untuk memberikan informasi laporan tahunan yang terinci luas karena ada kendala biaya. Anggapan manajemen lainnya bahwa perusahaan kecil jika
membuat disclosure terperinci akan membahayakan posisi kompetisinya.
2.2.10 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
direktur dan komisaris. Menurut Schroeder et al dalam Fitri Ismiyati dan Mahmuh M. Hanafi kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer
memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Pendekatan keagenan menganggap struktur
kepemilikan manajerial sebagai suatu instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara berbagai klaim claim holder dalam perusahaan.
Pendekatan ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider melalui pengungkapan informasi laporan keuangan di pasar modal.
Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh
jumlah hutang dan ekuitas, tetapi juga oleh prosentase kepemilikan manajer dan kepemilikan institusional Wahidawati, 2002. Kepemilikan manajerial
merupakan kepemilikan perusahaan oleh pihak yang ikut serta dan aktif dalam mengelola dan menjalankan perusahaan komisaris dan manajer.
Menurut teori keagenan Jensen dan Meckling 1979 dalam Wahidawati 2002 menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham adalah pembuatan keputusan yang
berkaitan dengan aktivitas pencairan dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan.
Dalam konteks ini manajer cenderung untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi perilaku opportunistik yang lain. Mereka menerima
manfaat penuh tapi tidak menanggung risiko ataupun biaya yang oleh Wahidawati 2002 disebut agency cost of equity.
Pecking order theory Myers dalam Made Sudarma 2006 informasi asimetri suatu kondisi dimana manajemen tahu lebih banyak tentang kondisi
perusahaan dibandingkan dengan investor dipasar modal. Oleh sebab itu, urutan pendanaan perusahaan diatur sebagai berikut : pertama, laba ditahan dan
depresiasi, kedua dari hutang dan terakhir dari penerbitan saham baru atau right issue. Pada pasar modal yang sudah maju, penerbitan saham baru adalah sesuatu
yang tabu atau menjadi alternatif pendanaan urutan terakhir, karena dalam kondisi asimetri penerbitan saham baru direspon negatif oleh investor karena
merupakan kabar buruk bagi investor bad signaling sehingga harga saham anjlok dan nilai saham turun.
Teori modifikasi Pecking order yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf 1984 adalah sebagai berikut :
a Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit. Manajer berusaha
membagikan dividen dalam jumlah yang konstan dan tidak akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menaikkan ataupun menurunkan jumlah tersebut walaupun laba perusahaan berfluktuasi.
b Perusahaan lebih menyukai pembelanjaan internal laba ditahan dan
penyusutan daripada pembelanjaan eksternal. c
Apabila perusahaan melakukan pembelanjaan eksternal maka akan lebih diutamakan untuk memilih surat berharga yang paling aman.
d Apabila perusahaan membutuhkan dan dari luar maka akan dilakukan
pemilihan surat berharga berdasarkan Pecking order. Prioritas utama adalah hutang yang aman safe debt, kemudian prioritas berikutnya
secara berurutan adalah hutang yang berisiko, convertible securities, saham preferen dan sebagai prioritas terakhir adalah saham biasa.
Jadi, Pecking order theory menyatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan dana, perusahaan lebih menyukai pembelanjaan internal daripada
pembelanjaan eksternal. Apabila pemenuhan kebutuhan dana internal tidak mencukupi maka perusahaan akan memprioritaskan penggunaan hutang, baru
kemudian penerbitan saham. Menurut Agus Sartono 1995;14-15 terdapat beberapa mekanisme yang
dapat memotivasi manajer agar bertindak yang terbaik bagi kepentingan pemegang saham seperti ancaman kehilangan pekerjaan, ancaman pembelian
oleh pihak lain atau takeover dan kompensasi atau insentif. Dalam usaha meminimumkan agency problem atau konflik antar kelompok dalam perusahaan
maka diperlukan biaya agency cost. Adapun biaya-biaya tersebut tercermin dalam empat alternatif antara lain :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Pengeluaran untuk monitoring seperti halnya biaya untuk pemeriksaan
akuntansi dan prosedur pengendalian intern. 2.
Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas prestasi yang konsisten, memaksimumkan nilai perusahaan. Bentuk insentif yang
umum adalah stock option pemberian hak kepada manajemen untuk membeli saham perusahaan dimasa yang akan datang dengan harga yang
telah ditentukan, performance share pemberian saham kepada manajemen atas pencapaian tujuan dan cash bonus bonus kas yang dikaitkan dengan
pencapaian tujuan tertentu. 3.
Fidelity bond merupakan kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga dimana pihak ketiga bonding company setuju untuk membayar perusahaan
jika perusahaan berbuat tidak jujur sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
4. Golden Parachutes dan poison pill dapat dipergunakan pula untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Golden Parachutes adalah suatu kontrak antara manajemen dan pemegang saham
yang menjamin bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah tertentu apabila perusahaan dibeli perusahaan lain. Sedangkan poison pill
adalah usaha pemegang saham untuk menjaga agar perusahaan tidak diambil alih oleh pihak lain. Usaha ini dapat dilakukan dengan mengeluarkan hak
penjualan saham pada harga tertentu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.11 Kepemilikan Institusional