Kriteria pengujian sebagai berikut : 1
Jika nilai probabilitas 0,05, maka H
O
diterima dan H
i
ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan X
1,
X
2,
X
3,
X
4,
X
5
terhadap Y. 2
Jika nilai probabilitas ≤ 0,05, maka H
O
ditolak dan H
i
diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan X
1,
X
2,
X
3,
X
4,
X
5
terhadap Y.
b. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh X
1,
X
2,
X
3,
X
4
dan X
5
terhadap Y. H
O
: β
i
= 0 tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial X
1,
X
2,
X
3,
X
4
atau X
5
terhadap Y. H
i
: β
i
≠ 0 ada pengaruh yang signifikan secara parsial X
1,
X
2,
X
3,
X
4
atau X
5
terhadap Y. Ket
: i = X
1,
X
2,
X
3,
X
4,
X
5
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan α 0,05.
Kriteria pengujian sebagai berikut : 1. Jika nilai probabilitas 0,05, maka H
O
diterima dan H
i
ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan X
1,
X
2,
X
3,
X
4
atau X
5
terhadap Y. 2. Jika nilai probabilitas
≤ 0,05, maka H
O
ditolak dan H
i
diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan X
1,
X
2,
X
3,
X
4
atau X
5
terhadap Y.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah
terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912 dengan bantuan kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat
pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun,
kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan
saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika
pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM, institusi baru dibawah Departemen
Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta.
Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa
saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal BAPEPAM. Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru.
Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System JATS, sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan
sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar
yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual. Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa
warkat Scripless Trading dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk
mempercepat proses penyelesaian transaksi. Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak
jauh Remote Trading sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
a. Visi Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas
tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat
internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur, dan efisien.
b. Misi Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa,
transparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap
memperhatikan perlindungan investor.
4.1.3 Sejarah Singkat PT. AKR Corporindo, Tbk
PT. AKR Corporindo, Tbk didirikan pada tanggal 28 November 1977 dengan berdasarkan akta Notaris No. 46 yang dibuat dihadapkan Sastra
Kosasi, SH. Perseroan bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan bahan
kimia, dan distribusi produk bahan bakar minyak ke pasar industri dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kantor Pusat berada di Wisma AKR, Lantai 7 – 8 Jl. Panjang No. 5 Kebun Jeruk, Jakarta dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial
pada tahun 1978.
4.1.4 Sejarah Singkat PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk
PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk perusahaan didirikan pada tanggal 26 Juni 1978 dengan akta notaris No. 157 dari Soetjipto, SH notaris
di Surabaya. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.
JA51238 tanggal 30 Mei 1981 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 21 tanggal 5 Januari 1982.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah menjalankan usaha industri aluminium sheet,
aluminium foil dan roll forming building decoration. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan luar negeri, termasuk ke Eropa, Amerika Serikat,
Australia, Asia dan Timur Tengah. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada bulan Januari 1983, perusahaan berdomisili di Desa
Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur dengan kantor pusat beralamat di Jl. Kembang Jepun No. 38-40, Surabaya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.5 Sejarah Singkat PT.Asiaplast Industries, Tbk
PT. Asiaplast Industries, Tbk didirikan pada tahun 1992. Perusahaan yang mengimport bahan baku plastik dan PVC lembaran permintaan
domestik untuk pemakaian industri. Perusahaan yang mengawali untuk terlibat dalam pembuatan PVC
industri pada tahun 1995. Fasilitas ditempatkan pada 97,830 m² di jalan Sentosa, Desa Gembor, Periwe, Tangerang, Provinsi Banten.
PT. Asiaplast Industries, Tbk didaftarkan pada Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2000, dilakukan untuk menjumpai standar berkualitas
diharapkan oleh pelanggan ini diadopsi ISO 9002:1994 dari 2000 hingga 2003, dan telah meningkatkan mutu ke ISO 9001:2000 pada 2004.
4.1.6 Sejarah Singkat PT. Budi Acid Jaya, Tbk
PT. Budi Acid Jaya, Tbk didirikan pada tanggal 14 Desember 1991 dengan dihadapan akta notaris Siti Pertiwi Henny Singgih, SH No. 118.
Perseroan bergerak dalam bidang mengusahakan produksi industri plastik serta memperdagangkan hasil-hasilnya, seperti tas, sepatu, mainan
anak, hiasan, karung plastik, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga lainnya dengan Kantor Pusat berkedudukan di EHP Industrial Plot 5B-1,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Lemahabang, Bekasi. Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1992.
4.1.7 Sejarah Singkat PT. Berlina, Tbk
PT. Berlina Co. Didirikan berdasarkan akta notaris Julian Nimrod, SH, No. 35 tanggal 18 Agustus 1969. Akta pendirian ini disahkan oleh
Menteri Kehakiman dalam SK. No. Y.A.542318 tanggal 12 Agustus 1973. Ruang lingkup kegiatan perseroan meliputi industri plastik dan fiberglass.
Perseroan berkedudukan di Pandaan dengan 2 lokasi pabrik yaitu pabrik yang berlokasi diatas tanah sekitar 73.946 m² di desa Periuk Jaya
kecamatan Jati Uwung kabupaten Tangerang, Jawa Barat. Dengan kapasitas 2.500 ton pertahun dan pabrik yang berlokasi diatas tanah seluas 55.300 m²
di desa Tawang Rejo kecamatan Pandaan kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan kapasitas produksinya sekitar 3500 ton pertahun.
4.1.8 Sejarah Singkat PT. Gudang Garam, Tbk
PT. Gudang Garam Tbk. merupakan kelanjutan dari perusahaan perseorangan yang didirikan oleh alm. Surya Wonowidjojo pada tanggal 26
Juni 1958 di jalan Semampir III Kediri, diatas tanah sewa seluas 1000 m² yang kini disebut unit I, pada tahun 1969 perusahaan beralih status menjadi
Firma dan akhirnya pada tahun 1971 berubah menjadi perseroan terbatas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perubahan anggaran dasar dilakukan berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa pemegang saham tanggal 6 Juni 1990 yang memutuskan untuk
meningkatkan modal dasar dari Rp 87.550.000,00 menjadi Rp 580.000.000.000,00. PT. Gudang Garam menjadi produsen rokok kretek
terbesar di Indonesia, baik ditinjau dari segi asset, jumlah tingkat kontribusi pajak dan cukai maupun penjualan.
4.1.9 Sejarah Singkat PT. Panasia Indosyntec, Tbk
PT. Panasia Indosyntec, Tbk Perusahaan didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo.
Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 12 tanggal 6 April 1973 dari Imas Fatimah, SH notaris di Bandung. Akta pendirian
tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A.5174243 tanggal 11 Maret 1981 dan
telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 16 tanggal 24 Februari 1987, tambahan No. 171 Anggaran Dasar Perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 119 tanggal 27 Juni 2008 yang dibuat dihadapan R. Tendy Suwarman, SH notaris di
Bandung, mengenai perubahan pemegang saham dan susunan pengurus perusahaan serta penyesuaian anggaran dasar perusahaan dengan Undang-
Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perusahaan berdomisili dan pabriknya berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Kantor pusat perusahaan beralamat di Jl. Garuda 15374 Bandung,
Jawa Barat. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama usaha dalam bidang proses bahan
baku serat, twisting, permintalan, pertenunan, industry tekstil pertambangan, energi dan perdagangan umum.
Tanggal 31 Desember 2007 seluruh saham Perusahaan berjumlah 1.532.571.000 saham yang telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
4.1.10 Sejarah Singkat PT. Intikeramik Alamasri Industries, Tbk
PT. Intikeramik Alamasri Industries, Tbk perusahaan didirikan pada tahun1991, diikuti oleh pembukaan dengan penghasilan komersil pada
tahun 1993. Sejak penetapan ini Essenza sebagai pimpinan dari Intikeramik Alamasri Industries mempekerjakan dan menjalankan
kebijakan inovatif yang mana didukung oleh teknologi modern. Perusahaan memelihara ini memosisikan sebagai pemimpin dipasar
domestik dan penyalur terpercaya pada lima daratan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.11 Sejarah Singakt PT. Jaya Pari Steel, Tbk
PT. Jaya Pari Steel, Tbk perusahaan didirikan di Indonesia dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 6 tahun 1968
juncto Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 46 tanggal 18 Juli 1973 dari Eddy Wijaya, SH notaris di Surabaya. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. YA.524615 tanggal 2 Juni 1976 serta
diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 55 tanggal 9 Juli 1976. Tambahan No. 524.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi industri besi dan baja. Perusahaan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri termasuk ke Eropa.
4.1.12 Sejarah Singkat PT. Kedaung Indah Can, Tbk
Didirikan dalam rangka undang-undang penanaman modal dalam negeri PMDM pada tahun 1973 dengan nama PT. Kedaung Indah Can
Ltd, yang berkedudukan di Surabaya. Yang didirikan dengan akta No. 3 tanggal 9 Januari 1973. Berdasarkan akta pendirian bidang usaha
perseroan adalah membuat barang-barang logam, aluminium, plastik, karton email dan bahan-bahan, kerajinan tangan terutama alat-alat rumah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tangga dan memperdagangkannya saat ini kantor dan pabrik perseroan berlokasi di desa Warugunung kecamatan Karangpilang, Surabaya.
4.1.13 Sejarah Singkat PT. Langgeng Makmur Industries, Tbk
PT. Langgeng Makmur Industries, Tbk didirikan pada tahun 1972 ditempatkan di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur dan mengawali operasi
komersil ini pada tahun 1976. Memulai dengan satu pembuatan houseware plastik. Perusahaan yang memperluas bisnis ini dengan
menghasilkan alat-alat rumah tangga aluminium pada tahun 1980.
4.1.14 Sejarah Singkat PT. Lion Mesh Prima, Tbk
PT. Lion Mesh Prima, Tbk perusahaan didirikan pada tanggal 15 Juli 1965. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri
perlengkapan kantor dan pabrikasi lainnya dari logam. Saat ini, kegiatan utama perusahaan adalah memproduksi perlengkapan kantor dan rumah
sakit, meja dan kursi kerja serta lemari penyimpanan obat, lemari besi, perlengkapan gudang, seperti rak tingkat dan pallet, penyangga kabel dan
pabrikasi lainnya dari logam.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.15 Sejarah Singkat PT. Lautan Luas, Tbk
PT. Lautan Luas, Tbk perusahaan didirikan dengan nama Perusahaan Andil Maskapai Dagang dan Industri Lim Teck Lee
Indonesia berdasarkan akta No. 75 pada tanggal 18 Januari 1951 oleh Notaris Raden Mas Soerojo. Akta pendirian ini telah disahkan oleh
Menteri kehakiman dengan Surat Keputusan No. J.A.8139 tanggal 13 Juli 1951 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 16 tanggal 22
Februari 1952, tambahan No. 212. Perubahan nama menjadi PT. Lautan Luas dilakukan berdasarkan akta No. 90 pada tanggal 29 Desember 1964
oleh Lie Sioe Hoa Nio, wakil notaris dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. J.A.52420 tanggal 20 April
1965. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor perubahan
untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berdasarkan akta Nomor 101 tanggal 27 Mei 2009
dibuat oleh Hannywati Gunawan, SH notaris Jakarta, perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Nomor AHU- 46487.AH.01.02 tahun 2009 tanggal 28 September 2009.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan bergerak di bidang perdagangan, perindustrian, agrobisnis dan penyediaan jasa,
pertambangan, pembangunankontraktor dan perbengkelan. Kegiatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
utama perusahaan adalah distribusi bahan kimia serta melakukan penyertaan saham pada perusahaan manufaktur bahan kimia.
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak didirikan Kantor Pusat Perusahaan bertempat di Gedung Graha Indramas, Jl. AIP II K.S.
Tubun Raya No. 77, Jakarta. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2009, perusahaan memiliki lima kantor cabang dan enam kantor perwakilan di
Indonesia.
4.1.16 Sejarah Singkat PT. Prima Alloy Steel, Tbk
Perseroan ini didirikan pada tanggal 20 Februari 1984 di Surabaya melalui usaha diatas tanah seluas 5 ha yang terletak di jalan Muncul
Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Perseroan bergerak di bidang industri dan pemasaran velg kendaraan bermotor yang terbuat dari aluminium
alloy yang umumnya dikenal sebagai velg vacing. Prospek usaha dalam negeri, perkembangan di Indonesia sangat menggembirakan, terutama
dengan meningkatnya pendapatan perkapita dari tahun ke tahun.
4.1.17 Sejarah Singkat PT. Siantar Top, Tbk
PT. Siantar Top, Tbk didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, SH notaris di Sidoarjo dan akta
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2- 5873.HT.01.01.Th,88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 28 Desember 1993, tambahan No. 6226.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan yang terakhir dengan akta notaris Dyah Ambarwati Setyoso,
SH No. 48 tanggal 25 Juli 2008 mengenai Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Siantar Top, Tbk. Pengesahan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas perubahan tersebut masih dalam proses.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perubahan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri makanan
riangan, yaitu mie snack noodle, kerupuk crackers, dan kembang gula candy. Perusahaan berdomisili di Sidoarjo Jawa Timur, Medan
Sumatera Utara, dan Bekasi Jawa Barat. Kantor Pusat Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan September 1989. Hasil
produksi perusahaan di dalam dan di luar negeri khususnya Asia.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Deskripsi Mengenai Struktur Asset
Struktur aset adalah komponen dari aktiva yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Variabel ini berhubungan dengan jumlah kekayaan
aset yang dapat dijadikan jaminan. Perusahaan yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang
struktur aktivanya yang tidak fleksibel. Berikut adalah data struktur asset pada 15 perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian : Tabel 4.1
Data Struktur Asset Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008-2010
Struktur Aset No Perusahaan
2008 2009 2010 Mean
1 AKR Corporindo 45.451
47.189 39.630
44.090 2
Alumindo Light Metal Industries
27.508 33.609 34.547 31.888
3 Asiaplast Industries 70.448
61.995 52.722
61.722 4
Budi Acid Jaya 57.170
65.977 56.800
59.982 5
Berlina 46.212
42.236 44.807
44.418 6
Gudang Garam 27.450 26.616
24.093 26.053
7 Panasia Indosyntec 56.741
61.078 30.494
49.438 8
Intikeramik Alamasri Industries
59.719 56.661 57.688 58.023
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9 Jaya Pari Steel 4.645
5.422 4.284
4.784 10 Kedaung Indah Can 6.184
7.567 10.018
7.923 11
Langgeng Makmur Industries
29.762 29.833 30.199 29.931
12 Lion Mesh Prima 14.818 33.208
29.798 25.941
13 Lautan Luas 25.439
28.555 28.553
27.516 14 Prima Alloy Steel 29.855
35.394 36.238
33.829 15 Siantar
Top 51.883 59.390 49.143
53.472 Mean 36.886
39.649 35.268
37.268 Sumber : Bursa Efek Indonesia Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui rata-rata struktur aset dari 15 perusahaan sampel pada tahun 2008-2010 adalah 37.268, dengan struktur
aset tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 39.649 dan terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar 35.268. Pada periode 2008 hingga 2010,
perusahaan yang memiliki rata-rata struktur aset tertinggi adalah PT. Asiaplast Industries yaitu sebesar 61.722, sedangkan perusahaan yang
memiliki rata-rata struktur aset terendah adalah PT. Jaya Pari Steel yaitu sebesar 4.784. Hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa PT. Asiaplast
Industries merupakan perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan terbesar selama periode 2008-2010, sedangkan PT. Jaya Pari Steel merupakan
perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan terkecil selama periode 2008- 2010.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2.2 Deskripsi Mengenai Ukuran Perusahaan
Berikut adalah data ukuran perusahaan pada 15 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian :
Tabel 4.2 Data Ukuran Perusahaan Manufaktur di BEI
Tahun 2008-2010 Ukuran Perusahaan
No Perusahaan 2008 2009 2010
Mean 1
AKR Corporindo 29.215 29.433
29.668 29.439
2 Alumindo Light Metal
Industries 28.124 28.024 28.039 28.062
3 Asiaplast Industries 26.344
26.435 26.537
26.439 4
Budi Acid Jaya 28.161
28.100 28.308
28.190 5
Berlina 26.793
26.952 27.035
26.927 6
Gudang Garam 30.812 30.906
31.057 30.925
7 Panasia Indosyntec
27.857 27.732
27.645 27.745
8 Intikeramik Alamasri
Industries 27.388 27.387 27.327 27.367
9 Jaya Pari Steel
26.713 26.592
26.743 26.683
10 Kedaung Indah Can
25.180 25.157
25.177 25.171
11 Langgeng Makmur
Industries 27.051 27.016 27.135 27.067
12 Lion Mesh Prima 24.850
25.011 25.083
24.981 13
Lautan Luas 28.882
28.756 28.909
28.849 14
Prima Alloy Steel 27.043
26.822 26.775
26.880 15
Siantar Top
27.164 27.031 27.199 27.131
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Mean 27.438 27.424 27.509 27.457
Sumber : Bursa Efek Indonesia Lampiran 2 Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui rata-rata ukuran perusahaan dari 15
perusahaan sampel pada tahun 2008-2010 adalah 27.457, dengan ukuran perusahaan tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 27.509 dan terendah
pada tahun 2009 yaitu sebesar 27.424. Pada periode 2008 hingga 2010, perusahaan yang memiliki rata-rata ukuran perusahaan tertinggi adalah
PT. Gudang Garam yaitu sebesar 30.925, sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata ukuran perusahaan terendah adalah PT. Lion Mesh
Prima yaitu sebesar 24.981. Hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa PT. Gudang Garam merupakan perusahaan yang memiliki ukuran
perusahaan terbesar selama periode 2008-2010, sedangkan PT. Lion Mesh Prima merupakan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan terkecil
selama periode 2008-2010.
4.2.3 Deskripsi Mengenai Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan direktur dan komisaris. Berikut adalah data kepemilikan manajerial pada 15 perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.3 Data Kepemilikan Manajerial Perusahaan Manufaktur di BEI
Tahun 2008-2010 Kepemilikan Manajerial
No Perusahaan 2008 2009 2010
Mean 1
AKR Corporindo 0.237
0.498 0.631
0.455 2
Alumindo Light Metal Industries
1.654 1.593 1.604 1.617 3
Asiaplast Industries 15.377 15.377
13.327 14.694
4 Budi Acid Jaya
0.947 0.000
0.000 0.316
5 Berlina
23.335 23.335
23.335 23.335
6 Gudang Garam 2.064
0.804 0.804
1.224 7
Panasia Indosyntec 3.654
3.654 21.741
9.683 8
Intikeramik Alamasri Industries
3.670 3.670 3.670 3.670 9
Jaya Pari Steel 15.535
15.535 15.535
15.535 10
Kedaung Indah Can 4.600
4.600 4.600
4.600 11
Langgeng Makmur Industries
0.017 0.017 0.017 0.017 12
Lion Mesh Prima 25.589 25.620
25.620 25.610
13 Lautan Luas
3.632 3.632
3.632 3.632
14 Prima Alloy Steel
0.517 6.271
6.271 4.353
15 Siantar
Top 0.012 7.401 4.238 3.884
Mean 6.723 7.467 8.335 7.508
Sumber : Bursa Efek Indonesia Lampiran 2 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui rata-rata kepemilikan manajerial dari
15 perusahaan sampel pada tahun 2008-2010 adalah 7.508, dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kepemilikan manajerial tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 8.335 dan terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 6.723. Pada periode 2008 hingga
2010, perusahaan yang memiliki rata-rata kepemilikan manajerial tertinggi adalah PT. Lion Mesh Prima yaitu sebesar 25.610, sedangkan
perusahaan yang memiliki rata-rata kepemilikan manajerial terendah adalah PT. Langgeng Makmur Industries yaitu sebesar 0.017. Hasil
deskriptif di atas menunjukkan bahwa PT. Lion Mesh Prima merupakan perusahaan yang memiliki jumlah pemegang saham dari pihak manajemen
terbesar selama periode 2008-2010, sedangkan PT. Langgeng Makmur Industries merupakan perusahaan yang memiliki jumlah pemegang saham
dari pihak manajemen terkecil selama periode 2008-2010.
4.2.4 Deskripsi Mengenai Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional merupakan pemegang saham dari pihak eksternal yang melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen
sehingga manajer tidak dapat melakukan perilaku opportunistik dalam menjalankan perusahaan.
Berikut adalah data kepemilikan institusional pada 15 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.4 Data Kepemilikan Institusional Perusahaan Manufaktur di BEI
Tahun 2008-2010 Kepemilikan Institusional
No Perusahaan 2008 2009 2010
Mean 1
AKR Corporindo 99.763 99.502
99.369 99.545
2 Alumindo Light Metal
Industries 98.346 98.407 98.396 98.383
3 Asiaplast Industries 84.623
84.623 86.673
85.306 4
Budi Acid Jaya 99.053
100.000 100.000
99.684 5
Berlina 76.665
76.665 76.665
76.665 6
Gudang Garam 97.936 99.196
99.196 98.776
7 Panasia Indosyntec
96.346 96.346
78.259 90.317
8 Intikeramik Alamasri
Industries 96.330 96.330 96.330 96.330
9 Jaya Pari Steel
84.465 84.465
84.465 84.465
10 Kedaung Indah Can
95.400 95.400
95.400 95.400
11 Langgeng Makmur
Industries 99.983 99.983 99.983 99.983
12 Lion Mesh Prima 74.411
74.380 74.380
74.390 13
Lautan Luas 96.368
96.368 96.368
96.368 14
Prima Alloy Steel 99.483
93.729 93.729
95.647 15
Siantar Top
99.988 92.599 95.762 96.116 Mean
93.277 92.533 91.665 92.492 Sumber : Bursa Efek Indonesia Lampiran 2
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui rata-rata kepemilikan institusional dari 15 perusahaan sampel pada tahun 2008-2010 adalah 92.492, dengan
kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 93.277 dan terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar 91.665. Pada periode 2008
hingga 2010, perusahaan yang memiliki rata-rata kepemilikan institusional tertinggi adalah PT. Langgeng Makmur Industries yaitu
sebesar 99.983, sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata kepemilikan institusional terendah adalah PT. Lion Mesh Prima yaitu
sebesar 74.390. Hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa PT. Langgeng Makmur Industries merupakan perusahaan yang memiliki jumlah
pemegang saham dari pihak eksternal terbesar selama periode 2008-2010, sedangkan PT. Lion Mesh Prima merupakan perusahaan yang memiliki
jumlah pemegang saham dari pihak eksternal terkecil selama periode 2008- 2010.
4.2.5 Deskripsi Mengenai Dividen
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham perseroan terbatas yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Pembayaran
dividen adalah bagian dari monitoring perusahaan, ini berarti perusahaan cenderung untuk membayar dividen yang tinggi jika manajer yang tinggi
jika manajer memiliki proporsi saham yang rendah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berikut adalah data dividen pada 15 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian :
Tabel 4.5 Data Dividen Perusahaan Manufaktur di BEI
Tahun 2008-2010 Dividen
No Perusahaan 2008 2009 2010
Mean 1
AKR Corporindo 44.985 0.920
61.437 35.781
2 Alumindo Light Metal
Industries 337.212 0.000 0.000 112.404
3 Asiaplast Industries
0.000 0.000
0.000 0.000
4 Budi Acid Jaya
136.644 14.244
76.739 75.876
5 Berlina
15.334 53.838
31.639 33.604
6 Gudang Garam 25.580
26.962 29.673
27.405 7
Panasia Indosyntec 0.000
0.000 0.000
0.000 8
Intikeramik Alamasri Industries
0.000 0.000 0.000 0.000 9
Jaya Pari Steel 0.000
0.000 0.000
0.000 10
Kedaung Indah Can 0.000
0.000 0.000
0.000 11
Langgeng Makmur Industries
0.000 0.000 0.000 0.000 12
Lion Mesh Prima 5.196
23.995 3.918
11.036 13
Lautan Luas 10.776
44.946 24.284
26.669 14
Prima Alloy Steel 0.000
0.000 0.000
0.000 15
Siantar Top
0.000 0.000 0.000 0.000 Mean
38.382 10.994 15.179 21.518 Sumber : Bursa Efek Indonesia Lampiran 2
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui rata-rata dividen dari 15 perusahaan sampel pada tahun 2008-2010 adalah 21.518, dengan dividen tertinggi
pada tahun 2008 yaitu sebesar 38.382 dan terendah pada tahun 2009 yaitu sebesar 10.994. Pada periode 2008 hingga 2010, perusahaan yang
memiliki rata-rata dividen tertinggi adalah PT. Alumindo Light Metal yaitu sebesar 112.404, sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata
dividen 0 adalah PT. Panasia Indosyntec, PT. Intikeramik Alamasri Industries, PT. Jaya Pari Steel, PT. Kedaung Indah Can, PT. Langgeng
Makmur Industries, PT Prima Alloy Steel dan PT. Siantar Top. Hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa PT. Alumindo Light Metal Industries
merupakan perusahaan yang membagikan dividen terbesar selama periode 2008-2010, sedangkan PT. Panasia Indosyntec, PT. Intikeramik Alamasri
Industries, PT. Jaya Pari Steel, PT. Kedaung Indah Can, PT. Langgeng Makmur Industries, PT. Prima Alloy Steel dan PT. Siantar Top adalah
perusahaan-perusahaan yang tidak mengeluarkan dividen selama periode 2008-2010.
4.2.6 Deskripsi Mengenai Kebijakan Hutang
Berikut adalah data kebijakan hutang pada 15 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.6 Data Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur di BEI
Tahun 2008-2010 Kebijakan Hutang
No Perusahaan 2008 2009 2010
Mean 1
AKR Corporindo 31.098 36.987
28.742 32.276
2 Alumindo Light Metal
Industries 10.369 13.494 4.579 9.481
3 Asiaplast Industries 20.073
29.457 8.224
19.251 4
Budi Acid Jaya 37.376
28.841 31.657
32.625 5
Berlina 42.925
39.713 34.475
39.038 6
Gudang Garam 5.384 5.145
4.244 4.924
7 Panasia Indosyntec
29.085 23.481
23.095 25.220
8 Intikeramik Alamasri
Industries 17.768 18.316 22.315 19.466
9 Jaya Pari Steel
2.337 2.350
2.598 2.428
10 Kedaung Indah Can
15.147 18.599
18.602 17.449
11 Langgeng Makmur
Industries 12.595 11.193 8.089 10.626
12 Lion Mesh Prima 12.641
21.889 17.258
17.263 13
Lautan Luas 45.254
51.362 52.546
49.721 14
Prima Alloy Steel 38.466
71.350 72.980
60.932 15
Siantar Top
10.320 7.798 6.583 8.234 Mean
22.056 25.332 22.399 23.262 Sumber : Bursa Efek Indonesia Lampiran 2
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui rata-rata kebijakan hutang dari 15 perusahaan sampel pada tahun 2008-2010 adalah 23.262, dengan
kebijakan hutang tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 25.332 dan terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar 22.056. Pada periode 2008
hingga 2010, perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang tertinggi adalah PT. Prima Alloy Steel yaitu sebesar 60.932, sedangkan
perusahaan yang memiliki rata-rata kebijakan hutang terendah adalah PT. Jaya Pari Steel yaitu sebesar 2.428. Hasil deskriptif di atas menunjukkan
bahwa PT. Prima Alloy Steel merupakan perusahaan yang mempergunakan utang jangka panjang guna pembiayaan tetapnya terbesar selama periode
2008-2010, sedangkan PT. Jaya Pari Steel merupakan perusahaan yang mempergunakan utang jangka panjang guna pembiayaan tetapnya terkecil
selama periode 2008-2010.
4.3 Uji Kualitas Data
Untuk menguji kualitas data dilakukan pengujian ada tidaknya outlier atau data ekstrim. Jika tidak terdapat outlier, berarti data penelitian layak
digunakan dalam melakukan analisis lebih lanjut. Sebaliknya jika terdapat outlier, berarti data tidak layak digunakan dalam melakukan analisis lebih lanjut.
Oleh karena itu, jika terdapat outlier harus dihilangkan. Metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya outlier adalah
prosedur Mahalonobis Distance Ferdinand, 146:2005. Terdapat outlier apabila
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
nilai maksimum Mahalonobis Distance lebih besar dari nilai
2
tabel α=0.1; df=banyaknya variabel.
Berikut ini adalah hasil pengujian outlier: Tabel 4.7
Hasil Uji Outlier
Residuals Statistics
a
2.26 27.97
23.00 4.241
45 -4.891
1.171 .000
1.000 45
2.848 11.921
4.604 1.445
45 3.40
30.79 23.01
4.419 45
-19.746 23.190
.000 12.430
45 -1.496
1.756 .000
.941 45
-1.598 1.822
.000 1.004
45 -22.779
24.959 -.013
14.160 45
-1.632 1.880
.000 1.014
45 1.070
34.894 4.889
5.053 45
.000 .100
.023 .025
45 .024
.793 .111
.115 45
Predicted Value Std. Predicted Value
Standard Error of Predicted Value
Adjusted Predicted Value Residual
Std. Residual Stud. Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance Cooks Distance
Centered Leverage Value Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation N
Dependent Variable: No a.
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa Maksimum Mahalonobis Distance mempunyai nilai 34.894 lebih besar dari nilai
2
tabel α=0.1; df=5 sebesar 20.515, hal ini berarti terdapat outlier pada data penelitian, sehingga data
penelitian ini belum mempunyai kualitas yang baik. Oleh karena itu, pengamatan sampel yang mempunyai nilai Mahalonobis Distance lebih besar dari 20.515
tidak diikutkan dalam proses pengolahan selanjutnya. Diketahui terdapat satu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengamatan yang memilki nilai Mahalonobis Distance lebih besar dari 20.515, yaitu PT. Alumindo Light Metal Industries tahun 2008 dengan nilai Mahalonobis
Distance sebesar 34.894. Data tersebut tidak diikutkan untuk pengolahan lebih lanjut, sehingga jumlah sampel yang digunakan untuk proses pengolahan
selanjutnya adalah 44 sampel.
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda