Duwet Syzygium cumini Pengaruh Kopigmentasi Terhadap Stabilitas Warna Antosianin Buah Duwet (Syzygium cumini)

matang ditaburi dengan garam dan diaduk dalam sebuah mangkuk tertutup untuk melunakkannya. Buah ini juga biasa diolah menjadi sari buah, jeli atau anggur. Gambar 1 Buah Duwet Syzygium cumini Anggur duwet diproduksi secara komersial di Filipina. Daunnya digunakan sebagai pakan. Bunganya mengandung banyak nektar yang dapat menghasilkan madu dengan kualitas baik. Kulit kayunya terasa sepat dan dapat digunakan sebagai obat kumur. Kulit buahnya dapat digunakan sebagai pewarna. Tepung bijinya bermanfaat untuk mengobati kencing manis, disentri, diare dan penyakit lain Verheij dan Coronel, 1997. Nilai gizi yang terkandung dalam buah duwet per 100 gramnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan nilai gizi buah duwet per 100 g Kandungan Jumlah satuan Air Protein Lemak Serat kasar Karbohidrat Abu 84 – 86 g 0.2 – 0.7 g 0.3 g 0.3 – 0.9 g 14 – 16 g 0.4 – 0.7 g Verheij dan Coronel 1997

2.2 Pewarna Alami

Warna didalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kualitas bahan pangan tersebut disamping tekstur, rasa dan atribut sensori lainnya Joshi dan Brimelow, 2002. Pewarna dalam produk pangan umumnya bertujuan: 1 memperbaiki penampakan makanan yang memudar akibat pengolahan; 2 memperoleh warna yang seragam pada komoditi yang warna alamiahnya tidak seragam; 3 memperoleh warna yang lebih baik daripada warna aslinya; 4 melindungi vitamin dan flavor yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan; 5 sebagai identitas produk dan 6 indikator visual dari kualitas Hendry, 1996; Francis, 2002. Menurut Levine 1978, warna merupakan karakteristik cahaya yang dapat diukur intensitas dan panjang gelombangnya. Suatu zat akan berwarna jika zat tersebut melakukan absorbsi selektif sinar yang masuk dan meneruskan sebagian sinar yang tidak diabsorbsi atau sinar yang lewat. Absorbsi timbul karena getaran elektron yang ada dalam molekul suatu zat dan elektron peka terhadap cahaya dengan frekuensi tertentu. Sedangkan, menurut Francis dan Cydesdale, 1975, warna adalah suatu sensasi rangsangan yang berkaitan dengan energi dalam bentuk sinar pada kisaran sinar tampak yang diterima oleh retina mata. Warna yang dapat dilihat oleh mata manusia merupakan sinar tampak pada kisaran panjang gelombang 380 – 780 nm. Warna suatu senyawa organik disebabkan oleh adanya gugus-gugus tertentu dalam molekulnya yang dikenal dengan gugus pembawa warna gugus kromofor. Dalam suatu senyawa zat warna, bagian dari molekul yang mengandung gugus kromofor disebut kromagen. Untuk menimbulkan warna cukup dengan adanya satu gugus kromofor pada inti. Suatu zat warna biasanya mengandung lebih dari satu gugus kromofor. Warna suatu senyawa akan menjadi gelap dengan bertambahnya berat molekul, khususnya dengan bertambahnya kromofor Woodroof et al., 1975. Warna yang tampak pada makanan dikarenakan dua hal, yaitu penambahan pewarna sintetis dan karena adanya pigmen alami atau tanpa tambahan bahan dari luar. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dapat diklasifikasikan menjadi zat pewarna alami dan zat pewarna sintetik DeMan, 1997; Winarno, 1997. Zat pewarna alami merupakan senyawa pewarna yang berasal dari sumber-sumber makhluk hidup seperti hewan dan tanaman. Zat pewarna sintetik merupakan senyawa pewarna yang dihasilkan melalui proses sintetik kimia.