Pemahaman  siswa  terhadap  pelajaran  matematika  tentunya  sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan guru dalam mengajar. Kebanyakan guru
mengajar  dengan  pembelajaran  yang  masih  terfokus  pada  guru  sebagai  sumber utama pengetahuan kemudian ceramah adalah pilihan utama strategi belajar yang
menyebabkan rasa bosan untuk belajar matematika. Adapun cara yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
di  atas  adalah  dengan  melakukan  inovasi  dalam  pembelajaran.  Salah  satu pendekatan  pembelajaran  inovatif  yang  dapat  diterapkan  dalam  pembelajaran
matematika  untuk  mengembangkan  kemampuan  pemahaman  konsep  matematika siswa adalah menggunakan pendekatan problem posing. Menurut Bonotto bahwa
problem posing memberikan pengaruh positif pada siswa diantaranya cakap dalam menyelesaikan masalah juga menyediakan sebuah kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman konsep serta proses matematika siswa.
5
Selain  itu,  problem  posing  meliputi  aktivitas  yang  dirancang  sendiri  oleh siswa  dan  dengan  demikian  merangsang  seluruh  kemampuan  siswa  sehingga
diperoleh pemahaman  yang lebih baik serta penting karena di  dalamnya terdapat inti  dari  aktivitas  matematika,  termasuk  aktivitas  dimana  siswa  membangun
masalah  sendiri.
6
Beberapa  aktivitas  problem  posing  mempunyai  tambahan manfaat pada perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak terhadap konsep
penting matematika. Pembelajaran  dengan  pendekatan  problem  posing  adalah  pembelajaran
yang  menekankan  pada  siswa  untuk  membentukmengajukan  soal  berdasarkan informasi  atau  situasi  yang  diberikan.  Informasi  yang  ada  diolah  dalam  pikiran
dan  setelah  dipahami  maka  peserta  didik  akan  bisa  mengajukan  pertanyaan. Dengan  adanya  tugas  pengajuan  soal  problem  posing  akan  menyebabkan
terbentuknya  pemahaman  konsep  yang  lebih  mantap  pada  diri  siswa  terhadap materi  yang  telah  diberikan.  Kegiatan  itu  akan  membuat  siswa  lebih  aktif  dan
5
Cinzia  Bonotto,  “Engaging  Students  in  Mathematical  Modelling  and  Problem  Posing Activities”, Journal of Mathematical Modelling and Application, Vol. 1, 2010, h. 21.
6
Irwan, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model  Search, Solve, Create and Share SSCS Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika”, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12, 2011, h. 2.
kreatif  dalam  membentuk  pengetahuannya  dan  pada  akhirnya  pemahaman  siswa terhadap konsep matematika siswa lebih baik lagi.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  penulis  tertarik  untuk  meneliti
“Pengaruh  Pendekatan  Problem  Posing  Terhadap  Pemahaman  Konsep Matematika Siswa
”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, timbul beberapa permasalahan, antara lain:
1. Kemampuan pemahaman konsep matematika yang masih rendah.
2. Siswa  lebih  banyak  pasif  dan  tidak  terlibat  secara  aktif  dalam  membangun
konsep tentang matematika. 3.
Siswa tidak terampil dalam memahami soal akan tetapi mereka hanya terbiasa menghafal soal dan penyelesaiannya saja.
4. Pembelajaran masih berorientasi pada pola pembelajaran yang masih berpusat
pada guru. 5.
Masih banyaknya siswa yang kebingungan ketika disuruh memberikan alasan terhadap jawaban yang mereka peroleh.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan  uraian  yang  telah  dijabarkan  sebelumnya,  maka  dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam
penelitian ini terfokus dan terarah. 1.
Pendekatan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  pendekatan pembelajaran  problem  posing  tipe  post  solution  yaitu  pendekatan
pembelajaran dimana siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru.
2. Pemahaman  konsep  yang  dimaksud  adalah  pemahaman  konsep  matematika
yang  dikemukakan  oleh  Benjamin  Bloom,  yaitu  translation,  interpretation, dan extrapolation.
3. Penelitian  dilakukan  pada  siswa  kelas  IV  di  SD  Negeri  Sukatani  5  Depok
tahun  pelajaran  20132014  pada  pokok  bahasan  bangun  datar  yang  diajarkan pada semester 1.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan  pembatasan  masalah  di  atas,  maka  permasalahan  dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah  terdapat  pengaruh  penggunaan  pendekatan  problem  posing  terhadap
pemahaman konsep matematika siswa? 2.
Bagaimana respon siswa terhadap pendekatan problem posing pada pelajaran matematika?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui  pengaruh  pemahaman  konsep  siswa  yang  diajarkan  dengan pendekatan  problem  posing  dibandingkan  dengan  siswa  yang  diajarkan
dengan pendekatan ekspositori. 2.
Mengetahui respon siswa terhadap pendekatan problem posing pada pelajaran matematika.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil  dari  pelaksanaan  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:
1. Bagi  guru,  dapat  memberikan  pendekatan  pembelajaran  alternatif  yang
digunakan dalam melakukan pembelajaran matematika. 2.
Bagi  sekolah,  dapat  memberikan  wacana  baru  tentang  pembelajaran matematika yang diinginkan oleh para siswanya.
3. Bagi  peneliti,  hasil  penelitian  ini  dapat  memberikan  informasi  dan
meningkatkan  keterampilan  dalam  mengajar  agar  tujuan  pembelajaran  dapat dicapai dengan maksimal.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
Sebuah  penelitian  bukanlah  karangan  belaka,  tetapi  merupakan  aktifitas ilmiah  yang  tak  terlepas  dari  peranan  teori  yang  mendukungnya.  Seperti  halnya
penelitian ilmiah, skripsi ini pun berlandaskan pada teori-teori pendukung. Teori- teori  pendukung  pada  skripsi  ini  meliputi  beberapa  bagian  yaitu:  pemahaman
konsep matematika, pendekatan problem posing, dan pendekatan ekspositori.
1.
Pemahaman Konsep Matematika
Teori-teori pendukung pada bagian ini meliputi beberapa sub bagian yaitu pengertian  belajar  dan  pembelajaran,  pengertian  dan  karakteristik  matematika,
serta pengertian pemahaman konsep. a.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Setiap saat dalam kehidupan manusia, selalu terjadi proses belajar. Proses ini  berlangsung  baik  disadari  maupun  tidak  disadari,  disengaja  ataupun  tidak
disengaja. Hal ini disebabkan karena sifat manusia  yang selalu ingin mengetahui sesuatu  yang  belum  diketahuinya.  Belajar  merupakan  kebutuhan  setiap  orang,
karena  dengan  belajar  seseorang  dapat  memahami  dan  menguasai  sesuatu sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan.
Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk  memperoleh  kecakapan,  keterampilan  dan  sikap.  Dalam  perspektif
psikologi  pendidikan, belajar didefinisikan sebagai  suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang  yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.
Belajar  dianggap  sebagai  proses  perubahan  prilaku  sebagai  akibat  dari pengalaman dan latihan.
1
Sementara itu menurut pengertian secara psikologis, “Belajar merupakan
1
Zurinal  Z  dan  Wahdi  Sayuti,  Ilmu  Pendidikan:  Pengantar  dan  Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006,
Cet. 1, h. 117.
suatu  proses  perubahan  yaitu  perubahan  tingkah  laku  sebagai  hasil  dari  interaksi dengan  lingkungannya  dalam  memenuhi  kebutuhan  hidupnya.  Perubahan-
peru bahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku”.
2
Belajar  menurut  Gagne  1970  adalah  “perubahan  yang  terjadi  dalam kemampuan  manusia  yang  terjadi  setelah  belajar  secara  terus  menerus,  bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja”.
3
Seperti Gagne, Fontana 1981 juga menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
individu  yang  relatif  tetap  sebagai  hasil  dari  pengalaman”.
4
Belajar  tidak  hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak tetapi perilaku yang mungkin terjadi di
masa  mendatang.  Perubahan  yang  terjadi  karena  pengalaman  akan  membedakan dengan perubahan yang lain disebabkan oleh perubahan fisik.
Berdasarkan  definisi-definisi  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar adalah  suatu  proses  perubahan  tingkah  laku  sebagai  hasil  dari  latihan  atau
pengalaman  yang  menghasilkan  suatu  perubahan  yang  relatif  menetap  baik perubahan  dalam  pengetahuan,  pemahaman,  keterampilan,  dan  nilai-nilai  sikap
sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Perubahan-perubahan  yang  terjadi  dalam  belajar  adalah  perubahan  yang
disebabkan  oleh  proses  pembelajaran.  Pembelajaran  merupakan  upaya  penataan lingkungan  yang memberi nuansa agar program  belajar tumbuh dan berkembang
secara  optimal.
5
Pembelajaran  mempunyai  dua  karakteristik  yaitu  dalam  proses pembelajaran  melibatkan  proses  mental  siswa  secara  maksimal  bukan  hanya
menuntut  siswa  sekedar  mendengar  maupun  mencatat,  dan  dalam  pembelajaran membangun  suasana  dialogis  juga  proses  tanya  jawab  terus  menerus  yang
diarahkan untuk memperbaiki kemampuan berpikir siswa.
6
Sedangkan  Hamalik  dalam  Kasful  Anwar  dan  Hendra  Harmi  merinci makna pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
2
Slameto,  Belajar  dan  Faktor-faktor  yang  Mempengaruhinya,  Jakarta:  Rineka  Cipta, 2010, h. 2.
3
Syaiful  Sagala,  Konsep  dan  Makna  Pembelajaran  untuk  Membantu  Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2011, Cet. 9, h. 17.
4
Erman  Suherman,  dkk.,  Common  Text  Book  Strategi  Pembelajaran  Matematika Kontemporer, Bandung: JICA - UPI, 2001, h. 8.
5
Ibid.
6
Syaiful Sagala, op. cit., h. 63.
manusiawi,  material,  fasilitas,  perlengkapan,  dan  prosedur  yang  saling mempengaruhi  untuk  mencapai  tujuan  pembelajaran.
7
Manusia  yang  terlibat dalam sistem pangajaran yang dimaksud meliputi siswa, guru, dan tenaga lainnya.
Material  terdiri  dari  buku-buku,  papan  tulis,  spidol,  slide,  audio,  dan  video. Fasilitas serta perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual,
dan  komputer.  Prosedur  terdiri  dari  jadwal,  metode  penyampaian  informasi, praktik belajar, ujian, dan sebagainya.
Dari  pemaparan  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran merupakan  suatu  proses  yang  sengaja  dirancang  untuk  menciptakan  suasana
lingkungan  yang  memungkinkan  orang  lain  melakukan  kegiatan  belajar  serta terjadinya  interaksi  optimal  antara  keduanya,  dapat  juga  dikatakan  bahwa
pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa di kelas atau sekolah sebagai usaha  guru  dalam  menciptakan  suasana  belajar  melalui  suatu  prosedur  atau
dengan menggunakan metode-metode tertentu agar terjadi proses belajar pada diri siswa.  Jadi,  dalam  pembelajaran  tidak  hanya  guru  yang  memegang  peranan
penting tetapi siswa juga berperan penting dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pengertian dan Karakteristik Matematika
Istilah  matematika  berasal  dari  bahasa  Yunani  mathein  atau  manthenein yang  artinya  mempelajari, namun  diduga kata itu erat  pula hubungannya  dengan
kata  Sansekerta  medha  atau  widya  yang  artinya  kepandaian,  ketahuan,  atau intelegensi.  Ruseffendi  menyatakan  bahwa  matematika  itu  terorganisasikan  dari
unsur-unsur  yang  tidak  didefinisikan,  definisi-definisi,  aksioma-aksioma,  dan dalil-dalil,  di  mana  dalil-dalil  setelah  dibuktikan  kebenarannya  berlaku  secara
umum,  karena  itulah  matematika  sering  disebut  ilmu  deduktif.
8
Selanjutnya menurut  Herman  Hudoyo  secara  singkat  dapat  dikatakan  bahwa  matematika
berkenaan  dengan  ide-ide,  konsep-konsep  abstrak  yang  tersusun  secara  hierarkis
7
Kasful  Anwar  dan  Hendra  Harmi,  Perencanaan  Sistem  Pembelajaran  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Bandung: Alfabeta, 2011, Cet. 1, h. 23.
8
Karso, Pendidikan Matematika I, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005, h. 1.29.