25
2.2.6.3 Pembelajaran Bahasa Siswa Tunarungu
Siswa berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang sama dengan siswa- siswa pada umumnya, yaitu kebutuhan akan bahasa untuk berkomunikasi,
berinteraksi dan belajar. Seorang siswa tunarungu, pengembangan bahasanya akan sering sekali tertunda. Bagaimanapun siswa-siswa tunarungu mulai dari yang
ringan, sedang ataupun berat, dapat belajar berkomunikasi, sehingga cara bicaranya dapat dimengerti.
Siswa tunarungu biasanya berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Dalam hal ini isyarat terdapat dua macam, seperti menggunakan abjad jari dan isyarat
bahasa. Jika isyarat jari sudah dipatenkan secara internasional sedangkan isyarat bahasa tergantung pada bahasa yang digunakan masing-masing siswa tunarungu
Ramadhan 2012:12. Mereka memiliki simbol-simbol huruf atau bunyi yang diisyaratkan
dengan menggunakan gerakan tangan yang membantu mereka dalam berkomunikasi. Di sekolah, mereka akan diajarkan bahasa isyarat untuk
mempermudah mereka dalam berkomunikasi, namun tidak meninggalkan tujuan utama dari pembelajaran yang dilakukan, yaitu agar siswa tunarungu mampu
berbicara dengan baik, maka pembelajaran berbicara pun tetap dilakukan. Selain dengan bahasa isyarat, siswa-siswa tunarungu juga berkomunikasi
dengan cara melihat gerak bibir lip reading lawan bicaranya. Oleh karena itu ada yang menyebut siswa tunarungu dengan istilah “pemata”, karena matanya seolah-
olah tanpa berkedip melihat gerak bibir lawan bicaranya Departemen Pendidikan Nasional 2005:13.
26
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa kemampuan berbicara seseorang juga dipengaruhi seberapa sering dia mendengarkan pembicaraan.
Namun pada siswa tunarungu tidak bisa mendengarkan apa pun sehingga dia sulit mengerti percakapan yang dibicarakan orang. Dengan kata lain, dia pun akan
mengalami kesulitan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan memberikan pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa untuk siswa tunarungu dapat diperoleh melalui percakapan. Untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna lagi, perlu pendekatan
khusus, yaitu metode maternal reflektif MMR. Pembelajaran siswa tunarungu tentu saja akan sangat berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Hal ini
disebabkan siswa tunarungu tidak dapat menerima informasi melalui pendengarannya Smart 2010:117.
2.2.7 Kompetensi yang Harus Dicapai oleh Siswa Tunarungu