I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara agraris memiliki kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor, diantaranya adalah sektor pariwisata. Pariwisata
merupakan salah satu sektor yang menjadi tumpuan bagi pemerintah guna meningkatkan kondisi perekonomian Negara. Wisatawan asing yang mengunjungi
objek-objek wisata di Indonesia akan mendatangkan devisa yang jumlahnya tidak sedikit. Selain itu, pariwisata juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan
kesempatan untuk berwirausaha. Sektor pariwisata adalah penyedia kesempatan kerja yang sangat dominan yakni sepuluh persen dari lapangan kerja di Indonesia dengan
jumlah tenaga kerja langsung 7,3 juta orang dan yang tidak langsung sebesar lima juta orang Santosa,2004. Peranan utama sektor pariwisata dalam hal perekonomian
Indonesia adalah fungsinya sebagai penambah devisa negara. Selama ini, sektor pariwisata selalu berada pada posisi kedua setelah sektor migas dalam perolehan
devisa negara. Hal ini ditunjukan pada tabel 1 mengenai penerimaan devisa negara selama tahun 2000 sampai 2005 dalam bentuk persentase. Berdasarkan tabel tersebut
terlihat bahwa perolehan devisa dari sektor pariwisata selalu menempati posisi ketiga teratas dibawah penerimaan devisa dari sektor migas. Hal ini membuat sektor
pariwisata merupakan sektor yang cukup berperan bagi perekonomian Indonesia.
Tabel 1. Persentase Sumber Penerimaan Devisa tahun 2000-2005 Sumber devisa
2000 2001
2002 2003
2004 2005
Migas 23,13
22,44 21,19
22,36 21,86
22,45 Pariwisata
9,25 9,64
7,87 6,61
6,70 5,28
Garmen 7,57
7,95 6,80
6,61 6,08
5,80 Tekstil
5,85 5,68
5,38 5,02
4,69 4,32
Sumber : Badan Pusat Statistik , 2005
Pada dekade terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia maupun di mancanegara menunjukan kecenderungan terus meningkat. Prospek sektor pariwisata
di masa yang akan datang pun sangat menjanjikan dan memberikan peluang besar, terutama apabila melihat angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional.
Berdasarkan perkiraan World tourism Organization 2002, jumlah wisatawan internasional akan mencapai 1,046 miliyar orang pada tahun 2010 dan 1,602 miliyar
orang pada tahun 2020. peluang ini akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar dua triliun US dollar pada tahun 2020.
Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian besar masyarakat Negara maju dan Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan sebagai akibat
meningkatnya pendapatan, aspirasi dan kesejahteraan, sehingga kunjungan wisata pun meningkat. Jumlah wisatawan yang mengunjungi objek-objek wisata di
Indonesia baik wisatawan asing maupun lokal cukup besar dan relative stabil yang dapat dilihat pada tabel 1. Penurunan jumlah wisatawan yang cukup besar hanya
terjadi pada tahun 2003 dengan jumlah wisatawan sebesar 4.577.052 orang. Hal ini diakibatkan oleh tragedy bom bali pada bulan oktober 2002 dan pemboman Hotel
Mariot pada bulan agustus 2003 yang menyebabkan beberapa Negara memberlakukan travel warning yang melarang warganya untuk berkunjung ke
Indonesia. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun 2004 jumlah wisatawan yang berkunjung kembali meningkat menjadi sebesar 5.432.518
orang Badan Pusat Statistik
Tabel 2. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Indonesia 2001-2007 Tahun
Kunjungan Wisatawan Asing
orang Wisatawan Lokal
orang Jumlah
orang 2001
5.153.625 103.884
5.257.504 2002
5.033.400 105.378
5.138.778 2003
4.467.021 110.031
4.577.052 2004
5.321.165 111.353
5.432.518 2005
5.002.101 112.701
5.114.802 2006
4.871.351 114.391
4.985.742 2007
5.505.759 116.107
5.621.866
Sumber: Badan pusat statistik, 2007 : angka sementara
Besarnya jumah wisatawan baik asing maupun lokal yang mengunjungi objek- objek wisata di Indonesia tersebut merupakan suatu tantangan dan peluang bagi para
pelaku usaha pariwisata untuk mengembangkan suatu usaha pariwisata yang menarik dan unik. Hal ini terjadi karena preferensi dan motivasi wisatawan terus berkembang
secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan
produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukan peningkatan yang pesat. Selain itu, kondisi perekonomian dan
persaingan global yang semakin kompleks menuntut kreatifitas pengembangan usaha yang kompetitif sesuai dengan keunggulan yang dimiliki. Agrowisata tercipta untuk
memenuhi tantangan sekaligus peluang tersebut. Agrowisata merupakan salah satu usaha agribisnis yang prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan perannya dalam
pembangunan ekonomi nasional dan dalam menghadapi persaingan global tersebut.
Subiyanto 2002, menjelaskan bahwa wisata agro merupakan kegiatan yang memiliki komponen lokal yang cukup dominan dan mempunyai pasar yang cukup
baik, mengingat adanya kecenderungan bagi masyarakat kota dan kaum intelektual untuk berpandangan kembali ke alam back to nature. Preferensi dan motivasi
wisatawan yang berkembang secara dinamis serta kecenderungan wisatawan untuk kembali ke alam menyebabkan pengembangan daya tarik wisata yang berbasiskan
alam menjadi sangat potensial Koswara, 2005. Kecenderungan lain yang terjadi
adalah pergeseran orientasi pasar wisatawan pada jenis-jenis produk wisata baru yang menekankan pada penghayatan yang lebih pada aspek kelestarian alam, lingkungan,
dan budaya Supriyadi, 2005. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk
menikmati objek-objek yang spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun pertanian modern dan spesifik
menunjukan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan sinyal tingginya permintaan akan wisata agro dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan
produk-produk agribisnis dalam bentuk kawasan maupun produk pertanian yang memiliki daya tarik spesifik.
Potensi dan daya tarik wisata agro Jawa Barat sangat beragam dan tersebar di wilayah Jawa Barat. Komoditas agro yang menjadi daya tarik umumnya merupakan
komoditas unggulan yang relatif dikenal masyarakat. Kekhasan komoditas pertanian tersebut bahkan juga mencirikan keunikan khas jawa barat. Budaya bercocok tanam,
budaya nelayan pesisir, termasuk berbagai upacara sebelum maupun saat panen tiba, upacara meminta keselamatan sebelum berangkat melaut, menambah daya tarik
wisata agro.
Tabel 3. Jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Jawa Barat 1999-2004 Tahun
Jumlah Wisatawan Orang Pendapatan Daerah Rp
1999 3.275.889
8.695.861.000 2000
3.050.639 6.085.245.000
2001 3.872.785
10.494.600.000 2002
3.062.999 14.796.152.036
2003 2.579.147
14.087.405.485 2004
6.192.847 27.981.763.482
Sumber: BPS,2005.
Pendapatan daerah dari kunjungan wisatawan yang datang ke Jawa Barat nilainya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 9,53.
Tahun 1999 sebesar Rp. 8.695.861.000 dan meningkat menjadi Rp. 27.981.763.482 pada tahun 2004. Kecenderungan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ini
merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan bagi agrowisata-agrowisata yang ada di Jawa Barat
Salah satu daerah kunjungan wisata di propinsi Jawa Barat adalah kabupaten Bogor, Kabupaten ini memiliki beragam jenis objek wisata mulai dari sektor
pertanian, suaka alam, wisata budaya dan lain-lain. Sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat, Kabupaten Bogor, merupakan wilayah yang memiliki potensi cukup
besar dalam mengembangkan wisata Agro dan merupakan salah satu bagian dari Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur Bopunjur dengan kegiatan utama
Agribisnis dan Pariwisata Dinas pertanian tanaman pangan, 2005. Pada tahun 2005- 2007 jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Bogor meningkat
dari sejumlah 1.770.981 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 2.120.405 orang pada tahun 2007 seperti yang terlihat pada tabel 4. Kecenderungan peningkatan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bogor menunjukan sektor pariwisata di bogor
semakin diminati oleh wisatawan. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pariwisata yang ada di Bogor, khususnya wisata agro.
Tabel 4. Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bogor tahun 2002-2007 Tahun
Wisatawan Nusantara
Wisatawan Mancanegara
Jumlah Pertumbuhan
Jumlah Wisatawan
persen
2002 1.793.720
42.515 1.836.235
- 2003
1.788.774 1504
1.790.278 -2,5
2004 1.498.321
18.028 1.516.349
-15,30 2005
1.747.584 23.397
1.770.981 16,79
2006 1.754.185
56.776 1.810.961
2,26 2007
2.096.344 24.061
2.120.405 14,59
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2007
1.2 Perumusan Masalah