masuk dalam kategori
sangat baik, sebanyak 43,75 siswa termasuk dalam kategori baik, sebanyak 46, 88 siswa masuk dalam kategori cukup dan
sebanyak 6,25 siswa masuk dalam kategori kurang. Dari perbandingan kedua tabel 4.34 dan tabel 4.35 diatas dapat dilihat
pada porsentase kategori sebagian besar kelas X MIPA 1 berada pada kategori baik yaitu sebanyak 56,25 , sedangkan kelas X
MIPA 2 lebih dominan berada pada kategori cukup yaitu sebnayak 46, 875 . Dari hasil rata-rata komunikasi interpersonal antar
siswa pada tabel 4.32 pun mean yang diperolah kelas X MIPA 1 lebih besar yaitu 7, 03 dan termasuk kategori baik, sedangkan
kelas X MIPA 2 memilik mean 5,34375 dan termasuk pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kategori cukup. Maka selama pembelajaran berlangsung
berdasarkan penilaian observer yaitu komunikasi interpersonal yang terjalin anatara siswa dikelas X MIPA 1 yang meggunakan
metode kooperatif lebih meningkat daripada komunikasi interpersonal pada kelas X MIPA 2 yang diajar dengan metode
ceramah interaktif. c
Data dan analisis kategorisasi serta porsentase tingkat komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA
2 berdasarkan penilaian Observer
Tabel 4.36. Komunikasi interpersonal antara peneliti dan siswa selama pembelajaran berlangsung
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
Kamis, 9 Maret 2017
X MIPA 2
3 3
Bertanya tentang mengapa mereka diberi pretest,
padahalmateri belum dipelajari 4
4
4
3
1
4 orang siswa protes karena
kelompok yang
mereka dapatkan tidak sesuai dengan
yang mereka mau
Ketika berdiskusi
dalam kelompok
dan peneliti
membimbing diskusi, 4 orang siswa bertanya contoh-contoh
energi
Pada saat belajar tentang
teorema usaha dan energi kinetik ada 6 siswa yang
bertanya dan meminta agar peneliti menjelaskan secara
rinci
1 orang siswa aktif bertanya
tentang energi
petensial gravitasi. Setelah paham siswa
ini yang bernama Arta maju
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
dan menjelaskan
kepada peneliti dan teman-teman
sekelas.
5
7 kelomp
ok Perwakilan
dari kelompok
yait 1 orang
Beberapa siswa dalam 7 , yatu kelompok 1,2,3,5,6,7,
dan 8 kelompok aktif bertanya mengenai
latihan soal.
Sedangkan kelompok 4 hanya diam
saja. Berasarkan
pengematan peneliti,
kelompok 4
jarang berkomunikasi engan peneliti
meski beberapa kalai peneliti mencoba
membangun kmunikasi, namun
mereka hanya senyum dan terkdang
menjawab singkat.
Perwakilan dari masing- masing kelompok
menegerjakan soal latihan didepan kelas dan
menjelaskan kepada teman- teman lain.
Kamis , 9 Maret 2017
X MIPA 1
7 4 orang
siswa
4 orang siswa bertanya mengapa diadakan prestest
padahal materinya belum dipelajari
8
8 kelompok
Beberapa siswa dalam
kelompok merasa kebingungan ketika
menggunakan metode kancing gemerincing, sehingga setiap
kelompok kerap kali memeanggil peneliti untuk
menjelaskan secara berulang- ulang cara menggunakan
kancing
Satu kelompok menegalami
masalah, yaitu salah satu temannya tidak mau berbicara.
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
1
kelompok Akibarnya ketua kelompok
memanggil peneliti
dan teman-teman
lainnya juga
berkomentar bahwa salah satu orang teman mereka tidak mau
berbicara akibatnya mereka tidak bisa berpendapat saat
menyusun
argumen debat,
namun karena kondisi tersebut siswa
yang tidak
mau berbicara akhirnya berbicara
Senin, 13 Maret 2017
X MIPA 1
4 30 Menit
2
Kelomp ok yang
berdeba t
Secara umum 2 kelompok
yang berdebat berkomunikasi kepada peneliti. Namun, dari
hasil ada 2 orang siswa yang tidak aktif berdebat.
Kamis, 16 Maret 2017
X MIPA 2
3 10 menit
- Mengisi angket
4 30 Menit
7 siswa
1 siswa
5 siswa
7 orang siswa aktif mengankat
tangan dan menjawab pertanyaan diawal
pembelajran
1 orang siswa yang aktif bertanaya kepada peneliti dan
berdiskusi bersama peneliti sedangkan siswa lain hanya
berdiskusi dengan teman lain.
3 orang siswa yang merupakan
perwakilan dari kelompok yang kurang akif untuk
menjelaskan hukum energi mekenakik pada benda jatuh
bebas pada posisi tertentu, sedangkan 2 orang lainnya
menrupakan sukarelawan yang mau mengerjakan soal latihan
sekaligus menjelaskan penyelesaiannya kepad ateman
lain
5 30 Menit
Post test
Waktu posttest siswa 25 menit, 5 menit lainnya
diguanakn unutk proses pembelajaran
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
Kamis, 16 Maret 2017
X MIPA 1
7 30 2 kelompok
yang berdebat
Debat unutk kelompok yang
kedua ini agak berbeda dengan debat dari kelompok yang
pertama, perdebatan
dari kelompok yang kedua ini
sanagat memakan waktu yag lama, karena siswa merasa
berkompetisi unutk menenang. n pada saat berdebat mereka
lebih berkomunikasi anatar siswa. Namun, beberapa kali
siswa
bertanaya kepada
peneliti karena ada beberapa pernyataan
kelompok pro
yang sudah benar namun tetap dibantah
oleh kelompok
kontra. 8 20
Semua
kelomp ok
Satu
kelomp ok
Secara
umum semua
kelompok aktif
bertanya kepada peneliti ketika mereka
harus menemukan hubungan usaha dan energi kinetik dan
hubungan usaha dan energi potensial.
Salah satu kelompok bersedia
maju menjelaskan
kepada teman-teman, namun karena
salah siswa tersebut meminta bimbingan peneliti.
Senin, 27 Maret 2017
X MIPA 1
1 30 Menit
Semua
kelomp ok
Semua
kelomp ok
Secara umum semua
kelompok aktif bertanya kepada peneliti ketika
menyelesaikan latian soal.
Setiap kelompok mendapat kesempatan menjeleaskan
peneyelasian soal didepan kelas dan meminta konfirmasi
dari peneliti. Ketika penenlit bertanya setiap kelompok juga
berusaha unutk menjelaskan kapada peneliti dan kepada
teman-teman lain.
Kamis, 6 April 2017
X MIPA 1
7 30 menit
3
Kelomp
Setelah berdiskusi, 3 Kelompok maing-masing
Haritanggal Kelas
Jam Pelajaran
Jumlah siswa yang
bertanya Keterangan
ok
Perwaki
lan dari setiap
kelomp ok yang
sudah berdisk
usi mendapatkan kesempatan
unutk menjelaskan hukum kekekalan energi pada benda
jatuh bebas pada posisi tertetu dan selanjtunya meminta
konfirmasi dari peneliti serta memberi kesempatan kepada
peneliti unutk bertanya. Kelompok juga aktif
menjawab pertanyaan peneliti .
Setiap kelompok mengutus
perwakilannya untuk mengerjakan soal latihan.
Stelah mnegerjakan setiap orang menjelaskan dan aabil
aada pertanyaan dari peneliti, setiap orang yang
mengerjakan soal latihan akan menjwaba pertanyaan dan
kalau tidak bisa dijaab maka teman satu kelompoknya akan
membantu menjawan.
8 30 Menit
Post test
Waktu post test 22 menit.
Dari tabel diatas secara umum dapat dilihat bahwa siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif memiliki tingkat komunikasi
interpersonal antara siswa dan guru yang baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi siswa yang sering melakukan komunikasi bersama guru
dalam setiap pertemuan. Pada saat pembelajaran kooperatif siswa lebih dituntut untuk dominan beraktivitas dalam kelas baik dalam hal
mencari materi maupaun dalam hal berkomunikasi. Setelah dilakukan treatment di kelas X MIPA 1 dengan metode
kooperatif ada 2 orang siswa yang memiliki skor paling rendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan skor kategorisasi dari data komunikasi interpersonal antar siswa yang dikumpulkan oleh observer siswa ada 2 orang siswa yang
memiliki skor paling rendah yaitu siswa dengan kode 3 dan 12. Skor yang diperoleh siswa sangat rendah yaitu 3 untuk siswa dengan kode
siswa 3 dan 2 untuk siswa dengan kode siswa 12. Menyadari hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kedua siswa tersebut. Berikut
adalah alasan ketidakaktifan siswa untuk berkomunikasi antara siswa yaitu
1 Siswa merasa lebih nyaman untuk berdiskusi dengan guru,
karena guru sudah mengerti materi yang didiskusikan siswa. Siswa tidak merasa nyaman ketika berdiskusi antar siwa karena
pemahaman yang
mereka miliki
minim dibandingkan
pemahaman guru. Dengan demikian siswa merasa kesulitan saat berbicara dan siswa lebih suak berdiskusi dengan guru.
2 Pada saat berdiskusi siswa bingung apa yang mau didiskusikan,
karena ketidakpahaman siswa pada materi. 3
Siswa juga merasa dalam kelompok terkadang siswa tidak didengarkan oleh siswa lain, selain itu siswa juga tidak suka
dikritik oleh siswa lain karena siswa tidak mau mencari alasan apabila siswa sedang dikritik.
Pembahasan 1.
Prestasi Belajar
Dari hasil Uji T Test Pretest kemampuan awal siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 adalah tidak signifikan. Artinya tidak ada perbedaan tingkat
pemahaman awal siswa sebelum diberikan treatment. Setelah diberikan treatment yang berbeda pada kedua kelas yaitu
ceramah interaktif untuk kelas X MIPA 2 dan metode pembelajaran kooperatif untuk kelas X MIPA 1, kedua kelas diberikan posttest pada
kedua kelas. Skor rata-rata posttest lebih timggi daripada pretest. Hasil uji T menunjukan adanya perbedaan yang signifikan, dengan demikian baik
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif maupun dengan menggunakan metode ceramah interaktif sama-sama meningkatkan
prestasi belajar siswa. Penelitian ini mendukung teori dari Thomas Lickona, Arend, dan
Roger yang
mengatakan bahwa
pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan pencapaian akademis, salah satunya yaitu prestasi belajar
siswa yang meningkat setelah menggunakan pembelajaran kooperatif. Penelitian ini juga mendukung teori dari Suparno Suparno, 2013:
180 yang mengatakan bahwa pada umumnya metode ceramah yang digabungkan dengan beberapa metode akan membuat siswa sungguh aktif
dan berpikir membangun pengetahuannya. Metode ceramah siswa aktif yang dilakukan peneliti digabugkan dengan metode demonstrasi, metode
diskusi kelompok , serta menggunakan media pembelajaran berupa PPT, dengan demikian siswa sungguh aktif dan berpikir mambangun
pengetahuannnya, sehingga prestasi belajar siswa setelah diberi treatment akan meningkat.
Untuk melihat perbandingan prestasi belajar pada kedua kelas ini, maka dilakukan uji T menggunakan analisis Independent Sample. Secara
statistik peningkatan prestasi belajar dari kedua kelas adalah tidak signifikan atau sama .
2. Komunikasi interpersonal
a. Komunikasi intepersonal berdasarkan angket
1 Komunikasi interpersonal antar siswa
Diawal pembelajaran siswa diberi angket komunikasi interpersonal antara siswa yang berjumlah 20 pernyataan dan
setelah treatment siswa diberikan angket . Dari hasil Uji T Test komunikasi interpersonal awal siswa kelas X MIPA 1 dan X
MIPA 2 adalah tidak siginifikan. Artinya tidak ada perbedaan tingkat pemahaman awal.
Setelah diberikan treatment pada kelas X MIPA 1 secara statistik komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan
sesudah diberikan treatment tidak memiliki perbedaaan atau tidak signifikan. Namun jika dilihat dari nilai mean, nilai mean
sesudah diberikan treatment lebih besar dari pada mean sesudah diberi treatment.
Di kelas X MIPA 2 secara statistik juga tidak signifikan atau tidak ada perbedaan, namun jika dilihat dari nilai mean
komunikasi interpersonal anatar siswa pada kelas X MIPA 2 sedikit berbeda. Nilai mean sebelum treatment lebih besar
daripada nilai mean setelah treatment. Dengan demikian komunikasi interpersonal siswa setalah diberi treatment tidak
meningkat. Untuk mengetahui perbandingan penggunaan metode
pembelajaran ceramah interaktif dan pembelajaran kooperatif siswa terhadap meningkatan komunikasi interpersoanal anatar
siswa. analisis Independent Sample. Untuk perbandingan komunikasi interpersonal anata siswa pada kelas X MIPA 1 dan
kelas X MIPA 2 dan secara statistik perbandingan komunikasi interpersonal antara siswa dari kedua model pembeljaran ini
tidak signifikan. Artinya komunikasi interpersonal akhir antara siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberikan
treatment tidak berbeda. Namun nilai mean kelas X MIPA 1 lebih besar daripada nilai mean kelas X MIPA 2.
2 Komunikasi interpersonal antara siswa dan guru
Diawal pembelajaran siswa diberi angket komunikasi interpersonal antara siswa dan guru yang berjumlah 15
pernyataan. Uji T dengan analisis Independent Sample untuk membandingkan komunikasi interpersonal awal siswa kelas X
MIPA 1 dan X MIPA 2. Secara statistik, komunikasi interpersonal anatara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1 dan
X MIPA 2 adalah sama atau tidak singnifikan. Dari hasil Uji T Test yaitu Paired Sample Test
komunikasi interpersonal sesudah dan sebelum menggunakan metode kooperatif pada siswa kelas X MIPA 1 adalah
siginifikan. Artinya adanya perbedaan komunikasi interpersonal antarasiswa dan guru setelah menggunkana metode kooperatif,
sedangkan pada kelas X MIPA 2 hasil uji T menunjukan tidak adanya perbedaan komunikasi interpersonal antara guru dan
siswa setelah menggunakan metode ceramah interaktif. Untuk
membandingkan peningkatan
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1 dan
kelas X MIPA 2, peneliti menggunakan uji T yaitu Independent Sample. Setelah diberikan treatment yang berbeda pada kelas X
MIPA 1 dan kelas X MIPA 2, secara statistik peningkatan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kedua
kelas ini sama atau tidak signifikan. Namun, nilai mean pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kedua kelas sedikit berbeda, kelas X MIPA 1 memiliki nilai mean lebih tinggi dari pada nilai mean dari kelas x MIPA 2.
Berikut adalah beberapa faktor yang menyebakan hasil analisis komunikasi interpersonal antar siswa maupun
komunikasi antara guru dan siswa tidak signifikan pada kedua kelas , yaitu
a Ketidak seriusan siswa mengisi angket Pada saat mengisi angket setelah treatment siswa amat
tergesa-gesah karena siswa waktu mengisi angket adalah jam pulang sekolah. Siswa igin cepat pulang, karena sudah
dijemput. b Ada siswa yang tidak suka belajar kelompok
Beberapa orang siswa yang diwawancarai oleh peneliti tidak suka belajar kelompok, karena mereka merasa bahwa
mereka sama-sama tidak tahu sehingga ketika berdiskusi mereka lebih memilih untuk langsung bertanya kepada
peneliti daripada berdiskusi dalam kelompok. c Tidak benar-benar mengukur keadaaan siswa
Apa yang diisi siswa tidak sepenuhnya mengukur keadaaan siswa. Menurut pengamatan peneliti, pada saat
pengisian angket ada siswa yang berdiskusi dan cendrung memilih jawaban yang baik.
b. Komunikasi interpersonal berdasarkan peilain observer
1 Komunikasi interpersonal antar siswa
Pada tabel 4.27 dengan jelas diperlihatkan data kategorisasi antar siswa kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2
setelah diberi treatment. Mean komunikasi interpersonal antar siswa pada kelas X MIPA 1 berada kategori baik, sedangkan
mean komunikasi interpersonal kelas X MIPA 2 berada pada kategori cukup.
Pada tabel 4.27 dan tabel 4.28 dapat dilihat perbedaan prosentase dan kategori komunikasi interpersonal anatar siswa
pada kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2. Sebagian besara kelas siswa X MIPA 1 berada pada kategori baik, sedangkan
sebagain besar siswa kelas X MIPA 2 berada pada kategori cukup baik.
2 Komunikasi interpersonal antara guru dan siswa
berdasarkan penilaian peneliti Pada tabel 4.35 dalam setiap pertemuan pada masing-
masing kelas, jumlah siswa yang aktif berkomunikasi secara interpersonal dengan peneliti sangat berbeda. Kelas X mIPA 1
sering kali berkomunikasi interpersonal dengan peneliti, sedangkan pada kelas X MIPA 2 jumlah siswa yang
berkomunikasi dengan peneliti sangat sedikit dan yang paling aktif berbicara dengan peneliti hanya orang yang sama.
Dari penilaian observer diatas baik itu komunikasi interpersonal antar siswa maupaun komunikasi antara guru dan siswa, maka dapat
disimpulkan metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kmunikasi interpersonal pada siswa daripada dengan menggunakan
metode ceramah interaktif. Hal ini mendukung teori dari Miftahul 2011: 82 yang mangatakan bahwa perbedaan pemebelajaran
kooperatif dengan metode ceramah interaktif aadalah pada kelompok kooperatif adanya keterampilan sosial untuk bekerjasama secara
efektif salah satunya adalah komunikasi interpersonal, sedangkan pada kelompok kecil yang diajarkan dengan metode ceramah interaktif
keterampilan-keterampilan sosial tidak diajarkan secara sistematis. Selain itu dengan adanya pembelajaran kooperatif setiap siswa
mendapat kesempatan untuk berkontribusi pada kelompoknya masing- masing yang akan membawa dampak posifit bagi kelompok,
sedangkan pada pembelajarn dengan menggunakan metode ceramah interaktif ada siswa yang membiarkan teman satu kelompoknya
bekerja sendiri, sementara teman lain tinggal mencopy-paste jawaban jika sudah selesai.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Alokasi waktu yang kurang untuk kelas X MIPA 1 sehingga
jumlah pertemuan lebih banyak dari pada kelas X MIPA 2. 2.
Ada siswa kelas X MIPA 1 yang tidak suka belajar bersama teman, alasannya karena dia tidak suka belajar dengan teman
yang sama-sama tidak paham. Akibatnya diskusi menggunakan kancing dalam kelompok menjadi terhambat.
3. Ketidak seriusan siswa saat mengisi angket
Apa yang diisi siswa pada angket terkadang tidak sesuai dengan keadaaan yang sebenarnya, akibatnya beberapa hasil uji T tidak
signifikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analsis yang telah disampaikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan berikut:
1. Secara umum pembelajaran Fisika pada materi energi dengan menggunakan metode kooperatif jenis gabungan dari model TPS Think
- Pair – Share , kancing gemerincing, dan debat dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis angket komunikasi interpersonal antara guru dan siswa meningkat di kelas X MIPA , namun
komunikasi interpersonal antara siswa di kelas. X MIPA 1 tidak meningkat sedangkan dari hasil analisis penilaian observer komunikasi
interpersonal antara siswa dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1
2. Secara umum pembelajaran Fisika pada materi energi dengan menggunakan metode ceramah interaktif dapat meningkatakan prestasi
belajar siswa. Berdasarkan analisis angket dan analisis penilaian observer komunikasi interpersonal antar siswa dan komunikasi intepersonal antara
guru dan siswa di kelas X MIPA 2 tidak meningkat. 3. Metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif sama-sama
meningkatkan komunikasi interpersonal siswa, namun prestasi belajar siswa lebih meningkat di kelas yang menggunakan metode pembelajaran
kooperatif. Komunikasi interpersonal baik itu antar siswa maupun antar guru dan siswa meningkat di kelas yang menggunakan metode