Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran yang diterapkan. Penerapan kegiatan pembelajaran yang sesuai dapat memberi kontribusi positif terhadap hasil belajar siswa yaitu meningkatnya hasil bejar siswa. Bahan ajar yang dibebankan kepada guru saat ini pada pembelajaran kimia untuk bisa disampaikan kepada siswa sangat banyak. Oleh karena itu guru cenderung memilih metode pembelajaran yang lebih menekankan bagaimana menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu dari pada menerapkan metode pembelajaran yang mengajak siswanya untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Akibat dari pembelajaran tersebut adalah adanya kesulitan siswa dalam menyerap konsep kimia yang diajarkan oleh guru. Untuk mempermudah siswa menyerap konsep yang diajarkan, maka harus dilakukannya metode eksperimen, metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta. 5 Sedangkan menurut Nana Sudjana, ekperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta data yang benar. 6 Sejalan dengan metode eksperimen, konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia. Konstruktivisme yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara berkerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 7 Manusia mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme siswa diharapkan lebih matang dalam memahami materi yang 5 Tonih Feronika, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h.104 6 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010, h.83 7 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009, h.57 diajarkan. Metode eksperimen dan pendekatan konstruktivisme ini mempunyai tujuan yang sama yaitu siswa diharapkan dapat lebih memahami materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada metode eksperimen, siswa di tuntut untuk bekerja sendiri dan menemukan sendiri pengetahuan yang baru, hal ini sejalan dengan pendekatan konstruktivisme. Pada metode eksperimen ini, dibutuhkan lembar kerja eksperimen sebagai media agar mencapai tujuan pembelajaran sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar. LKS yang digunakan guru cenderung tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak dapat mengkonstruk dengan maksimal materi yang dipelajari. “Komponen-komponen LKS meliputi: Judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi ”. 8 Sedangkan pada kenyataannya Seperti di SMAN 90 Jakarta, guru kimia cenderung untuk menggunakan LKS yang sudah tersedia di dalam buku pelajaran, tanpa mengetahui apakah LKS memenuhi kompenen utama LKS dan LKS tersebut tepat digunakan dan dapat membantu siswa untuk lebih mengerti dan mengkonstruk sendiri pemahamannya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kenyataannya LKS yang terdapat dalam buku tidak memenuhi komponen-komponen lengkap LKS seperti yang tertera di atas. Komponen LKS yang terdapat dalam buku hanya judul percobaan, alat dan bahan, cara kerja, dan kesimpulan. Dalam Proses belajar mengajar, guru yang paling mengetahui keadaaan siswa dan apa yang dibutuhkan oleh siswa, akan lebih baik jika LKS tersebut didesain sesuai kebutuhan siswa. Alangkah lebih baiknya LKS yang didesain itu juga dapat mengkonstruk pemahaman siswa sehingga mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti dalam penelitian ini ingin mengetahui “Pengaruh Penggunaan LKS Eksperimen Berbasis Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar Siswa ”. 8 Trianto, Op. cit., h. 223

B. Identifikasi Masalah

Agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah yang ada sebagai berikut: 1. Kurangnya media pembelajaran terutama LKS eksperimen. 2. Guru tidak membuat sendiri LKS eksperimen yang sesuai dengan kebutuhan siswa. 3. LKS eksperimen yang dimanfaatkan tidak memenuhi komponen lengkap LKS. 4. LKS eksperimen yang dimanfaatkan cenderung tidak membangun pemahaman siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. LKS eksperimen yang digunakan adalah LKS eksperimen kimia berbasis konstuktivisme pada pokok bahasan laju reaksi. 2. LKS eksperimen berbasis konstuktivisme dirancang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar kimia. 3. LKS eksperimen berbasis konstuktivisme juga dirancang untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kimia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang terkait dengan penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh penggunaan LKS eksperimen berbasis konstruktivisme terhadap hasil belajar kimia? ”.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan KS eksperimen berbasis konstruktivisme terhadap hasil belajar kimia. Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan produk berupa LKS eksperimen berbasis konstuktivisme yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran kimia khususnya media LKS eksperimen pada materi laju reaksi. 2. Bagi guru sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan LKS eksperimen yang tepat untuk pengajaran kimia. 3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuanpengalaman sebagai bekal untuk menjadi seorang guru yang profesional.