BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN
8.1 Simpulan
Di dalam alam kehidupan mitologis tidak terlihat garis pemisah yang tegas antara manusia dan alam atau antara subjek dan objek, bahkan adakalanya manusia
belum dapat disebut subjek. Terbentuknya mitos bermula dari pikiran manusia yang tidak mau menerima
begitu saja fenomena alam yang ditangkap dengan akal dan pancaindranya. Oleh karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu
yang dianggap lebih konkret daripada kenyataan duniawi. Namun, dalam usaha menemukan yang lebih nyata dan kekal itu, seseorang atau sekelompok masyarakat
tertentu cenderung membayangkan sesuatu dengan dunia angannya sendiri. Itulah cikal bakal lahirnya mitos.
Mitos bersifat mendidik, irasional, dan intuitif, bukan uraian filosofis yang sistematis. Istilah ini mengacu pada wilayah makna yang berkaitan dengan
kepercayaan, folklor, antropologi, sosiologi, psikologi, dan karya seni, termasuk seni sastra. Penghormatan kepada leluhur, kepercayaan pada pohon kehidupan,
kekaguman pada keteraturan tata surya, misalnya dapat menjadi awal lahirnya mitos. Mitos itu dapat juga dikatakan cerita anonim mengenai asal mula alam semesta serta
tujuan hidup. Selain itu, mitos tidak hanya bertujuan untuk mengenang peristiwa
Muharrina Harahap : Mitologi Jawa Dalam Novel-Novel Kuntowijoyo, 2009
masa lalu, tetapi juga mengajak kita untuk menghargai dan menyikapi keadaan masa kini dan masa yang akan datang.
Sebab pada prinsipnya ada masyarakat yang lebih tanggap pada masa lampau, masa sekarang, atau masa yang akan datang. Mitos itu bersifat ganda, sekaligus
berhubungan dan tidak berhubungan dengan sejarah. Jadi, mitos dapat berubah sesuai dengan kepentingan dan kerangka acuan masyarakat atau individu dalam masyarakat
yang memiliki mitos. Novel-novel Kuntowijoyo secara garis besar digambarkan dengan bahasa
yang baik dan mudah dipahami. Watak masing-masing tokoh juga digambarkan terikat erat dengan adat-istiadat budaya Jawa. Kesetiaan pada kebudayaannya inilah
yang kemudian menimbulkan sikap memercayai mitos-mitos yang ada dalam masyarakat. Mitos-mitos tersebut termasuk pada sikap kosmologis masyarakat Jawa
dan pandangan hidup orang Jawa, yang kemudian menurunkan filsafat Jawa dalam kehidupannya.
Salah satu mitos yang diyakini masyarakat Jawa adalah adanya kekuatan kosmologi antara Keraton Jogjakarta - Gunung Merapi - Laut Selatan, yang sangat
memengaruhi baik buruk kehidupan masyarakat bahkan kondisi negeri itu sendiri. Untuk itu dilakukan berbagai penghormatan kepada alam adikodrati alam gaib
berupa acara slametan, sesajen, upacara labuhan, dsb. yang bertujuan untuk memeroleh kehidupan yang aman dan tentram.
Masalah filsafat juga ditekankan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidup manusia Jawa. Filsafat ini yang mengarahkan manusia agar dapat
Muharrina Harahap : Mitologi Jawa Dalam Novel-Novel Kuntowijoyo, 2009
bersatu pada Yang Illahi pada akhir hidupnya, yang dikenal dengan istilah Sangkan Paraning Dumadi, artinya manusia pada awal dan akhir hidupnya harus berakhir
dengan baik ngudi kasampurnaan. Unsur mitologi dan filsafat Jawa ini, pada akhirnya bermuara pada
representasi nilai budaya yang berlaku pada masyarakat Jawa, yang meliputi lima hal yaitu:
a. Hubungan manusia dengan Tuhan
b. Hubungan manusia dengan alam semesta
c. Hubungan manusia dengan masyarakat sosial
d. Hubungan manusia dengan orang lain sesama manusia
e. Hubungan manusia dengan diri sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Mitologi Jawa dalam novel-novel Kuntowijoyo tercermin dalam diri tokoh-
tokohnya dan terwujud melalui serangkaian upacara tradisi dan ritual-ritual khusus, yang terangkum pada sikap kosmologis dan pandangan hidup
masyarakat Jawa. Pergeseran makna mitos juga terjadi seiring perkembangan zaman.
2. Ketiga aspek dalam filsafat Jawa yang terdiri dari ; metafisika, epistemologi,
dan aksiologi merupakan segi yang tidak terpisahkan dalam gerak usaha manusia menuju kesempurnaan.
Muharrina Harahap : Mitologi Jawa Dalam Novel-Novel Kuntowijoyo, 2009
3. Representasi nilai budaya Jawa dalam novel-novel Kuntowijoyo
menghasilkan sikap hidup positif bergantung pada logika standar standart logic atau bukan logika standar non standart logic dalam diri manusia
dalam menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, alam, masyarakat, orang lain, dan dirinya sendiri.
8.2 Saran