Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Project Based Learning pada Materi Program Linear Untuk Siswa Kelas X SMK.

(1)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN PENDEKATAN

PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI

PROGRAM LINEAR UNTUK SISWA KELAS X SMK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Winda Dwi Astuti

NIM. 12301241009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (Q.S. Al Insyirah: 6-8)

Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan kesalahan itu sendiri.

(Martin Vanbee)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil’alamin.

Di atas segala asa, kupanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, hanya Engkau yang mampu menciptakan awal dan akhir. Akhirnya, teriring penghargaan, terima kasih, cinta dan ketulusan dari dalam

diri kupersembahkan sebuah karya sederhana ini kepada.

1. Kedua orang tuaku Bapak Sugito dan Ibu Ninik Bintari yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, restu serta dukungannya.

2. Kakakku Nina Budi Astuti yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

3. Teman-teman Pendidikan Matematika A 2012 terima kasih atas rasa kekeluargaan yang terjalin selama ini.

4. Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan motivasi agar saya segera menyelesaikan Skripsi ini. 5. Semua pihak yang telah membantu hingga Skripsi ini selesai


(7)

vii ABSTRAK

WINDA DWI ASTUTI: Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Project Based Learning pada Materi Program Linear Untuk Siswa Kelas X SMK. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Yogyakarta, 2016.

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar dengan pendekatan Project Based Learning pada materi Program Linear untuk siswa Kelas X SMK yang valid, praktis, dan efektif.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, dengan model pengembangan Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation (ADDIE). Pada tahap analysis, peneliti melakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum dan analisis karakteristik siswa. Pada tahap design, peneliti mengumpulkan buku referensi, menyusun rancangan bahan ajar, serta menyusun instrumen penilaian bahan ajar. Pada tahap development, peneliti mengembangkan bahan ajar sesuai dengan desain awal, menilai kualitas bahan ajar, dan melakukan revisi awal. Pada tahap implementation, RPP dan LKS diujicobakan dalam pembelajaran di kelas X MM SMK Piri 3 Yogyakarta. Pada tahap evaluation, dilakukan evaluasi terhadap bahan ajar yang telah diujicobakan. Instrumen yang digunakan adalah: (1) instrumen untuk mengukur kevalidan, meliputi lembar validasi; (2) instrumen untuk mengukur kepraktisan, meliputi lembar penilaian guru, lembar respon siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran; (3) instrumen untuk mengukur keefektifan, meliputi tes prestasi. Analisis data kevalidan dan kepraktisan dilakukan dengan cara mengkonversi skor yang diperoleh menjadi data kualitatif skala lima. Analisis keefektifan dilakukan dengan cara menentukan persentase ketuntasan siswa pada tes prestasi.

Penelitian ini menghasilkan bahan ajar matematika berupa RPP dan LKS yang valid, praktis, dan efektif. Hasil penelitian menunjukkan kualitas RPP dan LKS yang dihasilkan berdasarkan aspek kevalidan RPP memenuhi kriteria sangat baik dengan skor kevalidan adalah 270 dan LKS memenuhi kriteria sangat baik dengan skor kevalidan adalah 155. Aspek kepraktisan berdasarkan hasil penilaian guru memenuhi kriteria sangat baik, aspek kepraktisan berdasarkan penilaian siswa memenuhi kriteria sangat baik, sedangkan aspek kepraktisan berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran diperoleh skor kepraktisan yaitu 86% dengan kriteria sangat baik.. Sementara itu, untuk aspek keefektifan berdasarkan persentase ketuntasan belajar adalah 87%, sehingga bahan ajar yang dihasilkan efektif digunakan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Project Based Learning Pada Materi Program Linear Untuk Siswa Kelas X SMK”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hartono, M.Si., selaku Dekan FMIPA UNY yang telah berkenan mengesahkan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Ali Mahmudi selaku Kajurdik dan Kaprodi Pendidikan Matematika yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Dhoriva Urwatul Wutsqa, M.S., selaku dosen pembimbinga mahasiswa yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini.

5. Bapak Musthofa, M.Sc dan Ibu Eminugroho Ratna Sari, M.Sc., selaku validator yang memberikan penilaian, saran, dan masukan demi perbaikan produk dan instrumen bahan ajar matematika.

6. Bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A., selaku dosen pembimbing akademik.

7. Bapak Drs. Arifin Budiharjo selaku Kepala SMK Piri 3 Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

8. Bapak Kadarto selaku guru matematika kelas X SMK Piri 3 Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memotivasi dalam penelitian ini.

9. Seluruh pendidik dan staf SMK Piri 3 Yogyakarta yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

10.Siswa-siswa kelas X-MM SMK Piri 3 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia membantu dalam pengambilan data tugas akhir.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Pengembangan ... 9

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 9

G. Manfaat Pengembangan ... 10

H. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian Pengembangan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Pembelajaran Matematika ... 12

1. Belajar ... 12

2. Pembelajaran ... 13

3. Matematika ... 14

4. Pembelajaran Matematika ... 15

B. Project Based Learning ... 16


(11)

xi

2. Karakteristik Project Based Learning ... 18

3. Prinsip-prinsip Project Based Learning ... 19

4. Langkah-langkah Project Based Learning ... 21

5. Manfaat Project Based Learning ... 22

6. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning ... 23

C. Pengembangan Bahan Ajar ... 23

1. Pengembangan ... 23

2. Pengertian Bahan Ajar ... 24

3. Bentuk Bahan Ajar ... 25

4. Fungsi Bahan Ajar ... 26

D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 26

1. Pengertian RPP ... 26

2. Fungsi RPP ... 27

3. Tujuan RPP ... 27

4. Komponen RPP ... 27

5. Langkah-langkah Penyusunan RPP ... 30

E. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 30

1. Pengertian LKS ... 30

2. Fungsi, Tujuan dan Manfaat LKS ... 31

F. Program Linear ... 33

G. Model Pengembangan Bahan Ajar ... 34

1. Model Pengembangan ... 34

2. Kualitas Produk Pengembangan ... 36

H. Penelitian yang Relevan ... 38

I. Kerangka Pikir ... 39

J. Pertanyaan Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Model Pengembangan ... 44

C. Prosedur Pengembangan ... 44


(12)

xii

2. Tahap Perencanaan (Design) ... 47

3. Tahap Pengembangan (Development) ... 47

4. Tahap Implementasi (Implementation) ... 48

5. Tahap Evaluasi (Evaluation) ... 48

D. Uji Coba Produk ... 49

1. Uji Coba ... 49

2. Subjek Penelitian ... 49

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 50

E. Jenis Data ... 50

1. Data Kualitatif ... 50

2. Data Kuantitatif ... 50

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 51

1. Teknik Pengumpulan Data ... 51

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Pengembangan ... 63

1. Tahap Analisis (Analysis) ... 63

2. Tahap Perencanaan (Design) ... 65

3. Tahap Pengembangan (Development) ... 70

B. Hasil Uji Coba Produk ... 74

1. Uji Coba Lapangan ... 74

C. Revisi Produk ... 78

1. Revisi Produk Menurut Penilaian para Ahli ... 79

2. Revisi Produk Uji Coba Lapangan ... 80

D. Kajian Produk Akhir ... 81

1. Kevalidan ... 83

2. Kepraktisan ... 83

3. Keefektifan ... 85

E. Keterbatasan Penelitian ... 86


(13)

xiii

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek ... 21 Bagan 2. Alur Kerangka Pikir ... 42 Bagan 3. Skema Pengembangan Bahan Ajar ... 45


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. SK, KD, dan Indikator dalam KTSP 2006 ... 34

Tabel 2. Pelaksanaan Uji Coba RPP dan LKS ... 49

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Validasi RPP ... 52

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Validasi LKS ... 53

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Penilaian Guru Terhadap RPP ... 54

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Penilaian Guru Terhadap LKS ... 54

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Penilaian Siswa ... 55

Tabel 8. Kisi-kisi Soal Pre-Test dan Post-Test ... 56

Tabel 9. Koversi Data Kuantitatif ke Data Kualitaif dengan Skala Likert ... 57

Tabel 10. Skor Maksimal, Skor Minimal, Rata-rata Skor Ideal, dan Simpangan Baku untuk Kevalidan Bahan Ajar Matematika ... 58

Tabel 11. Kriteria Kevalidan Bahan Ajar Matematika Berdasarkan Para Ahli ... 59

Tabel 12. Skor Maksimal, Skor Minimal, Rata-rata Skor Ideal, dan Simpangan Baku untuk Penilaian Guru ... 60

Tabel 13. Kriteria Kepraktisan Bahan Ajar Matematika Berdasarkan Penilaian Guru ... 60

Tabel 14. Skor Maksimal, Skor Minimal, Rata-rata Skor Ideal, dan Simpangan Baku untuk Respon Siswa ... 61

Tabel 15. Kriteria Kepraktisan Bahan Ajar Matematika Berdasarkan Respon Siswa ... 61

Tabel 16. SK,KD dan Indikator Materi Program Linear ... 64

Tabel 17. Materi LKS ... 69

Tabel 18. Hasil Validasi Bahan Ajar oleh Ahli ... 72

Tabel 19. Hasil Analisis Validasi RPP oleh Ahli ... 73


(16)

xvi

Tabel 21. Hasil Analisis Penilaian Guru ... 76

Tabel 22. Hasil Analisis Respon Siswa ... 76

Tabel 23. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 77

Tabel 24. Perbandingan Ketuntasan Siswa ... 78

Tabel 25. Revisi RPP Menurut para Ahli ... 79

Tabel 26. Revisi LKS Menurut para Ahli ... 80


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 94

A1 Analisis Kurikulum ... 95

LAMPIRAN B ... 97

B1 Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP ... 98

B2 Deskripsi Lembar Penilaian RPP ... 99

B3 Lembar Penilaian RPP ... 103

B4 Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS ... 108

B5 Deskripsi Lembar Penilaian LKS ... 110

B6 Lembar Penilaian LKS ... 112

B7 Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP oleh Guru ... 115

B8 Deskripsi Lembar Penilaian RPP oleh Guru ... 116

B9 Lembar Penilaian RPP oleh Guru ... 118

B10 Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS oleh Guru ... 121

B11 Deskripsi Lembar Penilaian LKS oleh Guru ... 124

B12 Lembar Penilaian LKS oleh Guru ... 126

B13 Kisi-kisi Lembar Penilaian LKS oleh Siswa ... 127

B14 Lembar Penilaian LKS Siswa ... 130

B15 Kisi-kisi Soal Tes Prestasi ... 131

B16 Soal Pre-Test dan Kunci Jawaban ... 136

B17 Soal Post-Test dan Kunci Jawaban ... 137

LAMPIRAN C ... 141

C1 Pengisian Lembar Penilaian RPP oleh Dosen Ahli 1 ... 142

C2 Pengisian Lembar Penilaian RPP oleh Dosen Ahli 2 ... 147

C3 Pengisian Lembar Penilaian LKS oleh Dosen Ahli 1 ... 152

C4 Pengisian Lembar Penilaian LKS oleh Dosen Ahli 1 ... 155

C5 Pengisian Lembar Kevalidan Tes Prestasi oleh Dosen Ahli 1 ... 158

C6 Pengisian Lembar Kevalidan Tes Prestasi oleh Dosen Ahli 2 ... 160

C7 Pengisian Lembar Kevalidan Penilaian RPP Guru oleh Dosen Ahli 1 .. 162


(18)

xviii

C9 Pengisian Lembar Kevalidan Penilaian LKS Guru oleh Dosen Ahli 1 . 166

C10 Pengisian Lembar Kevalidan Penilaian LKS Guru oleh Dosen Ahli 2 . 168

C11 Pengisian Lembar Kevalidan Penilaian LKS Siswa oleh Dosen Ahli 1 170

C12 Pengisian Lembar Kevalidan Penilaian LKS Siswa oleh Dosen Ahli 2 173

C13 Pengisian Lembar Kevalidan Lembar Observasi Keterlaksanaan oleh Dosen Ahli 1 ... 176

C14 Pengisian Lembar Kevalidan Lembar Observasi Keterlaksanaan oleh Dosen Ahli 2 ... 180

C15 Pengisian Lembar Penilaian RPP oleh Guru Matematika ... 184

C16 Pengisian Lembar Penilaian LKS oleh Guru Matematika ... 186

C17 Pengisian Lembar Penilaian LKS ole Siswa ... 188

C18 Pengisian Lembar Kevalidan Lembar Observasi Keterlaksanaan oleh Observer ... 191

C19 Pengisian Pre-Test ... 194

C20 Pengisian Post-Test ... 196

LAMPIRAN D ... 199

D1 Hasil Analisis Penilaian RPP oleh Dosen Ahli ... 200

D2 Hasil Analisis Penilaian LKS oleh Dosen Ahli ... 202

D3 Hasil Analisis Penilaian RPP oleh Guru Matematika ... 203

D4 Hasil Analisis Penilaian LKS oleh Guru Matematika ... 204

D5 Hasil Analisis Penilaian LKS oleh Siswa ... 205

D6 Hasil Analisis Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran ... 206

D7 Hasil Analisis Penilaian Tes Prestasi Siswa ... 208

LAMPIRAN E ... 209

E1 Surat Keterangan Validasi ... 210

E2 Surat Ijin Penelitian dari FMIPA UNY ... 211

E3 Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Daerah DIY ... 212


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari tahun ke tahun kurikulum di Indonesia mengalami banyak perubahan.

Kurikulum yang sekarang ini digunakan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Akan tetapi, masih terdapat satuan pendidikan yang masih mengunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum yang digunakan sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi. KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan. Panduan pengembangan kurikulum KTSP yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mempunyai tujuan yang salah satunya adalah memberikan kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, menyenangkan (Rusman, 2008: 472). Dengan demikian KTSP menuntut setiap


(20)

2

sekolah agar dapat mengembangkan dan meningkatkan proses pembelajaran secara aktif dan mandiri.

Sekarang ini pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja tetapi juga ikut serta memberikan pelatihan dalam berbagai program keahlian sesuai dengan dunia kerja saat ini atau dengan kata lain siswa yang telah lulus SMK diharapkan siap kerja. Hal tersebut berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Oleh karena itu pendidikan SMK tidak hanya dirancang untuk meningkatkan potensi afektif, kognitif, dan psikomotor peserta didik berkembang secara optimal, tetapi juga dirancang agar dapat menyiapkan peserta didik menjadi manusia produktif yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup untuk nantinya memasuki dunia kerja.

Berangkat dari hal di atas maka peserta didik SMK harus dapat menyelesaikan seluruh mata pelajaran dan program diklat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Mata pelajaran tersebut terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif.

Matematika sendiri merupakan salah satu mata pelajaran dalam kelompok adaptif yang dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian kerja. Siswa dibekali mata


(21)

3

pelajaran matematika dengan tujuan untuk menyiapkan lulusan menjadi tenaga kerja terampil dan memiliki bekal penguasaan profesi. Materi matematika yang dipilih harus disesuaikan dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, sifat esensial materi, dan kegunaannya dalam dunia kerja.

Dalam pembelajaran matematika, siswa sebaiknya dibiasakan untuk mendapatkan pemahaman dari pengalaman melalui proses mengidentifikasi sifat-sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki dari suatu objek matematis. Dengan adanya hal ini, dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan media yang banyak melibatkan siswa dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial sehingga tercipta pembelajaran matematika yang aktif dan kreatif serta mandiri.

Terkait dengan menciptakan pembelajaran matematika yang aktif dan kreatif, serta mandiri, kehadiran perangkat pembelajaran sangatlah penting sebagai pendukung proses pembelajaran. Dengan adanya perangkat pembelajaran yang baik akan membantu guru beserta siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara runtut dan sistematis.

Salah satu perangkat pembelajaran yang harus ada di setiap pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang penting karena dengan menggunakan RPP guru mempunyai pedoman dalam melakukan pembelajarannya. Selain itu, RPP disusun dengan tujuan agar pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan secara sistematis, efektif, menyenangkan dan dapat membuat siswa merasa tertantang dalam mengikutinya. RPP yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran


(22)

4

oleh guru seharusnya disusun sendiri oleh guru yang bersangkutan dan benar-benar dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu perlu diadakan suatu pengembangan RPP sehingga dapat membantu proses pembelajaran yang dilakukan berjalan lebih baik.

Agar dapat tercipta pembelajaran yang baik, guru juga harus memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif dalam setiap pembelajaran yang dilakukan. Keaktifan dan kemandirian siswa harus tampak dalam setiap proses pembelajaran, atau dengan kata lain siswa menjadi subjek belajar. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru agar siswa dapat berperan aktif dan mandiri untuk mengembangkan pengetahuannya adalah dengan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS menyajikan materi secara ringkas dan sistematis, sehingga siswa dapat dengan mudah mengkontruksi informasi-informasi yang disampaikan. LKS juga dapat digunakan siswa untuk menemukan suatu konsep secara mandiri dengan memecahkan setiap masalah yang ada didalamnya. Selain itu, LKS juga menyediakan soal yang beragam sehingga dapat meningkatkan pengalaman siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari maupun persoalan yang abstrak.

Salah satu permasalahan dalam pembelajaran di SMK adalah waktu tatap muka di kelas lebih sedikit dibandingkan satuan pendidikan lainnya, hal ini dikarenakan siswa SMK wajib mengikuti praktik kerja industri, sehingga waktu yang digunakan untuk tatap muka harus tersita dengan praktik kerja industri tersebut. Perbedaan waktu tatap muka menuntut siswa SMK untuk dapat belajar secara mandiri. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam pembelajaran


(23)

5

matematika, khususnya dalam hal bahan ajar yang mampu membantu siswa untuk belajar secara mandiri.

Peneliti mengadakan wawancara dengan guru matematika guna mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran di SMK Piri 3 Yogyakarta. Hasil dari wawancara menunjukkan bahwa situasi dan kondisi proses pembelajaran, guru masih mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran bahkan guru harus menjelaskan berulang-ulang untuk memahamkan materi pelajaran kepada siswa, siswa mengalami kesulitan belajar matematika karena belum dapat membangun sendiri pengetahuannya terkait materi pembelajaran yang diajarkan, siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep matematika yang diajarkan karena metode mengajar yang digunakan oleh pendidik adalah metode ceramah.

Metode ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari sesorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan (Suherman, 2001: 169). Hal ini juga terjadi di SMK Piri 3 Yogyakarta. Guru sebagai pusat pembelajaran aktif menjelaskan materi di depan kelas sementara siswa hanya memperhatikan dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, sehingga siswa bersifat pasif saat pembelajaran berlangsung. Hal ini bertentangan dengan Standar Proses dalam Peraturan Menteri Nomor 42 Tahun 2007, dimana pembelajaran harus melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang belum melibatkan proses mental


(24)

6

dan fisik membuat siswa pasif dan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar matematika serta belum mampu memecahkan masalah secara mandiri.

Dapat dikatakan bahwa semua materi matematika menuntut adanya kemampuan pemecahan masalah yang baik, salah satunya adalah materi program linear. Materi ini akan berguna bagi siswa SMK untuk nantinya menjadi dasar pemikiran memulai dunia usaha.

Seiring dengan pengembangan RPP dan LKS yang harus dilakukan oleh setiap pendidik, pemilihan metode pembelajaran disetiap kegiatan belajar haruslah tepat. Metode pembelajaran harus mampu menciptakan suatu interaksi secara aktif antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan objek belajar sehingga dapat membuat siswa secara mandiri menemukan konsep dari materi yang diajarkan. Selain itu, guru sebagai fasilitator dan pemberi dorongan semangat belajar kepada siswa. Guru diharapkan mempergunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang menarik dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif.

Pada materi sistem persamaan linear, siswa kesulitan dalam menterjemahkan soal cerita ke dalam bahasa matematika yang selanjutnya menyelesaikan dengan metode eliminasi dan substitusi. Pada materi program linear siswa mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya ketertarikan siswa dengan metode yang digunakan dalam penyampaian materi program linear. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah. Metode ini diterapkan di semua materi pelajaran, sehingga siswa merasa bosan dengan metode yang digunakan oleh guru. Hal lain yang menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian adalah pengamatan peneliti selama mengikuti Praktik


(25)

7

Pengalaman Lapangan di salah satu SMK PIRI 3 Yogyakarta. Berdasarkan pengamatan tersebut, diperoleh fakta bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran belum memusat kepada siswa dan hanya berisi kegiatan yang dilakukan guru selama pelajaran, lembar kerja siswa yang digunakan hanya berisikan kumpulan soal, proses pembelajaran cenderung berpusat kepada guru, dan peserta didik SMK lebih berminat terhadap mata pelajaran yang berkaitan dengan suatu praktik dimana pelajaran tersebut masuk ke dalam kelompok produktif. Atas pertimbangan itulah, peneliti berupaya meningkatkan prestasi siswa SMK pada materi program linear dengan cara memberi peserta didik sebuah proyek berupa praktik langsung yang nantinya akan mengantarkan peserta didik pada sebuah konsep. Oleh karena itu, perlu usaha-usaha nyata yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut agar siswa mudah menguasai konsep matematika yang dipelajari, siswa semakin berminat dan termotivasi dalam belajar matematika. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dipilih dan dikembangkan oleh guru adalah metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL).

Project Based learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media (Hosnan, 2014: 319). Project Based Learning (PjBL) diduga dapat meningkatkan prestasi matematik siswa. Alasan dipilihnya PjBL adalah karena objek penelitian kali ini adalah siswa SMK, aktivitas-aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model PjBL diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata dan kecakapan hidup bagi siswa. Selain itu PjBL juga


(26)

8

memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, memecahkan masalah, bersifat students centered, dan menghasilkan produk nyata berupa hasil proyek.

Berdasarkan uraian di atas, sangat menarik dan penting untuk dilakukan suatu penelitian mengenai penggunaan PjBL dalam pembelajaran matematika yang dituangkan dalam judul “Pengembangan Bahan Ajar dengan Pendekatan Project Based Learning pada Materi Program Linear untuk Siswa Kelas X SMK”. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah RPP dan LKS.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru. 2. Guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. 3. Siswa masih terlihat pasif selama proses pembelajaran.

4. Belum tersedianya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada siswa. RPP yang ada hanya berisikan kegiatan yang dilakukan guru selama pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada belum tersedianya bahan ajar yang berpusat pada siswa dengan pendekatan project based learning pada materi program linear untuk siswa kelas X SMK.


(27)

9 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas bahan ajar (RPP dan LKS) dengan pendekatan Project Based Learning pada materi Program Linear untuk siswa Kelas X SMK ditinjau dari kevalidan, kepraktisan dan keefektifan?

E. Tujuan Pengembangan

Tujuan dalam penelitian ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan Project Based Learning pada materi Program Linear untuk siswa Kelas X SMK yang valid, praktis, dan efektif.

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini adalah bahan ajar berupa lembar kerja siswa matematika kelas X semester 2 dengan pendekatan pembelajaran project based learning pada materi Program Linear. Spesifikasi lembar kerja siswa mata pelajaran matematika kelas X semester 2 adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa.

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa dibuat berdasarkan pendekatan pembelajaran project based learning baik standar kompetensi, kompetensi dasar, serta cakupan materi yang mengacu pada


(28)

10

silabus kurikulum yang berlaku di sekolah yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

3. Materi yang disediakan yakni materi program linear kelas X semester 2.

G. Manfaat Pengembangan

Pengembangan ini memiliki beberapa manfaat antara lain: 1. Bagi siswa

Tersedianya RPP dan LKS berbasis Project Based Learning pada materi Program Linear yang dapat digunakan siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa semakin termotivasi untuk belajar.

2. Bagi guru

Menambah referensi sumber belajar dalam bentuk RPP dan LKS sehingga memotivasi guru untuk mengembangkan RPP dan LKS yang lebih menarik lainnya.

3. Bagi peneliti

Memberikan masukan kepada mahasiswa dalam mengembangkan RPP dan LKS yang menarik sehingga RPP dan LKS yang ada sekarang dapat dikembangkan lebih baik lagi.


(29)

11

H. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian Pengembangan

Asumsi dalam penelitian dan pengembangan bahan ajar matematika berupa lembar kerja siswa matematika kelas X semester 2 dengan pendekatan pembelajaran project based learning ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar matematika berupa lembar kegiatan siswa menggunakan pendekatan pembelajaran project based learning pada materi program linear dapat menjadikan siswa mampu menemukan model matematika, daerah penyelesaian dan nilai optimum dari setiap permasalahan yang berkaitan dengan materi program linear yang diajarkan.

2. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan baik dan sesuai perintah, sehingga lembar kegiatan siswa yang menggunakan pendekatan dengan pembelajaran project based learning ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi program linear.

3. Siswa dapat bekerja secara aktif, baik secara individu maupun diskusi kerja kelompok.

Keterbatasan dalam penelitian dan pengembangan bahan ajar matematika berupa lembar kerja siswa matematika kelas X semester 2 dengan pendekatan pembelajaran project based learning ini adalah sebagai berikut:

1. Produk bahan ajar yang dihasilkan berupa lembar kegiatan siswa yang berisikan kegiatan atau praktik yang dilakukan siswa terbatas pada materi program linear.

2. Subjek uji coba bahan ajar terbatas pada siswa Kelas X-MM SMK Piri 3 Yogyakarta semester 2 tahun ajaran 2015/2016.


(30)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika 1. Belajar

Menurut Reber (Sugihartono, 2007: 74), belajar dapat didefinisikan dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar sebagai kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Selanjutnya, menurut Fontana (Suherman, et al., 2003: 7-8), belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Jadi, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif tetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Moore (2009: 6) menyatakan bahwa salah satu teori belajar yang mendasari matematika adalah konstruktivisme. Konstruktivisme pada dasarnya adalah teori tentang bagaimana orang belajar. Van de Walle (2007: 2) berpendapat bahwa konstruktivisme menolak gagasan bahwa anak-anak merupakan papan tulis kosong. Mereka tidak hanya menyerap ide-ide yang dipresentasikan oleh gurunya melainkan mereka menciptakan dan membangun pengetahuannya sendiri.

Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang memandang bahwa pengetahuan individu berasal dari proses membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman dalam sistem kognisi individu (Suranto, 2008: 1). Sedangkan, Moore


(31)

13

(2009: 5) mengungkapkan “the constructivist theory views learners a active participants in their own learning”. Hal tersebut berarti bahwa teori konstruktivis memandang peserta didik sebagai peserta aktif dalam pembelajarannya sendiri.

Jadi berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses mengkontruksi dan menghubungkan apa yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki berdasarkan pengalaman dan interaksi aktif dalam lingkungan, sehingga dapat memperoleh berbagai kompetensi, keterampilan, sikap, dan pengetahuan baru..

2. Pembelajaran

Menurut Sudjana sebagaimana dikutip Sugihartono (2007: 80-81), pembelajaran adalah setiap upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan belajar. Nasution mendefinisikan pembelajaran sebagai aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa sehingga terjadi proses belajar (Sugihartono, 2007: 80). Menurut Trianto (2010: 17), pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jadi dari pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar dengan cara mengorganisasi lingkungan dan menghubungkannya dengan siswa. Guru berperan


(32)

14

penting sebagai fasilitator dan dituntut untuk kreatif dalam mengorganisasikan suasana belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang keilmuan yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Kennedy, Tipps & Johnson (2008: 55) menyatakan bahwa “mathematical meaning is constructed by the learner rather than imparted by the teacher”. Menurut Marsigit (2013, 3-4) matematika dibedakan menjadi dua yaitu matematika formal dan matematika sekolah. Matematika formal adalah matematika yang dipelajari dan dikembangkan oleh para matematikawan murni di perguruan tinggi. Matematika sekolah adalah matematika yang dipelajari di pendidikan dasar dan menengah. Menurut Johnson & Rising (Suherman dkk, 2003: 16) menyebutkan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan dan pembuktian yang logis.

Matematika juga dapat disebut sebagai bahasa yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat yang direpresentasikan dengan bahasa simbol mengenai ide-ide. Menurut Hollands (1995: 81), matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Suriasumantri (2005 : 89) matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat digaris bawahi bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pola berpikir logis


(33)

15

mengenai ide-ide berupa simbol yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat.

4. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran di sekolah berfungsi untuk membelajarkan suatu konsep yang terkandung dalam mata pelajaran, salah satunya matematika. Sesuai dengan teori belajar Gestalt (Fathani, 2012: 9), dalam pembelajaran matematika perlu ada penekanan atau pemahaman mengenai gambaran belajar matematika secara keseluruhan, baru kemudian dilanjutkan dengan mempelajari matematika secara lebih terperinci. Menurut Walle, Karp, & Wlliams (2014: 14) suasana kelas yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika adalah:

a. Ketekunan, usaha, dan konsentrasi sangat dibutuhkan dalam belajar matematika.

b. Siswa menyampaikan pendapatnya. Pendapat dari setiap siswa sangatlah penting dan mendengarkan perbedaan pendapat akan membantu siswa untuk menentukan strategi yang lebih baik.

c. Siswa saling mendengarkan.

d. Kesalahan atau strategi yang tidak berjalan merupakan kesempatan untuk belajar. Proses penyelesaian permasalahan dalam matematika meliputi pengamatan dan refleksi, jadi menemukan kesalahan merupakan hal yang


(34)

16

biasa. Siswa akan mencoba untuk mencari strategi lain agar permasalahan dapat terselesaikan dengan tepat.

e. Siswa mencari dan mendiskusikan hubungan. Siswa harus mencari hubungan antara strategi yang satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan permasalahan dan hubungan konsep matematika dengan kehidupan nyata. Ketika siswa melakukan hal tersebut siswa akan melihat bahwa matematika itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses atau aktivitas yang dilakukan untuk melatih kemampuan siswa dalam bidang matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk membangun kemampuan siswa dalam belajar matematika. Oleh karena itu, guru matematika harus mampu membuat suasana yang nyaman saat pembelajaran berlangsung. Adanya suasana yang baik maka akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengerjakan masalah matematika. Dalam hal ini, pembelajaran matematika yang dilakukan seperti mengulang dan menambah materi yang telah dipelajari oleh siswa.

B. Project Based Learning (PjBL)

1. Pengertian Project Based Learning (PjBL)

Klein, et al, (2009: 8) menyatakan bahwa “project-based learning is the instructional strategy of empowering learners to pursue content knowledge on their own and demonstrate their new understandings through a variety of presentation modes”. Ini artinya pembelajaran berbasis proyek adalah


(35)

17

pembelajaran yang membuat peserta didik untuk memahami pengetahuan mereka sendiri dan menunjukkan pemahaman baru mereka melalui berbagai cara presentasi. Rais (2010: 4) Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks seperti memberi kebebasan pada peserta didik untuk bereksplorasi merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan suatu hasil produk. Project Based Learning (PjBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan suatu proyek atau kegiatan media untuk belajar.

Patton (2012: 13) menyatakan bahwa “project-based learning refers to students designing, planning, and carrying out an extended project that produces a publicly-exhibited output such as a product, publication, or presentation”. Ini berarti pembelajaran berbasis proyek mengacu pada siswa untuk merancang, perencanaan, dan pelaksanaan proyek yang menghasilkan output publik dipamerkan seperti produk, publikasi, atau presentasi. Project Based Learning (PjBL) atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media(Hosnan, 2014: 319).

Project Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Proyek ini merupakan pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu yang bertujuan agar kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat. Menurut Hosnan (2014: 319-321) Project Based Learning (PjBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai


(36)

18

langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam aktivitas secara nyata. Warsono & Hariyanto (2014: 154) menyatakan pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu pembelajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan suatu proyek sekolah. Menurut Wena (2011: 144) pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

Terlepas dari perbedaan pendapat para ahli terhadap pendefinisian project based learning, dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian PjBL adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan proyek kegiatan sebagai saran pembelajaran untuk mencapai kompetensi dalam memecahkan masalah berdasarkan pengalaman yang nyata.

2. Karakteristik Project Based Learning (PjBL)

Pembelajaran berbasis proyek berpotensi besar dalam memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik bermakna bagi siswa. Menurut Wena (2011: 145) pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.

b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. c. Siswa merancang atau mendesain proses untuk mencapai hasil.


(37)

19

d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.

e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.

f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka jalankan. g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Berdasarkan karakteristik tersebut PjBL merupakan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan tingkat berpikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga memungkinkan mereka untuk beraktivitas dengan keterampilannya. Pembelajaran dengan pendekatan ini juga memusatkan pembelajaran kepada siswa.

3. Prinsip-Prinsip Project Based Learning (PjBL)

Sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran, menurut Thomas (Wena, 2011: 145) pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu (a) keterpusatan (centrality), (b) berfokus pada pertanyaan atau masalah (driving question), (c) investigasi kontruksif atau desain (contructivisme investigation), (d) otonomi (otonomy), dan (e) realistis (realism).

a. Keterpusatan (centrality)

Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran. Proyek dalam PjBL adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran, dimana siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu ilmu melalui proyek.


(38)

20

b. Berfokus pada pertanyaan atau masalah (driving question)

Proyek berfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti ataupun pokok dari suatu bidang tertentu. Dalam hal ini, kerja proyek dapat menumbuhkan kemandirian siswa.

c. Investigasi kontruksif atau desain (contructivisme investigation)

Proyek melibatkan siswa dalam investigasi konstruktif. Investigasi dapat berupa proses perancangan atau desain, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, diskoveri, atau pembentukan model. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

d. Otonomi (otonomy)

Proyek PjBL mengutamakan otonomi, yaitu siswa diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan waktu kerja sendiri dan bertanggung jawab. Siswa lebih diberikan kesempatan untuk mengerjakan proyek sesuai dengan minat dan kemampuan. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.

e. Realistis (realism)

Proyek merupakan suatu yang nyata. Pembelajaran berbasis proyek mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan yang autentik, bukan dibuat-buat, dan hasil kerja dapat diimplementasikan di lapangan. Dalam hal ini guru harus mampu menggunakan dunia nyata


(39)

21

sebagai sumber belajar siswa. kegiatan ini dapat meningkatkan motivasi, kreativitas, dan kemandirian siswa dalam pembelajaran

4. Langkah-Langkah Project Based Learning (PjBL)

Secara umum langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai (Hosnan. 2014: 325) berikut :

Bagan 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

(Sumber: Hosnan, 2014: 325)

Berdasarkan bagan tersebut langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dapat diuraikan menjadi :

a. Penentuan proyek

Siswa diberi kesempatan untuk memilih/menentukan dikerjakan baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan oleh guru.

b. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek

Siswa merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek sampai akhir beserta pengelolaannya.

c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek 1. Penentuan Proyek 2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek 3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek 4. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru 5. Penyusunan laporan dan presentasi hasil proyek 6. Evaluasi proses


(40)

22

Melalui pendampingan guru, siswa dapat melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancang.

d. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru

Siswa dapat melakukan kegiatan proyek yang dilakukan dengan cara membaca, meneliti, observasi, interviu, merekam, berkarya seni, mengunjungi obyek proyek, daan akses internet sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan melakukan monitoring.

e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek

Hasil proyek dapat berupa produk karya tulis, karya seni dan teknologi. f. Evaluasi proses dan hasil proyek

Pada tahap ini, dilakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas siswa yang dilanjutkan dengan pemberian umpan balik terhadap produk yang telah dihasilkan.

5. Manfaat Project Based Learning (PjBL)

Pembelajaran berbasis proyek memiliki manfaat sebagai berikut : a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran. b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

c. Membuat siswa aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.


(41)

23

6. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning (PjBL)

Project based learning atau pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai kelebihan menurut Warsono & Hariyanto (2014: 157), yaitu :

a. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. c. Memperbaiki keterampilan menggunakan media pembelajaran.

d. Meningkatkan semangat dan keterampilan kerkolaborasi atau kerja sama. e. Meningkatkan keterampilan dalam manajemen berbagai sumber daya.

Sedangkan kelemahan dari project based learning atau pembelajaran berbasis proyek menurut Satrianawati (2014: 502-503; Vol 2 No 1) yaitu:

a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

c. Banyak peralatan yang harus disediakan.

d. Ada kemungkinan siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

e. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

C. Pengembangan Bahan Ajar 1. Pengembangan

Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah atau tahapan-tahapan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak atau lebih luas dan dapat pula menjadi lebih baik dari hasil yang telah dibuat yang tidak selalu berbetnuk benda atau perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu


(42)

24

pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetap bisa juga perangkat lunak (software) seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, menajemen dan lain-lain (Nana, 2008: 164-165). Menurut Gay (Ghufron, dkk, 2007: 5) pengembangan yang digunakan misalnya dalam dunia pendidikan dapat berupa materi pembelajaran, media, strategi, atau materi lainnya dalam pembelajaran untuk digunakan di sekolah, bukan untuk menguji teori.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pengembangan adalah suatu proses yang berisik tahapan-tahapan yang menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Pengembangn ini dilakukan untuk menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.

2. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Menurut Majid (2013: 173), bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Menurut Lestari (2013: 1), bahan ajar sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Bahan ajar adalah materi pembelajaran yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mencapai kompetensi (Widodo & Jasmadi, 2008: 40).


(43)

25

Berdasarkan beberapa pengertian bahan ajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan segala macam bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar di kelas dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

3. Bentuk Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Menurut Majid (2013: 175), bahan ajar dikelompokkan menjadi empat yaitu : a. Bahan ajar cetak (printed)

Bahan ajar cetak dapat diartikan sebagai perangkat bahan yang memuat materi atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dituangkan dengan menggunakan teknologi cetak.

b. Bahan ajar dengar (audio)

Bahan ajar dengar (audio) merupakan salah satu bahan ajar non cetak yang didalamnya mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada siswanya guna membantu mereka menguasai kompetensi tertentu.

c. Bahan ajar pandang dengar

Bahan ajar pandang dengar merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi, yaitu visual dan audio.

d. Bahan ajar interaktif

Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video).


(44)

26 4. Fungsi Bahan Ajar

Fungsi bahan ajar untuk guru adalah untuk mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran. Sedangkan bagi siswa sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Menurut Lestari (2013: 7), bahan ajar berfungsi sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran. Bahan ajar dapat berfungsi sebagai sumber belajar siswa secara mandiri. Selain itu, dengan adanya bahan ajar akan menghemat waktu guru dalam mengajar dan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1. Pengertian RPP

Menurut Trianto (2010: 214), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam sekenario kegiatan. RPP yang dimaksud merupakan RPP yang berorientasi pada pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Munthe (2014: 200), RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan suatu pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh guru di dalam pembelajarannya untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.


(45)

27

RPP yang disusun dalam pembelajaran harus memperhatikan karakteristik peserta didik, sehingga harus menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat agar hasil dari pembelajaran yang dilakukan dapat maksimal.

2. Fungsi RPP

Trianto (2012: 108) menyatakan bahwa terdapat dua fungsi dari RPP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan RPP adalah RPP dapat mendorong guru lebih siap dalam melakukan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Fungsi pelaksanaan adalah RPP dapat mengefektifkan proses pembelajaran karena RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual.

3. Tujuan RPP

Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah memberi gambaran guru sehingga proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih mudah dan sistematis. Selain itu, dengan adanya RPP guru juga akan berusaha memodifikasi setiap proses pembelajaran yang dilakukannya sehingga tidak monoton dan membosankan.

4. Komponen RPP

Komponen yang menjadi penyusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut Lestari (2013: 72-77) meliputi :

a. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran dan jumlah pertemuan.


(46)

28 b. Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran tertentu.

c. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusun indikator kompetensi. d. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.

e. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil yang diharapkan tercapai sesuai dengan kompetensi dasar yang ada.

f. Materi Ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan, dan ditulis sesuai dengan rumusan dari indikator pencapaian kompetensi.

g. Alokasi Waktu

Alokasi waktu ditemtukan sesuai dengan keperluan pencapaian KD dan beban belajar.


(47)

29 h. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat mencapai kompetensi dasar atau indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada mata pelajaran tertentu.

i. Kegiatan Pembelajaran 1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

2) Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai suatu KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berperan aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan akhir dalam suatu pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.


(48)

30

Prosedur instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi yang mengacu pada standar penilaian.

k. Sumber Belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.

5. Langkah-Langkah Penyusunan RPP

Adapun langkah-langkah penyusunan atau pengembangan RPP adalah sebagai berikut (Munthe, 2014: 200-201):

a. Mengisi kolom identitas.

b. Menentukan alokasi waktu pertemuan. c. Menentukan SK/KD serta indikator.

d. Merumuskan tujuan sesuai SK/KD dan indikator. e. Mengidentifikasi materi ajar.

f. Menentukan pendekatan, model dan metode pembelajaran. g. Menentukan langkah-langkah pembelajaran.

h. Menentukan alat/bahan/sumber belajar. i. Menyusun kriteria penilaian.

E. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS

Menurut Diknas Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Prastowo, 2011: 203) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas


(49)

31

yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Sedangkan Majid (2013: 176) menyatakan bahwa lembar kerja siswa adalah lembaran-lembaran yang berisikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

LKS memuat sekumpulan kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan suatu kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian tertentu. Menurut Arsyad (2011: 78), LKS merupakan lembar kegiatan bagi siswa dalam kegiatan untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tertentu. Dengan adanya lembar kerja siswa akan memudahkan guru dalam melaksanaan pembelajaran dan memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diajarkan.

Dari beberapa pengertian LKS di atas, dapat disimpulkan bahwa lembar kegiatan siswa (LKS) merupakan suatu kumpulan panduan atau petunjuk bagi siswa untuk melakukan suatu tugas tertentu melalui proses penyelidikan ataupun pemecahan masalah sehingga siswa dapat mencapai suatu kompetensi dasar tertentu.

2. Fungsi, Tujuan dan Manfaat LKS

Mengingat pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran, maka kita tidak bisa lepas dari pengkajian tentang fungsi, tujuan, dan manfaat LKS. Berikut penjelasan mengenai kajian tersebut (Prastowo, 2011: 205-207):


(50)

32

1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan;

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; dan 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

b. Tujuan LKS

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk memberi interaksi dengan materi yang diberikan;

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan;

3) Melatih kemandirian belajar peserta didik; dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

c. Manfaat LKS

1) Memancing peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. 2) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3) Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.

4) Melatih siswa untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis. 5) Mempercepat proses pembelajaran


(51)

33 F. Program Linear

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Standar Isi 2006, materi SMK Kelas X Semester II membahas materi program linear. Standar kompetensi untuk materi pokok program linear adalah menyelesaikan masalah program linear. Kompetensi dasar pada materi pokok program linear antara lain membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear, menetukan model matematika dan soal cerita, menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear, menerapkan garis selidik. Namun dalam penelitian ini hanya kompetensi dasar menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear saja yang menjadi fokus utama. Walaupun demikian untuk mempelajari nilai optimum dari suatu sistem pertidaksamaan linear, peserta didik perlu dibekali materi tentang cara menentukan model matematika dari soal cerita.

Program linear adalah suatu metode atau cara untuk mencari nilai maksimum atau minimum dari suatu bentuk objektif pada daerah yang dibatasi oleh suatu sistem pertidaksamaan linear. Dari daerah yang membatasi sistem pertidaksamaan linear itu terdapat sebuah penyelesaian yang memberikan hasil terbaik yang disebut penyelesaian optimum.

Sesuai standar KTSP 2006, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang dikembangkan pada materi Program Linear sebagai berikut :


(52)

34

Tabel 1. SK, KD, dan Indikator dalam KTSP 2006 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 1. Menyelesaikan

masalah program linier

1.2Menentukan model matematika dari soal cerita (kalimat verbal)

a. Menjelaskan

pengertian model matematika

b. Menentukan model matematika dari suatu masalah program linear. c. Menentukan daerah

penyelesaian dari suatu masalah program linear. 1.3Menentukan nilai

optimum dari sistem

pertidaksamaan linier

a. Menentukan titik optimum dari daerah himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier.

b. Menentukan nilai optimum dari fungsi obyektif.

G. Model Pengembangan Bahan Ajar 1. Model Pengembangan

Borg & Gall (1983: 772) mengungkapkan bahwa model penelitian pengembangan dalam pendidikan sebagai “a process used to develop and validate educational products“. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian adalah suatu proses


(53)

35

yang bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Ini berarti penelitian pengembangan dalam pendidikan berfungsi untuk mengembangkan suatu produk sebagai solusi bagi permasalahan pendidikan.

Model pengembangan perangkat pembelajaran RPP dan LKS ini akan menggunakan metode ADDIE yang meliputi lima tahap: Analysis (Analisis), Desain (Perencanaan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Mulyatiningsih (2012: 178) menyatakan bahwa model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluation. Tahap-tahap dari pengembangan ADDIE yaitu:

a. Analysis (Analisis)

Tahap analisis yaitu kegiatan untuk menetapkan tujuan dari pengembangan produk yang dikembangkan. Langkah analisis yang dilakukan yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa.

b. Desain (Perencanaan)

Tahap perencanaan yaitu tahapan terpenting pada pengembangan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan referensi dan gambar, penyuusnan rancangan bahan ajar.Tahap perencanaan yaitu tahapan terpenting pada pengembangan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan referensi dan gambar, penyusunan rancangan bahan ajar, dan penyusunan instrumen penilaian bahan ajar.

c. Development (Pengembangan)

Tahap pengembangan meliputi kegiatan pengembangan rancangan, validasi, dan revisi bahan ajar untuk mencapai bahan ajar yang diharapkan.


(54)

36 d. Implementation (Implementasi)

Tujuan utama tahap implementasi yang merupakan langkah realisasi bahan ajar yang telah dibuat. Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan uji coba.

e. Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap bahan ajar.

2. Kualitas Produk Pengembangan

Nieveen (1999: 126) menyatakan bahwa suatu produk pengembangan material kegiatan pembelajaran dikatakan berkualitas, jika memenuhi 3 aspek antara lain: 1) validasi, 2) kepraktisan, 3) keefektifan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini dikatakan baik dan berkualitas jika memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

a. Kevalidan

Nieveen (1997: 127) mengungkapkan bahwa:

the components of the material should be based on state-of-the-art knowledge (content validity) and all component should be consistently linked to each other (contruct validity), if the product meets these requirements it is consideres to be valid.

Ini artinya komponen material harus didasarkan pada aspek teoritisnya (validitas isi) dan semua komponen harus konsisten dihubungkan satu sama lain (validitas konstruk), jika produk memenuhi persyaratan ini itu dianggap valid. b. Kepraktisan


(55)

37

a characteristic of a high quality materials is that teachers consider the materials to be usable and that it is easy for teachers and students to use the material. This means that consistency should exist between the intended and perceived curriculum and the intended and operational curriculum. If both consistencies are in place, we call these materials practical”.

Ini artinya kepraktisan dilihat dari kemudahan bagi guru dan siswa dalam menggunakan bahan ajar. Ini dimaksudkan adanya konsistenan antara intended dan perceived curriculum dan intended and operational curriculum. Jika keduanya konsisten maka produk tersebut dikatakan praktis.

Berdasarkan pendapat di atas, maka tingkat kepraktisan dalam penilitian ini ditinjau dari kemudahan guru dalam menggunakan RPP dan LKS, kemudahan siswa dalam pembelajaran, dan keterlaksanaan di lapangan.

c. Keefektifan

Nieveen (1999: 127) menyatakan bahwa “a characteristic of high quality materials is that students appreciate the learning program and that desired learning takes place”. Ini artinya karakteristik tingkat keefektifan adalah siswa memberikan penghargaan terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat dan adanya keinginan siswa untuk terus menggunakan perangkat tersebut.

Bahan ajar yang dikembangkan dikatakan efekif jika hasil belajar siswa dapat memenuhi standar indikator ketercapaian materi yang telah ditentukan, serta hasil tes evaluasi belajar siswa menunjukkan tuntas secara klasikal dan di atas KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang ditetapkan sekolah.


(56)

38 H. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Vita Wijayanti (2014). Penelitian yang dilakukan berjudul

“Pengembangan Modul pada Materi Program Linear dengan Pendekatan Problem

Based Learning untuk Siswa SMK Kelas X”. Penelitian yang dilakukan menggunakan model pengembangan ADDIE dengan tujuan penelitian adalah menghasilkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning pada materi garis dan sudut dan untuk mengetahui kelayakan produk berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikategorikan layak.

Penelitian relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi Riandini Anggitya Budi (2014). Penelitian yang dilakukan berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika Materi Program Linear dengan Pendekatan Matematika Realistik untuk Siswa SMK Kelas X”. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pengembangan ADDIE dengan tujuan menghasilkan RPP dan LKS dengan pendekatan matematika realistic pada materi program linear untuk siswa SMK kelas X program keahlian Akuntansi yang memenuhi kriteria valid,praktis, dan efektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif, sehingga produk yang dikembangkan dikategorikan layak.

Penelitian relevan terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Melda Ariyanti (2015). Penelitian yang dilakukan berjudul “Perbandingan Keefektifan


(57)

39

Model Project-Based Learning dan Problem-Based Learning Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Minat Belajar Matematika

Siswa SMA Kelas XI”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan model project-based learning dan problem-based learning efektif dalam meningkatkan minat belajar matematika siswa pada bahasan statistika siswa kelas XI SMA.

I. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga jenjang Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K). Pada intinya tujuan siswa belajar matematika di sekolah adalah agar siswa mampu menggunakan atau menerapkan konsep matematika yang dipelajari untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Masih banyak siswa yang menyelesaikan masalah pada materi program linear masih sebatas menghafal, sehingga menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi kurang bermakna dan hasil belajar menjadi rendah. Hal ini juga dikarenakan kegiatan pembelajaran matematika hanya terfokus pada guru atau teacher centered. Oleh karena itu, guru harus memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah RPP dan LKS. Melalui RPP, guru merancang pembelajaran yang terpusat pada siswa. Guru memfasilitasi siswa melalui berbagai kegiatan dan membimbing siswa jika mengalami kebingungan. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah mengerjakan LKS. LKS berisi


(58)

40

tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk memperoleh pengetahuan. Pada kenyataanya, LKS yang digunakan oleh siswa masih berisi kumpulan-kumpulan soal.

Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS berbasis Project Based Learning (PjBL). PjBL memiliki karakteristik menggunakan masalah nyata sebagai materi belajar. Dengan penggunaan masalah nyata dalam pembelajaran, diharapkan siswa dapat lebih mudah untuk memahami materi sehingga hasil prestasi siswa pada materi program linear dapat meningkat.

Secara lebih rinci, model PBL mengikuti enam langkah utama yaitu: (1) menetapkan tema proyek, (2) merencanakan proyek, (3) menyusun jadwal aktivitas, (4) melaksanakan proyek, (5) penilaian terhadap hasil produk, dan (6) evaluasi. Keenam langkah tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam pengerjaan proyek, peserta didik dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang dituangkan dalam aktivitas belajar selama melaksanakan proyek membuat pembelajaran menjadi aktif karena setiap individu diberi kesempatan untuk menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim. Pembelajaran secara aktif dapat mendorong peningkatan aktivitas belajar peserta didik.

Pembelajaran dengan menggunakan model PBL memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdiskusi dalam kelompok, masing-masing kelompok harus bisa menjamin bahwa setiap anggota kelompoknya memahami materi yang dibelajarkan pada saat itu sehingga apabila semua kelompok memahami materi


(59)

41

maka peserta didik dapat mencapai ketuntasan klasikal yaitu sekurang-kurangnya 75% dari peserta didik nilainya mencapai KKM. Selain itu dengan diterapkannya model PBL akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik karena melalui proyek yang merupakan pusat dari strategi pembelajaran, peserta didik dituntut untuk terlibat dalam tugas-tugas pemecahan masalah serta pembelajaran khusus bagaimana menemukan dan memecahkan masalah ditambah lagi pembelajaran dengan model PBL dapat menarik minat peserta didik sehingga peserta didik akan termotivasi untuk terus bersemangat menggali pengetahuannya, sedangkan pada pembelajaran ekspositori guru hanya sebatas memberikan contoh-contoh soal, kegiatan pembelajaran lebih terpusat pada guru sehingga peserta didik lebih pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Diterapkannya model PBL juga akan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik karena semua aktivitas berpusat pada peserta didik. Guru dalam hal ini hanya bertugas sebagai fasilitator yang dituntut untuk memantau jalannya proyek. Melalui proyek tersebut, diharapkan peserta didik akan menemukan esensi dari materi yang sedang dipelajari dan meningkatkan prestasi siswa.


(60)

42

Bagan 2. Alur Kerangka Berpikir

J. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan kerangka piker dikemukakan di atas, maka diajukan beberapa pertanyaan penelitian yaitu;

1. Bagaimana kualitas kevalidan bahan ajar dengan pendekatan project based learning pada materi program linear yang dihasilkan?

2. Bagaimana kualitas kepraktisan bahan ajar dengan pendekatan project based learning pada materi program linear yang dihasilkan?

Pembelajaran Matematika di SMK Piri 3 Yogyakarta

Perangkat pembelajaran yang tersedia masih terbatas.

Pembelajaran berpusat pada guru.

Guru belum menggunakan PjBL dalam pembelajaran

Prestasi siswa pada materi Program Linear masih terbilang rendah.

Mengembangkan Perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) berbasis Project Based Learning (PjBL) pada materi Program Linear


(61)

43

3. Bagaimana kualitas keefektifan bahan ajar dengan pendekatan project based learning pada materi program linear yang dihasilkan?


(62)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk penelitian ini adalah bahan ajar program linear dengan pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP dan LKS.

B. Model Pengembangan

Model pengembangan bahan ajar RPP dan LKS ini akan menggunakan metode ADDIE yang meliputi lima tahap: Analysis (Analisis), Desain (Perencanaan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Mulyatiningsih (2012: 178) menyatakan bahwa model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluation. Kelayakan produk diuji berdasarkan kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

C. Prosedur Pengembangan

Berdasarkan model pengembangan di atas, maka tahap dari pengembangan RPP dan LKS yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(63)

45

Bagan 3. Skema Pengembangan Bahan Ajar

Analisis kebutuhan Analisis kurikulum Analisis karakteristik siswa

Analysis

Merancang garis besar isi modul Menyiapkan buku-buku referensi

Menentukan spesifikasi modul

Pengembangan bahan ajar

Menyusun instrumen penilaian modul

Revisi awal Produk awal

Validasi Tidak

Ya

Revisi akhir Masukan dan catatan Uji coba pembelajaran

Produk akhir

Implementation

Evaluation Delevop


(64)

46 1. Tahap Analisis (Analysis)

Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan atau syarat-syarat pengembangan. Langkah analisis yang dilakukan yaitu:

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran matematika, khususnya mempelajari materi program linear di SMK Piri 3 Yogyakarta. Analisis kebutuhan dapat diperoleh melalui observasi ataupun wawancara.

b. Analisis Kurikulum

Pada tahap ini dilakukan analisis kurikulum matematika SMK kelas X pada materi program linear di SMK Piri 3 Yogyakarta. Kurikulum yang digunakan di SMK Piri 3 Yogyakarta adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan kurikulum yang digunakan dalam penelitian. Analisis kurikulum meliputi mengidentifikasi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan indikator-indikator pencapaian kompetensi. Analisis ini merupakan dasar dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi program linear.

c. Analisis Karakteristik Siswa

Analisis karakteristik siswa dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik siswa SMK Piri 3 Yogyakarta kelas X. Analisis dilakukan dengan tanya jawab pada guru matematika yang mengampu kelas X.


(65)

47 2. Tahap Perancanaan (Design)

Dalam tahap ini, dilakukan perancangan model yang akan mendasari proses pengembangan. Beberapa langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Mengumpulkan buku referensi dan gambar-gambar yang relevan dengan materi program linear yang digunakan untuk menyusun bahan ajar.

b. Menyusun rancangan bahan ajar

Rancangan bahan ajar meliputi rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

c. Menyusun instrumen penilaian bahan ajar

Instrumen penilaian bahan ajar berupa lembar penilaian untuk dosen ahli dan guru terhadap RPP dan LKS serta lembar penilaian siswa terhadap LKS. 3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada tahap ini dilakukan realisasi kerangka produk menjadi produk yang siap untuk diimplementasikan. Selain itu juga dilakukan validasi dan revisi produk sehingga mengcapai tujuan yang diharapkan. Tahap pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini meliputi:

a. Pengembangan rancangan

Kegiatan pengembangan rancangan bahan ajar berupa RPP dan LKS dilakukan sesuai dengan perencanaan awal yang telah disusun. Pada tahap ini, diperoleh produk awal bahan ajar berupa RPP dan LKS dengan pendekatan project based learning pada materi program linear untuk siswa SMK kelas X.


(66)

48 b. Validasi

Validasi dilaksanakan untuk mengetahui kelayakan bahan ajar sebelum diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Validasi dilakukan oleh validator yang terdiri dari dua dosen ahli dan satu guru matematika SMK Piri 3 Yogyakarta.

c. Revisi

Bahan ajar berupa RPP dan LKS yang telah divalidasi oleh validator direvisi sesuai masukan dan saran. Setelah diperbaiki maka bahan ajar telah siap digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan ajar yang dikembangkan. Bahan ajar diujicobakan kepada siswa secara terbatas. Uji coba dilakukan untuk mengetahui kepraktisan LKS yang digunakan oleh siswa.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap ini dilakukan penilaian produk yang dikembangkan dan mengukur ketercapaian tujuan pengembangan produk. Pada tahap evaluasi, peneliti juga mengevaluasi hal yang terkit dengan bahan ajar antara lain:

a. Melakukan analisis dari hasil uji coba produk.


(67)

49 D. Uji Coba Produk

1. Uji Coba

Uji coba dilakukan untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan produk. Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan berupa RPP dan LKS dengan pendekatan project based learning pada materi program linear untuk siswa SMK kelas X yang akan diuji tingkat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya.

Kevalidan produk diketahui dari hasil penilaian dua dosen ahli dan seorang guru matematika SMK Piri 3 Yogyakarta. Kepraktisan produk diketahui dari hasil penilaian guru dan siswa kelas X SMK Piri 3 Yogyakarta. Keefektifan produk diketahui dari hasil pretest dan posttest siswa.

Rincian pelaksanaan uji coba produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Pelaksanaan Uji Coba RPP dan LKS

Uji coba ke- Tanggal Produk

1 22 April 2016 Pre-test

2 23 April 2016 LKS 2

3 29 April 2016 LKS 2

4 30 April 2016 LKS 3

5 9 Mei 2016 Post-test 2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Piri 3 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.


(1)

Program Linear – SMK Kelas X | 42 Seorang pedagang roti memiliki modal Rp60.000,00. Ia

merencanakanmenjual roti A dan roti B. Roti A dibeli dari agen Rp600,00 perbungkus, sedangkan roti B dibeli dari agen Rp300,00 per bungkus.

Keuntungan yang diperoleh pedagang itu adalah Rp150,00 untuksetiap penjualan sebungkus roti A dan Rp100,00 untuk setiappenjualan sebungkus roti B.

Oleh karena keterbatasan tempat, pedagang roti itu hanya akan menyediakan 150 bungkus roti. Tentukan keuntungan maksimumyang dapat diperoleh oleh pedagang. Berapa bungkus roti A dan roti Byang harus disediakan? Selesaikanlah masalah tersebut denganmenggunakan metode garis selidik.

KEGIATAN 1


(2)

(3)

(4)

Program Linear – SMK Kelas X | 45 Seorang pengembang akan membuat dua tipe rumah, yaitu

ukuran T21 dan T29. Untuk itu ia meminta uang muka masing-masing Rp 40.000.000,00 dan Rp 50.000.000,00 untuk setiap rumah. Ia menargetkan uang yang masuk paling sedikit Rp 2.200.000.000,00. Rumah yang akan ia bangun paling sedikit 50 unit untuk kedua tipe tersebut. Biaya membangun rumah tipe T21 adalah Rp 150.000.000,00 dan untuk T29 Rp 180.000.000,00. Tentukan biaya minimal yang harus disediakan.Selesaikanlah masalah tersebut denganmenggunakan metode garis selidik.

KEGIATAN 2


(5)

(6)