hutang. Dilihat dari nilai koefisien regresinya sebesar 0.168, dividen mempunyai arah pengaruh positif terhadap kebijakan hutang, akan tetapi
arah pengaruh positif tersebut tidak signifikan. Hal ini berarti peningkatan dividen, bisa meningkatkan kebijakan hutang, namun peningkatannya tidak
signifikan peningkatannya kecil. Berdasarkan hasil di atas, hipotesis pertama penelitian yang menduga
struktur aset dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur, tidak terbukti kebenarannya.
Hipotesis kedua penelitian yang menduga kepemilikan institusional dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan hutang pada
perusahaan manufaktur, juga tidak terbukti kebenarannya.
4.5 Analisis Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah struktur asset, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
kebijakan dividen mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010. Total jumlah observasi yang
digunakan sebanyak 50 observasi, yang diperoleh ada 15 perusahaan manufaktur. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa model observasi kebijakan hutang
perusahaan manufaktur menggunakan predictor struktur asset, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan
dividen adalah model yang valid, dimana secara hasil kesimpulan model
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menunjukkan bahwa 10,3 , variasi perubahan kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh struktur asset, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional serta kebijakan dividen, indikasi tersebut menunjukkan bahwa masih adanya variabel lain diluar model sebesar 89,7 serta model robust secara
statistik. Temuan pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa struktur asset
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang prusahaan. Hasil ini tidak sejalan dengan temuan Nisa Fidyati 2003. Bahwa struktur asset
berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar aktiva tetap perusahaan dalam keseluruhan komposisi aktiva maka
semakin besar hutang perusahaan. Perusahaan manufaktur dengan komposisi aktiva tetap yang besar memiliki jaminan yang besar sebagai dasar untuk
mendapatkan modal dalam bentuk hutang, sehingga cenderung akan menerapkan kebijakan hutang yang besar akibat kemudahan mendapatkan pendanaan tersebut.
Dilihat dari nilai rata-rata diketahui bahwa PT. Prima Alloy Steel memiliki rasio hutang terbesar pada tahun 2008-2010 sebesar 60,932 .
Temuan kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hasil ini tidak
sejalan dengan temuan Moh’d, et al. 1998 bahwa ukuran perusahaan adalah prediktor kebijakan hutang yang signifikan. Perusahaan memiliki kebutuhan dana
operasional yang besar dan cenderung akan menerapkan kebijakan hutang yang besar dibanding perusahaan kecil, dan perusahaan besar akan dengan mudah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan sebab perusahaan besar akan lebih mudah dimonitoring. Dilihat dari nilai rata-rata diketahui bahwa PT. Gudang
Garam memiliki ukuran perusahaan salah satu terbesar pada tahun 2008-2010 sebesar 30,925 .
Temuan keempat, penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Hasil ini tidak sejalan dengan temuan penelitian Wahidawati 2002 bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Fungsi
hutang selain untuk memenuhi kebutuhan pendanaan juga berfungsi sebagai mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan
investor Moh’d, et al. :1998, perusahaan-perusahaan yang memiliki investor institusional yang besar cenderung akan bertindak mengurangi hutang guna sebab
dengan mekanisme pengawasan yang baik yang dimiliki oleh investor institusional akan mendorong terciptanya kepatuhan manajer untuk
mengutamakan kepentingan investor dan mengurangi investasi-investasi yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga akibatnya peran
hutang untuk mendisiplinkan manajer menjadi kecil. Dilihat dari nilai rata-rata diketahui bahwa PT. Langgeng Makmur Industries memiliki kepemilikan
institusional salah satu terbesar pada tahun 2008-2010 sebesar 99,983 juga masuk kategori perusahaan dengan nilai rasio hutang kecil, yaitu 10,626 pada tahun
2008-2010.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Terakhir, penelitian ini menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini sejalan dengan
temuan Wahidawati 2002 bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Adanya free cash flow yang berlebihan akan
membuat manajer melakukan tindakan-tindakan investasi yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan, untuk mengurangi arus kas yang berlebihan mak
perusahaan dapat melakukan kebijakan membagikan dividen. Oleh karena itu, semakin tinggi kebijakan dividen maka semakin rendah proporsi hutang dalam
struktur modal perusahaan. Dilihat dari nilai rata-rata diketahui bahwa PT. Alumindo Light Metal adalah perusahaan yang membayar dividen terbesar pada
tahun 2008-2010 sebesar 112,404 juga masuk kategori perusahaan dengan nilai rasio hutang kecil, yaitu 10,369 pada tahun 2008.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung dipengaruhi oleh adanya
agency cost dan optimalisasi hutang untuk menghindari resiko distress. Namun, pengaruh yang diberikan tidak nyata tidak signifikan. Untuk agency cost dapat
dilihat dari peran investor institusional dalam kebijakan hutang, dan optimalisasi hutang untuk menghindari biaya kebangkrutan dari sisi ukuran dan struktur aset.
Indikasi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan hutang sesuai urut-urutan pendanaan pecking order hypotesis akan tetapi memaksimalkan
fungsi hutang sebagai alat pendisiplinan manajer. Jadi, pecking order theory menyatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan dana, perusahaan lebih
menyukai pembelanjaan internal daripada pembelanjaan eksternal.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari hasil penelitian tersebut diatas, dijelaskan bahwa terdapat hasil yang tidak signifikan. Di bawah ini, akan dijelaskan hal-hal yang menyebabkan hasil
yang tidak signifikan, adalah sebagai berikut : 1. Sedikitnya sampel yang digunakan.
2. Obyek penelitian yang hanya menggunakan satu macam perusahaan saja, yaitu perusahaan manufaktur sehingga hasil penelitian ini belum dapat
digeneralisasikan untuk perusahaan lain selain manufaktur. 3. Penelitian ini tidak melihat perbedaan jatuh tempo hutang dari masing-masing
perusahaan guna melihat peranan pertumbuhan antara perusahaan yang tinggi dengan rendah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.6 Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu