Unsur-Unsur Manajemen Pelatihan MANAJEMEN PELATIHAN

faktor : tujuan pelatihan, tingkatan peserta pelatihan, harapan lembaga penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan. 25 c. Machines Mesin Machines adalah alat yang yang di pergunakan dalam produksi ataupun kegiata, karena dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan maka alat yang di pergunakan dalam kegiatan ini adalah : meja, kursi, papan tulis, dll. d. Methods Metode Metode manajemen pelatihan terbagi dua, yaitu berdasarkan bentuk dan berdasarkan jenis metode yang di lakukan. Berdasarkan bentuk, metode manajemen pelatihan meliputi : 26 1 Belajar sambil bekerja learning on the job. 2 Belajar melalui observasi asisten yang diperbantukan. 3 Kuliah lectures. 4 Pemecahan masalah problem solving. 5 Bacan-bacan khusus yang direncanakan. 6 Kursus studi studi course. 7 Konferensi dan seminar. 8 Pengajaran dengan mesin teaching machine. Kepanitiaan committee. 9 Pertemuan-pertemuan khusus. 10 Rotasi jabatan. 11 Keanggotaan dalam asosiasi profesional, dll. 25 Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, jakarta: Bumi Aksara, 2007, cet 4, h. 36. 26 Ibid, h. 36-37. e. Money Uang Money adalah unsur yang penting dalam sebuah kegiatan, begitu pula dengan manajemen pelatihan yang memerlukan anggaran yang pastinya lumayan besar. Karena dengan adannya money aspek-aspek yang dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan, seperti : tenaga pelatih, bahan, dan alat-alat dapat terpenuhi sebagai syarat tercapainya tujuan yang diinginkan. f. Market Peserta Dalam aplikasi manajemen pelatihan market dapat di aplikasikan pada peserta, karena peserta merupakan sasaran yang telah dirancang dalam sebuah pelatihan. Sehingga dalam merancang sebuah program pelatihan harus sesuai dengan market peserta, dengan mempertimbangkan : 27 1 Akademik : ialah jenjeng pendidikan dan keahlian. 2 Jabatan : apakah yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, akau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu. 3 Pengalaman kerja : ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan. 4 Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya. 5 Pribadi : menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut. 27 Oemar Hamalik, ,Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, h.35 6 Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan yang diketahui melalui tes seleksi.

3. Langkah-Langkah Manajemen Pelatihan

Manajemen pelatihan memiliki beberapa langkah-langkah Sebagaimana halnya dengan setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan yang dilakukan dengan tahap-tahap tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam manajemen pelatihan pula perlu tahapan kegiatan yang memang sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri, tahap- tahap manajemen pelatihann terdiri atas: 28 a. Analisis Kebutuhan Menganalisis kebutuhan pelatihan maka perlu di perhatikan tujuan dari analisis kebutuhan adalah sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi keterampilan perstasi kerja khusus yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas. 2 Menganalisis karakteristik peserta untuk menjamin bahwa program persebut cocok untuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan keterampilan, begitu juga sikap dan motivasi seseorang. 3 Mengembangkan pengetahuan khusus yang dapat diukur dan objektif. Dalam tahap ini harus ada keyakinan bahwa penurunan kinerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan bukan disebabkan ketidak puasan terhadap kompensasi. 28 Ibid., h. 42-51. 24 b. Rancangan Instruksional Dalam tahapan ini, isi dari yang sebenarnya dari pelatihan harus disiapkan yang meliputi: 1 Kumpulkan sasaran instruksional, motode, media, latihan, dan kegiatan. Organisasikanlah semua itu kedalam sebuah kurikulum yang natinya akan dijadikan cetak biru untuk pengembangan program. 2 Pastikanlah semua bahan, seperti naskah video dan buku kerja peserta saling melengkapi dan ditulis secara jelas yang kemudian dicocokkan langsung dengan sasaran belajar yang ditetapkan. c. Validasi Dalam tahap ini pelatihan diperkenalkan dan divalidasi sebelum disajikan kepada peserta. Revisi akhir ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa program ini dapat berhasil. d. Implementasi Pada tahapan implementasi pelatihan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal yang mencakup : pengumpulan peserta, penyediaan fasilitas dan logistik, orientasi, dan tes awal persepsi peserta terhadap pelatihan, tahap kedua, yang mencakup : penyampaian materi pelatihan, dan tahap ketiga, yang merupakan pelaksanaan test terhadap hasil pelatihan. e. Evaluasi Evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan dengan tujuan-tujuan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara. Donald L. Kirkpatrick mengidentifikasi empat tingkatan di mana pelatihan dapat dievaluasi, meliputi : 29 1 Reaksi: Organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelatihan dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuesioner kepada mereka. 2 Pembelajaran: Tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah mempelajari ide, konsep, teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi pelatihan secara umum digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah pelatihan untuk membandingkan hasilnya. 3 Prilaku: Mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku berarti : 1. mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, dan 2. mengamati kinerja pada pekerjaan. 29 Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Human Resource Managemen: Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Salemba Empat, 2006, h. 330-331. 4 Hasil: Para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas, waktu, penjualan, dan biaya secara relatif konkret, jenis evaluasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan data-data sebelum dan setalah pelatihan.

D. TERJEMAH AL-QURAN

1. Pengertian Terjemah

Secara etimologis istilah terjemah itu diambil dari bahasa arab, tarjamah. Menurut didawi, bahasa arab sendiri memungut kata tersebut dari bahasa Armenia, Tarjuman. Kata turuman sebentuk dengan tarjaman dan tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa kebahasa yang lain 30 . Memasuki dunia penerjemahan sama artinya dengan mengenal sesuatu yang unik atau menarik. Unik karena sampai saat ini peminat terjemah masih bisa dikatakan sedikit. Dalam menerjemahkan dibutuhkan kerja keras, teliti dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang maksimal karena yang dihadapi adalah naskah berbahasa asing. Menariknya, akan banyak hal-hal baru yang ditemui untuk menambah wawasan serta informasi. Lewat terjemahan, segala sesuatu yang tadinya belum dikenal dan tersingkap bisa segera terungkap jelas. Menerjemahkan sebagai suatu proses akan membedah misteri 30 Syhabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia, Bandung : Humaniora, 2005, h. 7.