2.2 Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Untuk menghasilkan peserta didik
yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang
diduga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah Project Based Learning PBL. Model PBL dipilih karena diharapkan pembelajaran
proyek dapat menarik perhatian dan minat peserta didik serta memberi kebebasan pada peserta didik untuk bereksplorasi merencanakan aktivitas belajar,
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan suatu hasil produk.
Secara lebih rinci, model PBL mengikuti enam langkah utama yaitu: 1 menetapkan tema proyek, 2 merencanakan proyek, 3 menyusun jadwal
aktivitas, 4 melaksanakan proyek, 5 penilaian terhadap hasil produk, dan 6 evaluasi. Keenam langkah tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam
pengerjaan proyek, peserta didik dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang
dituangkan dalam aktivitas belajar selama melaksanakan proyek membuat pembelajaran menjadi aktif karena setiap individu diberi kesempatan untuk
menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim. Pembelajaran secara aktif dapat mendorong peningkatan aktivitas belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan model PBL memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok, masing-masing kelompok
harus bisa menjamin bahwa setiap anggota kelompoknya memahami materi yang dibelajarkan pada saat itu sehingga apabila semua kelompok memahami materi
maka peserta didik dapat mencapai ketuntasan klasikal yaitu sekurang-kurangnya 75 dari peserta didik nilainya mencapai KKM. Selain itu dengan diterapkannya
model PBL akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik karena melalui proyek yang merupakan pusat dari strategi pembelajaran, peserta
didik dituntut untuk terlibat dalam tugas-tugas pemecahan masalah serta pembelajaran
khusus bagaimana
menemukan dan
memecahkan masalah
ditambah lagi pembelajaran dengan model PBL dapat menarik minat peserta didik sehingga peserta didik akan termotivasi untuk terus bersemangat menggali
pengetahuannya, sedangkan pada pembelajaran ekspositori guru hanya sebatas memberikan contoh-contoh soal, kegiatan pembelajaran lebih terpusat pada guru
sehingga peserta didik lebih pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang mendapat
pembelajaran dengan model PBL akan lebih baik daripada dengan model ekspositori.
Diterapkannya model PBL juga akan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik karena semua aktivitas berpusat pada peserta didik. Guru dalam hal
ini hanya bertugas sebagai fasilitator yang dituntut untuk memantau jalannya proyek. Melalui proyek tersebut, diharapkan peserta didik akan menemukan
esensi dari materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan prinsip investigasi konstruktif dan otonomi yang ada pada
PBL, pembelajaran akan memberikan kesempatan pada peserta didik sebagai
pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat peserta didik menjadi lebih otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri
serta pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal tersebut sesuai dengan teori konstruktivis yang dikemukakan oleh Piaget dan Vygotsky bahwa peserta didik
harus diberi kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri. Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki model PBL, model
tersebut diduga efektif untuk diterapkan sehingga hasil belajar peserta didik aspek pemecahan masalah dapat mencapai ketuntasan klasikal, kemampuan
pemecahan masalah peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan
model ekspositori, serta aktivitas peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan
masalahnya.
2.3 Hipotesis Penelitian