Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pembelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong

(1)

ANALISIS PENGARUH

QUANTUM LEARNING

TERHADAP

ORGANISASI PEMBELAJAR

PADA SMA PLUS PGRI CIBINONG

Oleh

KEMAS FUAD ADRIANSYAH

H24104081

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(2)

PADA SMA PLUS PGRI CIBINONG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Oleh

KEMAS FUAD ADRIANSYAH

H24104081

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(3)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pembelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong

Nama : Kemas Fuad Adriansyah

NPM : H24104081

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd NIP 19591231 198601 2 003

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP 19760623 200604 1 001


(4)

NPM H24104081

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Siti Rahmawati, M.Pd

NIP 1959123 1 1986012003

Mengetahui, Ketua Departemen


(5)

RINGKASAN

KEMAS FUAD ARDIANSYAH. H24104081. Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pemebelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong. Di

bawah bimbingan SITI RAHMAWATI

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi aspek terkait dengan

Quantum Learning pada SMA Plus PGRI Cibinong (2) Mengidentifikasi aspek terkait Organisasi Pembelajar pada SMA Plus PGRI Cibinong (3) Menganalisis pengaruh Quantum Learning terhadap Organisasi Pembelajar pada SMA Plus PGRI Cibinong.

Penelitian ini dilakukan di SMA Plus PGRI Cibinong yang berlokasi Jl Golf Ciriung - Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat secara sengaja (Purposive). Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan Mei 2013. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, yaitu dari buku-buku, literatur, dan penelitian sebelumnya. Teknik pengambilan data pada penelitian menggunakan penarikan seluruh populasi. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh quantum learning terhadap organisasi pembelajar adalah analisis regresi linear sederhana, statistik deskriptif dan pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dengan menggunakan uji t. Analisis tabulasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik guru dengan quantum learning.

Nilai t hitung antara quantum learning terhadap organisasi pembelajar sebesar 2,866. Nilai thitung>ttabel maka tolak Ho dan terima Ha, yang berarti terdapat


(6)

iii

Kemas Fuad Adriansyah lahir pada tanggal 9 maret 1989 di Tangerang, merupakan anak terakhir dari 2 (dua) bersaudara dari keluarga Dr. Kemas Djamaluddin dan Enny Pudjawati

Pada tahun 1992 berpindah tempat tinggal dari Tangerang menuju Montasik - Aceh Besar dan pada tahun 1992-1994, memulai pendidikan taman kanak-kanak di TK Jadam Montasik. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SDN Pante Kareueng Aceh Besar pada tahun 1994 dan pindah kembali ke Tangerang dan melanjutkan pendidikan di SDN 4 Ciputat hingga lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000-2003 melanjutkan ke SLTPN 12 Jakarta dan kemudian melanjutkan ke SMAN 46 Jakarta, setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, melanjutkan pendidikan di Politeknik Negeri Jakarta D1 Jurusan Teknik Elektro, pada tahun kedua, mengambil program D3 Manajemen Informasi dan Dokumen Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2010. Pada Tahun 2010 melanjutkan pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sebagai angkatan 8 (delapan).


(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul Analisis Pengaruh Quantum Learning Terhadap Organisasi Pembelajar Pada SMA Plus PGRI Cibinong. Skripsi merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar kesarjanaan pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama pada SMA Plus PGRI Cibinong.


(8)

v

Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih di tujukan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa.

2. Ibu Dra. Hj. Siti Rahmawati M.Pd. yang telah bersedia membimbing dengan sangat sabar dari awal penulisan hingga selesai.

3. Ibu Erlin Trisyulianti S.TP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan terhadap penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. Edward H. Siregar, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan terhadap penulisan skripsi.

5. Bapak Drs. Basyarudin Thayib, M.Pd selaku kepala sekolah SMA PLUS PGRI

CIBINONG yang memberikan izin penelitian.

6. Bapak Drs. Agus Rohiman M.Pd selaku wakil kepala sekolah sekolah SMA PLUS PGRI CIBINONG yang memberikan informasi, data memberikan masukan penulisan skripsi.

7. Rekan IPB angkatan 8 alih jenis Arnold Batara yang banyak membantu proses penulisan dan pengolahan data

8. M.Ikhsan Nurhadiansyah yang membantu penelitian di SMA PLUS PGRI

CIBINONG

9. Teman-teman alih jenis manajemen angkatan 8 yaitu Bayu Anggerianto, Pramadyka, Muhammad Sibil, Prasetia Nugraha, Shinya Yatantiko, Ginia Habiba, Kurniawan Yudha, Fanur indra, Nurmaulida Sifa, Ari Utami, Kartika Dewanti, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian hingga penulisan skripsi

10.Orangtua dan serta seluruh teman-teman yang telah membantu dalam

pembuatan skripsi ini.

Bogor, Januari 2014


(9)

vi DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengetahuan ... 10

2.2. Siklus Konversi Pengetahuan... 10

2.3. Manajemen Pengetahuan ... 11

2.3.2. Spiral Pengetahuan ... 13

2.3.3. Ba Ruang Pertukaran Informasi ... 14

2.5. Organisasi Pembelajar ... 15

2.6. Penelitian Terdahulu ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 19

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3. Jenis dan Sumber data ... 20

3.4. Metode Pengumpulan Data Penelitian ... 21

3.5. Teknik Pengambilan Data ... 21

3.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.6.1 Uji Hipotesis ... 22

3.6.2 Analisis Deskriptif ... 23

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 24

3.6.4 Uji Regresi Linear Sederhana ... 26

3.6.5 Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Gambaran Umum SMA Plus PGRI Cibinong ... 28

4.1.1 Kegiatan Instansi ... 29

4.1.2 Visi dan Misi ... 29

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

4.3. Karakteristik Guru ... 34

4.3.1 Jenis Kelamin ... 34

4.3.2 Tingkat Pendidikan ... 35

4.3.3 Usia ... 35


(10)

vii

4.4.2 Analisis Organisasi Pembelajar pada SMA Plus PGRI Cibinong ... 40

4.5. Uji Normalitas ... 42

4.6. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 43

4.7. Pengujian Hipotesis ... 44

4.8. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) ... 45

4.9. Implikasi Manajerial ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(11)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis Pengetahuan ... 11

2. Skor Kriterian Jawaban ... 23

3. Hasil Pengujian Validitas Konversi Pengetahuan ... 31

4. Hasil Pengujian Validitas Spiral Penciptaan Pengetahuan... 32

5. Hasil Pengujian Validitas Ba Ruang Pertukaran Informasi ... 32

6. Hasil Pengujian Validitas Variabel Organisasi Pembelajar ... 33

7. Jenis Kelamin ... 34

8. Tingkat Pendidikan ... 35

9. Usia ... 35

10. Masa Kerja ... 36

11. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Pengaruh Manajemen Pengetahuan Terhadap Organisasi Pembelajar ... 44

12. Koefisien Determinasi ... 44


(12)

ix

No. Halaman

1. Siklus Interaksi Spiral Pengetahuan dari Tacit Knowledge dan Explicit

Knowledge ... 13

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 20

3. Sebaran Menggunakan Diagram Histogram ... 42


(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 55

2. Hasil Uji Reliabilitas... 62

3. Kelompok Pekerjaan ... 63

4. Persepsi Guru Tentang Konversi Pengetahuan ... 64

5. Persepsi Guru Tentang Spiral Pengetahuan ... 66

6. Persepsi Guru Tentang BA Pertukaran Informasi ... 67

7. Persepsi Guru Tentang Disiplin Penguasaan Pribadi ... 68

8. Persepsi Guru Tentang Disiplin Model Mental... 68

9. Persepsi Guru Tentang Disiplin Visi Bersama ... 69

10.Persepsi Guru Tentang Disiplin Berpikir Sistem ... 69

11.Persepsi Guru Tentang Disiplin Berpikir Tim ... 70

12.Tabulasi Silang Jenis Kelamin Terhadap Quantum Learning... 71

13.Tabulasi Silang Jenjang Pendidikan Terhadap Quantum Learning... 72

14.Tabulasi Silang Usia Terhadap Quantum Learning ... 73


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan terasa akibatnya dalam dunia pendidikan, termasuk dunia pendidikan di Indonesia. Sudah terlihat jelas, hanya bangsa-bangsa yang memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas tinggi yang mendapat survive mencapai stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, berkembang dan mencapai kemakmuran yang berkeadilan.

Dalam rangka merealisasikan upaya tersebut diatas, wahana dan sarana yang paling tepat adalah peningkatan pendidikan, sebab pada dasarnya pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas SDM yang hasilnya diperlukan dalam pembangunan. Namun demikian kemampuan dunia pendidikan untuk menjalankan fungsi dan perannya secara optimal baru akan terwujud apabila memiliki sistem dan isi yang relevan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan revolusi iptek, yang kenyataannya karakteristik pendidikan seperti itu justru masih merupakan permasalahan di negeri ini.

Diantaranya perlu strategi pembelajaran yang membangun minat dan semangat siswa, untuk mematangkan dan mengembangkan hasil belajar

perlu belajar yang menyenangkan dan guru yang menyenangkan ( Quantum

Learning and Quantum Teaching ).

SMAN Plus Standar Nasional atau lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Unggulan adalah Sekolah Menengah Atas yang memenuhi kriteria 7K, di mana lulusannya (100 persen) berhasil masuk ke perguruan tinggi dengan nilai rata-rata kelulusan 8,0. Dengan program Penerimaan Siswa Baru atau PSB, pada siswa Sekolah Menengah Pertama dapat mendaftar ke sekolah-sekolah ini melalui penyeleksian nilai Ujian Akhir Nasional, yang meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA. Dalam tiga tahun terakhir, sekolah-sekolah plus standar nasional di


(15)

2

DKI Jakarta menerima siswa-siswi sekolah menengah pertama dengan rata-rata nilai UAN terendah antara 27,00 sampai 28,00 (www.kompas.com).

Keberadaan SMA dengan kategori plus dimaksudkan agar sekolah dapat memberikan pelayanan yang lengkap kepada masyarakat, dalam bentuk pemberian fasilitas kepada siswa-siswi berbakat untuk meningkatkan kemampuannya.

Globalisasi yang juga terasa akibatnya dalam dunia pendidikan ini tentu saja menimbulkan persaingan antar sekolah menengah atas, baik negeri ataupun swasta dan tidak terkecuali dengan SMA Plus PGRI Cibinong. Semakin besar tantangan pada era globaliasi membuat setiap sekolah menengah atas harus sigap dalam mengatasinya, agar tidak tersaingi dengan sekolah menengah atas lain. Keunggulan bersaing menjadi salah satu hal yang patut diperhatikan.

Tabel 1. Data SMA di Cibinong

Nama sekolah Nilai Akreditasi Peringkat

akreditasi

Tanggal Penetapan Akreditasi SMA Negeri 3

Cibinong

68,84 C 3 november

2008

SMA Al Asiyah 85,54 A 28 oktober

2011 SMA Mardi

Waluya

85,59 A 3 november

2008

SMA Al Nur 86,40 A 17 oktober

2009 SMA Citra

Nusa

91,58 A 9 november

2010 SMA Islam Al

Madina

92,05 A 9 november

2010 SMA Negeri 1

Cibinong

95,29 A 28 oktober

2011 SMA Negeri 2

Cibinong

95,34 A 9 november

2010 SMA PLUS

PGRI Cibinong

95,89 A 25 november

2008

Sumber: Data Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah Propinsi Jawa Barat


(16)

SMA Plus PGRI Cibinong menyadari akan persaingan dengan sekolah menengah atas lain dan memasukan pengembangan pendidikan sebagai salah satu pilar dalam mengembangkan SMA Plus PGRI Cibinong sebagai sekolah yang berwawasan global. Suatu sekolah menengah atas yang berhasil dalam persaingan prestasi antar sekolah tidak hanya berdasarkan pada kemampuan modal (capital) yang dimilikinya, tetapi juga berdasarkan bagaimana SMA Plus PGRI Cibinong tersebut mampu mengelola modal lain yang dimilikinya, dalam hal ini peranan SDM (sumber daya manusia) menjadi salah satu asset berharga yang dimiliki SMA Plus PGRI Cibinong. Peranan SDM ini sendiri dapat ditingkatkan dengan merubah budaya SMA Plus PGRI Cibinong, menuju SMA Plus PGRI Cibinong dengan penerapan manajemen pengetahuan melalui penerapan quantum learning atau dikenal

sebagai organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar memilih

mengembangkan pengetahuan baru untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul.

Salah satu faktor yang mepengaruhi kualitas atau mutu pendidikan adalah kompetensi siswa. Sementara itu, kompetensi siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa, seperti intelegensi, minat, motivasi dan faktor lingkungan seperti guru, kurikulum, fasilitas, dan lain- lain. Salah satu faktor yang banyak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu motivasi belajar siswa, oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang

dapat menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam

menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar.

Orientasi studi manajemen pendidikan masih cenderung melihat sesuatu yang tampak di mata (tangible), kurang memperhatikan sesuatu yang tidak kelihatan (intangible) seperti nilai, tradisi dan norma yang menjadi budaya. Beberapa tahun terakhir orang banyak beranggapan bahwa strategi, struktur, dan sistem adalah fokus dan faktor yang menjadi pendorong kesuksesan lembaga pendidikan. Namun kesuksesan lembaga pendidikan justru terletak pada pengelolaan dan penerapan manajemen


(17)

4

pengetahuan yang meliputi nilai, tradisi, norma, yang direkat oleh kepercayaan, keakraban dan tanggung jawab yang menentukan kesuksesan lembaga pendidikan. Untuk dapat mengelola pengetahuan diperlukan pimpinan yang transformatif, memahami filosofi organisasi, mampu merumuskan visi, misi organisasi, dan menerapkannya melalui proses perencanaan organisasi (Mangkuprawira, Tb. Sjafri. 2008).

SMA Plus PGRI Cibinong sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tujuan antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Demikian kompleksnya tujuan tersebut, maka dalam memberikan layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya maka perlu diterapkannya manajemen pengetahuan dengan baik. Oleh sebab itu SMA Plus PGRI Cibinong menyadari adanya pergeseran dinamika internal (perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan eksternal yang semakin berkembang. Pada tahun 2002/2003 SMA Plus PGRI Cibinong mengadakan reformasi yang signifikan dalam konsep

Quantum learning (http://info.smapluspgri.sch.id/). Pada tanggal 11 Desember 2003 sekolah ini diresmikan sebagai "SMA PLUS PGRI CIBINONG". Dengan program yang telah dicanangkan sebelumnya SMA

PLUS PGRI CIBINONG di tahun ajaran 2004/2005 mampu

mengembangkan Teknologi Informasi sebagai program yang mendukung dalam pembelajaran, pabrikasi komputer, dan juga aspek bisnis dari Teknologi Informasi (IT) yang telah diterapkan kepada para siswa-nya.


(18)

Tabel 2. Akreditasi SMA Plus PGRI Cibinong

Tahun Peringkat Akreditasi

1978/1979-1982/1983 Terdaftar

1983/1984 - 1987/1988 Diakui

1988/1989 - 2003/2004 Disamakan

2004/2005-2007/2008 Terakreditasi A

Sumber: Buku Data SMA Plus PGRI Cibinong

Pada tahun 2009 SMA Plus PGRI Cibinong bersama SMA Plus Muthahhari Bandung, SMA YPHB Bogor dan SMA Al Bayan Sukabumi (semua sekolah swasta) ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA sebagai sekolah "Pusat Sumber Belajar” untuk provinsi Jawa Barat.

Tabel 3. Sekolah Pusat Sumber Belajar di Jawa Barat

Nama sekolah Nilai

akreditasi

Peringkat akreditasi

Tanggal penetapan akreditasi

SMA YBHB Bogor 90,21 A 25 November 2008

SMA Muthahhari Bandung

91,86 A 17 Oktober 2009

SMA Al-Bayan Sukabumi

95,03 A 28 Oktober 2011

SMA Plus Pgri Cibinong

95,89 A 25 November 2008

Sumber: Data Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah Propinsi Jawa Barat

Berkaitan dengan pelaksanaan program jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas), sekolah yang ditunjuk sebagai Pusat Sumber Belajar (PSB) ini hanyalah SMA yang telah mampu mengembangkan pembelajaran berbasis TIK (teknologi Informasi dan komunikasi) (http://info.smapluspgri.sch.id/). Dengan modal sekolah PSB (pusat sumber belajar) ini, maka SMA Plus PGRI Cibinong dapat menjadi sebagai salah satu qiblat pendidikan nasional. Kualitas dan watak SMA Plus PGRI Cibinong adalah nasional, sekolah


(19)

6

rakyat, tidak eksklusif sehingga tidak mahal tapi berkualitas. Dapat diterapkan diseluruh daerah Indonesia. Memiliki Infrastruktur, sarana dan prasarana pembelajaran berwawasan Internasional. Didukung oleh SDM guru yang professional dan memiliki dedikasi tinggi. Menggunakan metodologi dan filosofi pembelajaran modern. Memiliki rombongan belajar yang besar, 33 kelas dengan jumlah siswa ± 1500 orang. Jenjang akreditasi sekolah “Amat Baik” (A/95,89).

SMA Plus PGRI Cibinong adalah Sekolah Kategori Mandiri (SKM) atau Sekolah Standar Nasional (SSN), dan Sekolah Pusat Sumber Belajar (PSB). SMA Plus PGRI Cibinong juga dikenal dengan sebutan “sekolahnya umum kejuruanya banyak”. Hal ini dikarenakan memiliki program-program keterampilan sesuai dengan bakat siswa. Program-program ini kemudian menjadi Plus-nya SMA Plus PGRI Cibinong.

Sejak tahun 1999 sampai saat ini SMA Plus PGRI Cibinong telah menerima kunjungan studi banding dari berbagai pelosok tanah air. Sampai saat ini tercatat 19 provinsi telah berkunjung ke SMA Plus PGRI Cibinong. SMA Plus PGRI Cibinong termasuk 56 sekolah unggulan dari seluruh Indonesia yang diminta masukan atau saran oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pada saat menyusun 8 standar pendidikan nasional.

Perubahan strategi menuntut adanya pengelolaan pengetahuan yang lebih mendalam. Strategi pengelolaan manajemen pengetahuan merupakan faktor yang perlu diperhatikan oleh organisasi. Reformasi yang signifikan dalam konsep Quantum learning yang diterapkan oleh SMA Plus PGRI Cibinong pada tanggal 11 Desember 2003 telah membawa perubahan pada kualitas sekolah dimana pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa setelah melakukan perubahan konsep dan strategi, maka SMA Plus PGRI Cibinong mampu meraih akreditasi A pada tahun 2008, dimana pada tahun tersebut telah dilakukan penerapan manajemen pengetahuan. Selain mampu memperoleh akreditasi A, SMA Plus PGRI Cibinong mampu mengungguli SMA lainnya di wilayah Cibinong dengan memperoleh nilai akreditasi tertinggi dari badan akreditasi propinsi jawa barat dengan nilai akreditasi 95,89. Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada tahun berikutnya SMA Plus PGRI


(20)

Cibinong ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA sebagai sekolah "Pusat Sumber Belajar” untuk provinsi Jawa Barat. Sedemikian pentingnya peranan quantum learning telah disadari oleh SMA Plus PGRI Cibinong sebagai salah satu strategi bersaing untuk memenangkan kompetisi dengan SMA lainnya. Namun dalam penerapannya SMA Plus PGRI Cibinong perlu untuk melihat seberapa besar pengaruh quantum learning terhadap sekolah dalam konteks organisasi pembelajar, selain itu SMA Plus PGRI Cibinong juga perlu melihat seperti apa dan bagaimana tanggapan dan pemahaman guru terhadap hal-hal yang terkait dengan quantum learning dan organisasi pembelajar guna menyusun kebijakan dan strategi masa depan, hal-hal seperti apa yang mampu membuat guru untuk lebih terlibat dalam proses manajemen pengetahuan dalam konteks quantum learning dan bagaimana tata kelola manajemen pengetahuan dalam konteks quantum learning yang mampu mempermudah proses transfer pengetahuan dari satu individu dengan individu lainnya. Untuk dapat melihat pengaruh serta hal terkait pengelolaan pengetahuan dengan penerapan quantum learning, maka akan dibahas dalam penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Quantum Learning yang diterapkan oleh SMA Plus PGRI Cibinong yang berorientasi terhadap pengetahuan guna menciptakan keunggulan bersaing dengan SMA lain. Pengetahuan yang menjadi asset tak terlihat (intangible asset) milik SMA Plus PGRI Cibinong harus mampu dibangun menjadi sebuah kesatuan yang mampu diterapkan oleh semua guru. Semakin tinggi pengetahuan guru, maka akan semakin mudah pula tersebut untuk mengikuti perubahan dan tantangan yang terjadi dalam iklim pekerjaan. Untuk itulah diperlukan suatu sistim atau tata kelola yang dapat menciptakan manajemen pengetahuan untuk mencapai visi, misi SMA PLUS PGRI Cibinong.

Berdasarkan latar belakang mengenai penerapan manajemen pengetahuan dengan menggunakan quantum learning yang dilaksanakan


(21)

8

SMA PLUS PGRI Cibinong sebagai organisasi pembelajar, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Quantum Learning pada SMA PLUS PGRI

Cibinong?

2. Bagaimana keadaan Organisasi Pembelajar pada SMA PLUS PGRI

Cibinong?

3. Bagaimana pengaruh Quantum Learning terhadap Organisasi

Pembelajar pada SMA PLUS PGRI Cibinong ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi aspek terkait dengan Quantum Learning pada SMA PLUS PGRI Cibinong

2. Mengidentifikasi aspek terkait Organisasi Pembelajar pada SMA PLUS PGRI Cibinong

3. Menganalisis pengaruh penerapan Quantum Learning terhadap

Organisasi Pembelajar pada SMA PLUS PGRI Cibinong

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitan ini adalah:

1. Memberikan informasi yang berguna sebagai bahan pertimbangan dalam

merencanakan dan menyusun kebijakan yang berkaitan dengan quantum learning dan organisasi pembelajar kepada pihak SMA PLUS PGRI Cibinong.

2. Memberikan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan bahan rujukan

untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang berkaitan.

3. Sebagai bahan pembelajaran, meningkatkan pengetahuan dan penerapan ilmu-ilmu manajerial.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini terbatas pada persepsi guru terhadap manajemen

pengetahuan dengan penerapan Quantum Learning pada SMA PLUS PGRI


(22)

terhadap organisasi pembelajar. Indikator penelitian untuk variabel

Quantum Learning adalah konversi pengetahuan, spiral pengetahuan dan Ba ruang pertukaran informasi. Sedangkan indikator penelitian untuk Organisasi Pembelajar adalah disiplin penguasaan pribadi, disiplin model mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir tim dan disiplin berpikir sistem. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh guru dengan jumlah 55 kuesioner.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Drucker (1988) yang dikutip oleh Paul

L.Tobing (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan sebagai actionable

information atau informasi yang dapat ditindak lanjuti atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak, untuk mengambil keputusan dan untuk menempuh arah serta strategi tertentu. Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka Tjakraatmadja dan Donald (2006) menyimpulkan bahwa pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga memiliki makna. Informasi yang didapat dari data yang sudah diolah sehingga memiliki arti. Data yang sudah diolah dan menjadi informasi (memiliki arti) akan dimiliki oleh seseorang dan tersimpan dalam memori otaknya yang kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan oleh suatu masalah, maka informasi yang telah tersimpan di dalam otak dan terkait dengan permasalahan yang dihadapi akan saling terhubung secara sistematik sehingga seseorang akan memiliki model untuk memahami pengetahuan terkait masalahnya tersebut, dengan adanya pemahaman tersebut seseorang akan lebih mudah untuk mengambil keputusan, hal ini didasari oleh pengalaman, latihan dan juga proses belajar.

2.2. Siklus Konversi Pengetahuan

Polanyi seorang ahli kimia merupakan orang pertama yang memperkenalkan bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yaitu tacit

knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge merupakan

pengetahuan yang ada dalam benak manusia berupa judgment, skill, values

dan belief yang sulit untuk dibagi atau ditransfer kepada orang lain. Sedangkan explicit knowledge adalah pengetahuan yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk lainnya sehingga dengan mudah dapat ditransfer melalui berbagai media. Explicit knowledge dapat berupa kaset atau cd, video dan audio, spesifikasi produk atau manual.


(24)

Kedua jenis pengetahuan tersebut oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) dikonversi dalam 4 proses konversi pengetahuan, yaitu: sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. Keempat proses ini disebut SECI PROCESS (S: Socialization, E: Externalization, C: combination, I: Internalization). Masing-masing proses melibatkan perubahan satu bentuk pengetahuan (tacit atau explicit) ke bentuk pengetahuan lain (tacit atau explicit). Model ini memfokuskan pada persoalan penting pada bagaimana pengetahuan dapat diciptakan melalui pembagian keorganisasian dan menjadi berguna untuk mengidentifikasi dan menilai aktifitas-aktifitas penting tertentu dalam manajemen pengetahuan.

Tabel 4. Jenis Pengetahuan

Dari Menuju Proses

Tacit Tacit Sosialisasi (socialization) : melalui

interekasi social antar individu baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Tacit Explicit Eksternalisasi (externalization):

pendokumentasian secara tertulis pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang

Explicit Explicit Kombinasi : Penggabungan beberapa

pengetahuan tertulis menjadi pengetahuan yang baru

Explicit Tacit Internalisasi : Pengetahuan tertulis yang

ada lalu dirubah oleh individu menjadi pengetahuan personal mereka

Sumber: Empat Model Konversi Knowledge (SECI Process, Nonaka & Takeuchi, 1995)

2.3. Manajemen Pengetahuan

Manajemen Pengetahuan (MP) menurut Tjakrattmadja dan Donald (2006) menyatakan bahwa manajemen pengetahuan merupakan langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam suatu organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif. Dalam hal ini, manajemen pengetahuan merupakan proses sistematik untuk menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan informasi dengan cara tertentu, sehingga para karyawan mampu memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan dan penguasaan pengetahuan


(25)

12

dalam suatu bidang kajian yang spesifik, untuk kemudian

menginstitusionalisasikannya menjadi pengetahuan organisasi atau

perusahaan.

Menurut Randeree (2006) menyatakan bahwa manajemen

pengetahuan semakin berperan penting dalam bisnis dari banyak organisasi, karena mereka menyadari bahwa daya saing tergantung pada manajemen sumber daya intelektual yang efektif. Sejalan dengan Renderee, dalam jurnal majanemen pengetahuan yang ditulis Yudhianto, dkk (2008) memahami manajamen pengetahuan sebagai sebagai sebuah sistem manajemen yang menangkap aspek model mapan organisasi dan memperluasnya untuk menyediakan metodologi praktis.

2.3.1. Pengetahuan dan Penciptaan Pengetahuan

Posisi pengetahuan sedemikian sentralnya sehingga esensi perusahaan adalah organisasi pengetahuan (Brown dan Duguid, 2002

yang dikutip Sangkala, 2007). Model yang dikemukakan

memperhitungkan pengetahuan individual (individual knowledge) sebagai starting point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian . Dan sejak informasi telah menjadi bahan dasar (raw material) dari pegangan pengetahuan individual, maka ia merupakan landasan dasar dari organisasi pengetahuan (knowledge organization). Cut Zurnali (2010) menambahkan bahwa pengetahuan individual yang muncul merupakan kombinasi dari informasi, interpretasi, refleksi, dan pengalaman dalam sebuah konteks yang pasti (certain context). Selanjutnya perlu dipertimbangkan juga pentingnya mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada. Oleh sebab itu, menurut Cut Zurnali (2010), pengetahuan individual diciptakan ketika informasi berjalan melalui proses internal yang mencakup interpretasi, refleksi dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada pada individu sehingga dapat diaplikasikan ke dalam situasi atau konteks baru. Agar mendorong individu memproses informasi untuk menciptakan pengetahuan, maka setiap proses pembelajaran harus punya arti.


(26)

2.3.2. Spiral Pengetahuan

Konsep dari spiral pengetahuan dikemukakan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) yang dikutip oleh Paul L.Tobing. Model ini

menggambarkan bagaimana tacit dan explicit knowledge

bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya

1. Socialization merupakan transformasi dari tacit  tacit

2. Externalization merupakan transformasi dari tacit  explicit

3. Combination merupakan transformasi dari explicit  explicit

4. Internalization merupakan transformasi dari explicit  tacit

Gambar 1. Siklus Interaksi Spiral Pengetahuan dari Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge (Nonaka dan Takeuchi 1995)

Transformasi SECI di atas akan berulang terus hingga

knowledge akhirnya dapat tercipta. Sebagai contoh proses Sosialisasi

disampaikan melalui bentuk seminar, rapat, dan berbagai bentuk sosialisasi lainnya yang memungkinkan terjadinya perpindahan pengetahuan dari seseorang ke orang lain.

Pada proses Eksternalisasi seseorang mewujudkan

pengetahuan yang dimilikinya dalam bentuk nyata, seperti menuliskan dalam bentuk buku, presentasi, dll. Sementara proses Kombinasi

terjadi penggabungan pengetahuan dari berbagai wujud explicitnya ke dalam satu bentuk explicit yang sama sekali baru. Proses terakhir


(27)

14

adalah Internalisasi, di mana seseorang menyerap pengetahuan

explicit menjadi pengetahuan tacit yang berada di dalam dirinya. Misalnya dengan seseorang membaca buku dan kemudian mempraktekkan teori-teori yang ada di dalam buku tadi, maka orang tersebut akan mengembangkan pengetahuannya sendiri.

2.3.3. Ba Ruang Pertukaran Informasi

Nonaka dan Toyama (2005) mendefinisikan Ba sebagai dasar dalam kegiatan penciptaan pengetahuan, tempat berlangsungnya percakapan dan praktik dialektikal untuk menciptakan visi dan mendorong pencapaian tujuan organisasi. Aset pengetahuan tercipta dari proses penciptaan pengetahuan melalui percakapan dan praktik yang dilakukan di dalam Ba ruang pertukaran informasi.

2.4. Quantum Learning

Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya

suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti

mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif (Suyanto, 2000).

Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi DePorter. Dia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak tahun

1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum

Learning di SuperCamp. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouric, DePorter secara terprogram dan terencana menguji coba gagasan-gagasan Quantum Learning kepada para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an. DePorter menjelaskan bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 2.500 siswa dan


(28)

sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp.

Pada tahap awal perkembangannya, Quantum Learning dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja dirumah tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk mengadakan program-program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah (De Porter, dkk. 1992).

2.5. Organisasi Pembelajar

Organisasi pembelajar didefinisikan oleh Quinn (1992) yang dikutip oleh Tjakraatmadja dan Donald (2006) menjelaskan bahwa organisasi pembelajar merupakan organisasi cerdas yang mampu mengembangkan keunggulannya secara berkelanjutan, dari kegiatannya yang berbasis pada pengetahuan dengan mengandalkan kekayaan intelektualnya.

Organisasi pembelajar memiliki kemampuan untuk menciptakan dan

membangun pengetahuan organisasi melalui proses tranformasi

pengetahuan dari kompetensi individual menjadi pengetahuan organisasi melalui proses berbagi pengetahuan.

Peter Senge (1990) membuat pengembangan lima disiplin belajar organisasi yang dapat diterapkan oleh organisasi pembelajar. Kelima disiplin ini yang akan dijadikan variabel Organisasi Pembelajar, yaitu sebagai berikut:

1. Disiplin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang mendalam dan secara

konsisten memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian

masing-masing individu pada organisasi dengan memfokuskan seluruh usaha untuk mempertajam visi pribadi , mengembangkan kesabaran dan ketekunan , serta mampu melihat realitas secara objektif.

2. Disiplin Model Mental (Mental Models)

Model mental adalah pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota organisasi.


(29)

16

Pemahaman ini akan mempengaruhi kemampuan anggota organisasi untuk mengenali, memahami, menguji dan menigkatkan nilai-nilai yang sudah diyakini, serta mempengaruhi pemahaman tentang kondisi internal dan eksternal organisasi sehingga akhirnya dapat menentukan tindakan yang paling sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi.

3. Disiplin Visi Bersama (Shared Vision)

Disiplin visi bersama merupakan kemampuan dan kemauan seluruh anggota organisasi untuk menumbuhkan kebersamaan pandangan tentang visi organisasi kemudian meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi. Disiplin visi bersama berfokus pada upaya meningkatkan motif dan kekuatan pengikatan diri pada tujuan organisasi sehingga seluruh karyawan mau dan mampu menunjukan usaha dan semangat untuk berkorban demi kepentingan bersama agar organisasi dapat berumur panjang.

4. Disiplin Berpikir Tim (Team Learning)

Disiplin belajar tim merupakan disiplin seluruh anggota untuk mampu dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Disiplin pembelajar tim dimulai dengan dialog dan berpikir bersama sehingga dapat terbentuk pendalaman yang makin kaya, yang tidak mungkin terbentuk secara individual. Belajar dalam tim penting karena yang menjadi unit belajar fundamental dalam suatu organisasi modern adalah tim, bukanindividu. Disiplin ini berfokus pada pengembangan kapasitas organisasi untuk mampu melihat permasalahan dengan cara pandang yang saling melengkapi.

5. Disiplin Berpikir Sistem (System Thinking)

Disiplin berpikir sistem merupakan kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara sistem dengan menimbang permasalahan terkait secara menyeluruh dan terintegrasi. Disiplin berpikir sistem berfokus pada peningkatan kapasitas organisasi untuk mampu melihat atau mempelajari hubungan keterkaitan seluruh permasalahan dan proses perubahan secara menyeluruh dan mampu merealisasikan secara tuntas.


(30)

2.6. Penelitian Terdahulu

Nugroho (2005) dalam tesisnya yang berjudul Hubungan Penerapan Manajemen Pengetahuan dengan kinerja bertujuan untuk menentukan dan menjelaskan faktor dominan variabel Manajemen Pengetahuan dan Kinerja serta menjelaskan tingkat hubungan antara keduanya. Hasil penelitian digunakan untuk menentukan langkah rekayasa strategi penerapan Manajemen Pengetahuan guna mencapai kinerja maksimal. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel yaitu Manajemen Pengetahuan dan Kinerja. Instrumen penelitian menggunakan Metode Structural Equator Modelling

(SEM). Analisis model menggunakan program Linear Structural Relation

(LISREL). Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat penerapan

Manajemen Pengetahuan sedang. Strategi penerapan Manajemen

Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja diantaranya: Pertama,melanjutkan dan mengembangkan Manajemen Pengetahuan. Kedua, mengembangkan proses dan mengarahkan pelaksanaan Ba sehingga dapat dengan nyata menunjang transformasi dari spiral pengetahuan secara positif. Ketiga, membangun tujuan,ukuran dan penilaian kinerja yang terpadu dan tersusun secara hirarkis pada tingkat organisasi, proses dan tugas. Keempat, Manajemen Pengetahuan sebagai model peningkatan kinerja.

Irtanti (2009) dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Penerapan Organisasi Pembelajar dengan Motivasi dan Kepuasaan Kerja Guru di Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Bogor. Tujuan penelitian yaitu: Pertama, mengetahui persepsi guru tentang Organisasi Pembelajar, Motivasi Kerja dan Kepuasaan Kerja. Kedua, menganalisis hubungan Motivasi Kerja dengan pengembangan diri. Ketiga, menganalisis hubungan Organisasi Pembelajar dengan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja karyawan. Penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu Organisasi Pembelajar, Motivasi Kerja dan Kepuasaan Kerja. Analisis data menggunakan Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan hubungan penerapan Organisasi Pembelajar terhadap Motivasi Kerja yaitu : 0,615 yang berarti kuat dan positif . Hubungan antara Organisasi Pembelajar dan Kepuasan Kerja sebesar 0,594 yang berarti agak kuat dan positif.


(31)

18

Sedangkan hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kepuasan Kerja kuat dan positif dengan nilai korelasi 0,624.

Dwijayanto (2010) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pengaruh Manajemen Pengetahuan Terhadap Komitmen Karyawan Pada PTX Tbk, Cabang Bogor bertujuan untuk mempelajari penerapan manajemen pengetahuan pada PTX Tbk , mempelajari aplikasi komitmen karyawan pada PTX Tbk, dan menganalisis pengaruh manajemen pengetahuan terhadap komitmen karyawan pada PTX Tbk. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif , Analisis Intepretasi, Teknik Korelasi Pearson Product Moment, dan Analisis Regresi Linear. Berdasarkan hasil penelitian, nilai korelasi antara manajemen pengetahuan dengan komitmen karyawan adalah sebesar 0,827. Hal ini menunjukkan telah terjadi hubungan kuat dan positif, berarti semakin besar manajemen pengetahuan yang ada di perusahaan, maka semakin besar pula komitmen karyawan pada perusahaan. Pembelajaran yang diambil dari penelitian-penelitian terdahulu adalah penggunaan variabel Manajemen Pengetahuan dengan indikator yaitu konversi pengetahuan,spiral pengetahuan dan Ba, serta penggunaan variabel Organisasi Pembelajar dengan indikator yaitu disiplin penguasaan pribadi, disipilin model mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir tim dan disiplin berpikir sistem. Selain itu penelitian terdahulu juga dijadikan pembelajaran dalam menggunak ananalisis data korelasi Rank Spearman


(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

SMA Plus PGRI Cibinong adalah sebuah lembaga pendidikan sekolah menengah atas swasta yang mempunyai visi dan misi yaitu unggul dalam mutu dan prestasi, berwawasan global, religius, entrepreneur, sebagai agen perubahan dan pendidikan budaya bangsa. Untuk mencapai visi dan misi tersebut dibutuhkan strategi yang tepat, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misinya. Salah satu hal yang dapat diterapkan SMA Plus PGRI Cibinong adalah menerapkan manajemen pengetahuan dengan

penerapan quantum learning yang diharapkan mampu menghasilkan

keunggulan bersaing yang kompetitif. Dengan penerapan quantum learning, seluruh pengetahuan yang dimiliki setiap individu dalam hal ini guru SMA Plus PGRI Cibinong, akan dapat dikelola dan dikombinasikan menjadi suatu pengetahuan yang menjadi aset SMA Plus PGRI Cibinong. Aset pengetahuan ini akan menjadi suatu asset yang sangat berharga yang akan terus dipelihara dan didokumentasikan.

Penilaian manajemen pengetahuan dengan penerapan quantum

learning adalah konversi pengetahuan, spiral pengetahuan dan ba ruang pertukaran informasi. Sedangkan penilaian organisasi pembelajar adalah disiplin penguasaan pribadi, disiplin model mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir tim dan disiplin berpikir sistem. Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh manajemen pengetahuan terhadap organisasi pembelajar yaitu analisis regresi linear sederhana. Analisis tabulasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik guru yang terdiri dari jenis kelamin, jenjang pendidikan, usia dan masa kerja dengan quantum learning. Untuk memperjelas kerangka pemikiran penelitian, akan disertakan bagan kerangka penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2.


(33)

20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Plus PGRI Cibinong yang berlokasi Jl Golf Ciriung - Cibinong Kabupaten Bogor Jawa Barat secara sengaja (Purposive). Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan Mei 2013.

3.3. Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan langsung pada subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber

SMA Plus PGRI Cibinong

Visi dan Misi Quantum Learning

1.Konversi pengetahuan 2.Spiral pengetahuan 3.Ba Ruang

Pertukaran Informasi 1.Disiplin penguasaan

pribadi 2.Disiplin model

mental 3.Disiplin visi

bersama

4.Disiplin berpikir tim 5.Disiplin berpikir

sistem

Organisasi Pembelajar

Karakteristik Guru

1. Jenis Kelamin 2. Jenjang Pendidikan 3. Usia

4. Masa Kerja

Sumber daya Manusia

Tabulasi Silang

Analisis Regresi Linear Sederhana

Tujuan dan Sasaran


(34)

informasi yang dicari. (Azwar,1997). Pada penelitian ini, data diambil dari hasil wawancara serta hasil dari penyebaran kuesioner kepada guru SMA Plus PGRI Cibinong.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar,1997). Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari studi pustaka, yaitu dari buku-buku, literatur, dan penelitian sebelumnya.

3.4. Metode Pengumpulan Data Penelitian

1. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti, ( Neuman, W. Lawrence. 2006). Penelitian lapangan dilakukan dengan materi wawancara serta kuesioner meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi pembelajaran guru, kualitas pembelajaran organisasi, serta hubungan antara kualitas pembelajaran organisasi dengan tingkat pemahaman guru terhadap

quantum learning. 2. Penelitian kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan. Penelitian kepustakaan ini menggunakan sumber dari buku, literatur yang berhubungan dengan penelitian, guna mendapatkan data sekunder yang berhubungan dengan penelitian

3.5. Teknik Pengambilan Data

Populasi diartikan sebagai jumlah keseluruhan semua anggota yang diteliti, sedangkan sampel merupakan bagian yang diambil dari populasi (Sugiyono, 2009). Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah guru yang berjumlah 55 orang yang sesuai dengan karakteristik yang diharapkan, dan penggunaan teknik penarikan seluruh populasi.


(35)

22

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan merupakan analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi guru mengenai pengaruh quantum learning

terhadap organisasi pembelajar. Sedangkan analisis crosstab digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan quantum learning. Analisis kuantitatif berupa analisis regresi linear sederhana dan uji-t.

3.6.1 Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini untuk menentukan apakah benar-benar ada pengaruh positif antara quantum learning terhadap organisasi pembelajar maka dirumuskan dalam hipotesis. Langkah-langkah dalam uji hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Pengujian hipotesis dilakukan dengan syarat, yaitu: a. Jika thitung> t tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak

b. Jika thitung< t tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima

2. Menetapkan rancangan hipotesis statistik yang diajukan.

a. Ho: ρ = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh quantum learning

(variabel X) terhadap organisasi pembelajar (variabel Y). b. Ha : ρ 0, Artinya terdapat terdapat pengaruh quantum

learning (variabel X) terhadap organisasi pembelajar (variabel Y).

3. Analisis yang digunakan untuk menentukan Ho ditolak atau

diterima dengan menggunakan rumus statistik uji t sebagai berikut:

2

1

2

r

n

r

t

... ( 1)

Keterangan:

t = Probabilitas

r

= Koefisien korelasi Rank Spearman

n

= Banyaknya subjek atau guru


(36)

4. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikan α (level of significant) yang digunakan adalah 0,1 (10%) dengan derajat kebebasan (db = N-k). Tingkat ini dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili dalam pengujian kedua variabel tersebut.

3.6.2 Analisis Deskriptif

Teknik analisis statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada.

Pengukuran pertanyaan mengenai pengaruh quantum learning

terhadap organisasi pembelajar dari kuesioner yang diajukan kepada guru menggunakan analisis kuantitatif, walaupun peubahnya bersifat kualitatif yang membutuhkan perhitungan matematis didalamnya. Setiap jawaban dari pernyataan diberi skor yang sesuai dengan jawaban, dimana skor tersebut disesuaikan dengan skala likert.

Skala Likert disebut juga summated rating scale. Skala Likert merupakan skala yang mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkaian pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku mengenai suatu obyek tertentu. Skala ini banyak digunakan karena memberi peluang kepada guru untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam betuk persetujuan terhadap suatu pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan berjenjang, mulai dari tingkat terendah sampai tertinggi


(37)

24

Tabel 5. Skor Kriteria Jawaban

Alternatif Jawaban

Skor

Positif (+) Negatif (-)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Cukup Setuju (CS) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Sumber: Sugiyono (2009)

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas diperlukan untuk melakukan pengujian terhadap item-item yang ada dalam suatu variabel dan untuk mendapatkan jawaban dari kondisi yang diharapkan.

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai atau ukuran yang diperoleh benar–benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing – masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment dengan rumus:

∑ (∑ ) (∑ )

[ ∑ (∑ ) ] [ ∑ (∑ ) ]

...(2)

Keterangan:

r

xy = Korelasi antara variabel X (quantum learning) dan Y (organisasi pembelajar)

n = Jumlah guru

X = Skor butir instrumen Y = Skor total item instrumen

∑ = Jumlah skor X

∑ = Jumlah skor Y

Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai kritik. Selanjutnya, jika nilai koefisien korelasi product moment


(38)

maka pertanyaan tersebut signifikan. Perhitungan instrumen dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar (>) dari nilai r tabel. Taraf kesalahan menggunakan taraf kesalahan 10%.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sugiyono, 2009). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Teknik uji reliabilitas ini menggunakan teknik alpha cronbach, dengan rumus: Formula Alpha Cronbach

dan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows.

=

∑ ... (3)

Keterangan:

= Koefisien Alpha Cronbach

K = Butir instrumen yang sahih

  Jumlah ragam butir instrumen yang sahih = Ragam skor total

Sebelum dioalah ke dalam rumus Alpha Cronbach terlebih dahulu harus diketahui jumlah butir instrumen, oleh karena itu maka digunakan rumus sebagai berikut:

=

(∑ )

... (4) Keterangan:

= Ragam skor total

n = Jumlah guru

X = Jumlah skor

Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha Cronbach

0 sampai 1 Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran ketepatan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :


(39)

26

Tabel 6. Nilai Alpha Cronbach

No Nilai Alpha Cronbach Keterangan

1 0,00 - 0,20 Kurang reliabel

2 0,21 - 0,60 Agak reliabel

3 0,42 - 0,60 Cukup reliabel

4 0,61 – 0,80 Reliabel

5 0,81 – 1,00 Sangat Reliabel

Sumber : (Triton, 2005)

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode

alpha Cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak.

3.6.4 Uji Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika terdapat data dari dua variabel penelitian yang sudah diketahui mana variabel bebas X (independen) dan variabel terikat Y(dependen), lalu akan dihitung atau di cari nilai-nilai Y yang lain berdasarkan nilai X yang diketahui (Umar, 2010). Adapun analisis rumus regresi adalah:

= +

... (5)

Keterangan:

Y = Variabel dependen (organisasi pembelajar) X = Variabel independen (quantum learning) a = Nilai intercept (konstan)

b = Koefisien regresi

Koefisien Determinasi adalah bagian dari variasi total dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen.


(40)

3.6.5 Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Analisis tabulasi silang (Crosstab) adalah metode analisis kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval serta kombinasi diantaranya dan salah satu analisis korelasional yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. Sehingga analisis tabulasi silang ini dapat digunakan untuk menganalisa lebih dari dua variabel. Analisis tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan keterkaitan antar karakteristik guru dengan quantum learning. Karakteristik guru meliputi jenis kelamin, jenjang pendidikan, usia dan masa kerja.


(41)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum SMA Plus PGRI Cibinong

SMA PGRI Cibinong berdiri atau mulai menerima siswa baru pada tahun pelajaran 1978/1979 atas instruksi Kepala Kantor Depdikbud Kabupaten Bogor (Drs. E. Djarkasih), untuk menampung lulusan SMP yang tidak tertampung oleh SMA Negeri Cibinong. Kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan ruang kelas milik SMA Negeri Cibinong termasuk guru-gurunya. Langkah pertama adalah mencanangkan Program Jangka Panjang 25 tahun dengan Visi SMA Plus PGRI Cibinong sebagai salah satu SMA Swasta terkemuka di Jawa Barat. Pada tahun 2002/2003 tanggal 11 Desember 2003 diresmikan sebagai SMA Plus PGRI Cibinong oleh Bapak Prof. Dr. H. Iim Wasliman, M.Pd, M.Si Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Prestasi-prestasi yang pernah diraih SMA Plus PGRI Cibinong antara lain:

 Juara 1 Java Night Festival Adu Cepat Programming Th. 2007.

 Juara 2 Lomba Presenter TV Se Jabodetabek Piala Uhamka Tahun 2007.

 Juara 1 Lomba Animasi SLTA Se Jabodetabek Piala MENPORA Th.

2007.

 Juara 1 Lomba Musikalisasi Puisi Kabupaten & Kodya Bogor Th. 2007.

 Juara Umum Lomba Fashion Show Kab. Bogor di ITC Cibinong Th. 2007.

 Juara Umum Porseni 1 Persekolahan PGRI Se-Kabupaten Bogor Th. 2008.

 Juara The Best Catwalk Remaja Putri Th. 2008.

 Juara 1 Lomba Fotografi Obscura Th. 2008.

 Juara 2 Lomba Fotografi Se-Kota Bogor Th. 208.

 Juara 1 Lomba Disain Poster Tingkat SMA Th. 2009.

 Juara 1 Lomba Website SMA / SMK / Madrasah Aliyah dan sederajat Tingkat Nasional dalam UG ICT Award Th. 2009.


(42)

4.1.1. Kegiatan Instansi

SMA Plus PGRI Cibinong melakukan kegiatan belajar mengajar sama seperti sekolah lain. Untuk pembelajarannya mengaplikasikan konsep Leissure and Learning yaitu pembelajaran yang mengorientasikan kepada siswa untuk lebih aktif dan banyak melakukan praktik dibandingkan teori, serta banyak melakukan kegiatan belajar mengajar di luar kelas. Proses pembelajaran

memakai konsep modern yaitu Quantum Teaching, Quantum

Learning, dan Accelerated Learning.

Selain itu sekolah ini juga menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dalam lingkungan sekolah (English Day), dan menerapkan Teknologi Informasi sebagai kurikulum tambahan, juga berperan dalam infra struktur sekolah dan Entrepreneur Edu-IT. Hal ini dapat dilihat dari pengadaan beberapa lab komputer, multimedia,

Research Center, serta adanya kelas khusus untuk para siswa yang hanya ditujukan untuk IT.

4.1.2. Visi dan Misi

Visi SMA PLUS PGRI Cibinong mempunyai visi yaitu unggul dalam mutu dan prestasi, berwawasan global, religius, entrepreneur , sebagai agen perubahan dan pendidikan budaya bangsa. SMA Plus PGRI Cibinong mempunyai misi yaitu :

1. Pengelolaan sekolah secara profesional .

2. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendukung pembelajaran.

3. Peningkatan dan pengembangan kompetensi professional guru.

4. Pengembangan keterampilan belajar siswa (learning skill).

5. Penggunaan teknologi informasi dalam mendukung proses

pembelajaran.

6. Penanaman nilai-nilai Iman dan taqwa bagi seluruh warga sekolah, dan menampilkan dalam segala aspek kegiatan.

7. Penerapan metode pembelajaran modern sesuai dengan konsep dan paradigma baru pendidikan


(43)

30

8. Pemantapan pelaksanaan Catur Budaya sekolah yakni : Budaya

belajar, Budaya disiplin, Buday bersih dan budaya perasatuan dan persaudaraan.

9. Pemantapan jati diri sebagai lembaga pendidikan PGRI.

Visi pendidikan SMA PLUS PGRI Cibinong adalah mempersiapkan siswa yang memiliki kepribadian luhur, kemampuan berpikir, kemampuan berkreasi dan learning skill, serta mampu membina kerjasama dan kebersamaan dalam kehidupan yang luas sesuai dengan kompetensinya sendiri yaitu menjadi diri sendiri.

Misi Pendidikan SMA PLUS PGRI Cibinong adalah Mengembangkan pendidikan agama dan budi pekerti dalam kehidupan sekolah yang dilandasi cinta dan kasih sayang. Mengembangkan kegiatan-kegiatan ilmiah yang merangsang tumbuhnya nalar (neocortec) bukan hanya pada tingkat hapalan. Memberi sebanyak mungkin pengalaman kepada siswa untuk belajar dengan praktek langsung (learning by doing). Memberi bekal kepada siswa learning skill. Melatih siswa membina kerja sama dan kebersamaan. Memberi peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan kompetensinya masing-masing. Sehingga mereka berprestasi dengan tetap menjadi dirinya.

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir pertanyaan pada penelitian. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan software Microsoft Excel dengan metode Pearson correlation Product Moment. Pengujian validitas menggunakan jumlah guru sebanyak 30 orang, dengan menggunakan nilai r-tabel yang diperoleh dari df (degree of freedom). Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu varibel independen quantum learning yang terdiri dari 3 indikator. Indikator pertama yaitu konversi pengetahuan yang terdiri dari 4 sub indikator yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, internalisasi. Indikator kedua adalah spiral penciptaan pengetahuan dan indikator


(44)

ketiga adalah ba ruang pertukaran informasi. Sedangkan untuk variabel dependen adalah organisasi pembelajar, terdapat 5 indikator pada variabel dependen yaitu disiplin penguasaan pribadi, disiplin model mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir sistem dan disiplin berpikir tim.

Pengujian validitas untuk variabel independen adalah konversi pengetahuan dengan jumlah butir pertanyaan indikator sosialisasi (5 butir pertanyaan) , indikator eksternalisasi (4 butir pertanyaan), indikator kombinasi (4 butir pertanyaan) dan indikator internalisasi (5 butir pertanyaan). Berikutnya adalah indikator spiral penciptaan pengetahuan (5 butir pertanyaan) dan indikator Ba Ruang Pertukaran Informasi (7 butir Pertanyaan). Berikut ini pada Tabel 6 dengan nilai df = 30-2 = 28, maka akan menghasilkan r-tabel sebesar 0,306.

Tabel 7. Hasil Pengujian Validitas Konversi Pengetahuan Sosialisasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,353 0,306 Valid

2 0,469 0,306 Valid

3 0,570 0,306 Valid

4 0,704 0,306 Valid

5 0,504 0,306 Valid

Eksternalisasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,559 0,306 Valid

2 0,675 0,306 Valid

3 0,442 0,306 Valid

4 0,524 0,306 Valid

Kombinasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,597 0,306 Valid

2 0,602 0,306 Valid

3 0,525 0,306 Valid

4 0,385 0,306 Valid

Internalisasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,413 0,306 Valid

2 0,557 0,306 Valid

3 0,733 0,306 Valid

4 0,685 0,306 Valid

5 0,470 0,306 Valid


(45)

32

Berdasarkan Tabel 7 menujukkan bahwa uji validitas konversi pengetahuan dinyatakan valid, karena r hitung > r tabel. Berikut merupakan perhitungan validitas spiral pengetahuan terhadap 30 guru.

Tabel 8. Hasil Pengujian Validitas Spiral Penciptaan Pengetahuan

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,580 0,306 Valid

2 0,726 0,306 Valid

3 0,617 0,306 Valid

4 0,763 0,306 Valid

5 0,402 0,306 Valid

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa hasil pengujian validitas spiral penciptaan pengetahuan atas 5 pernyataan dinyatakan valid. Berikut merupakan hasil pengujian validitas ba ruang pertukaran informasi yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pengujian Validitas Ba Ruang Pertukaran Informasi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,420 0,306 Valid

2 0,612 0,306 Valid

3 0,646 0,306 Valid

4 0,660 0,306 Valid

5 0,776 0,306 Valid

6 0,464 0,306 Valid

7 0,539 0,306 Valid

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil validitas ba ruang pertukaran informasi dinyatakan valid atas 7 pertanyaan. Pengujian validitas yang dilakukan pada variabel dependen adalah organisasi pembelajar dengan 5 indikator yaitu disiplin penguasaan pribadi, disiplin model mental, disiplin visi bersama, disiplin berpikir sistem dan disiplin berpikir tim. Pada pengujian ini terdapat 29 butir pertanyaan yang terbagi dalam masing-masing indikator. Untuk indikator disiplin penguasaan pribadi terdiri dari 6 butir pertanyaan, indikator disiplin model mental 5 butir pertanyaan, indikator disiplin visi bersama 6 butir pertanyaan, indikator disiplin berpikir system 5 butir pertanyaan dan indikator disiplin berpikir tim 7 butir pertanyaan. Untuk hasil pengujian semua indikator variabel dependen, dapat dilihat pada Tabel 10.


(46)

Tabel 10. Hasil Pengujian Validitas Variabel Organisasi Pembelajar Disiplin Penguasaan Pribadi

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,337 0,306 Valid

2 0,642 0,306 Valid

3 0,577 0,306 Valid

4 0,793 0,306 Valid

5 0,561 0,306 Valid

6 0,629 0,306 Valid

Disiplin Model Mental

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,654 0,306 Valid

2 0,614 0,306 Valid

3 0,740 0,306 Valid

4 0,609 0,306 Valid

5 0,756 0,306 Valid

Disiplin Visi Bersama

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,361 0,306 Valid

2 0,483 0,306 Valid

3 0,345 0,306 Valid

4 0,361 0,306 Valid

5 0,411 0,306 Valid

6 0,359 0,306 Valid

Disiplin Berpikir Sistem

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,439 0,306 Valid

2 0,521 0,306 Valid

3 0,405 0,306 Valid

4 0,682 0,306 Valid

5 0,599 0,306 Valid

Disiplin Berpikir Tim

Butir Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan

1 0,442 0,306 Valid

2 0,523 0,306 Valid

3 0,472 0,306 Valid

4 0,664 0,306 Valid

5 0,438 0,306 Valid

6 0,801 0,306 Valid

7 0,647 0,306 Valid

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan pada tabel 10 terdapat 29 butir pertanyaan, dan seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid karena nilai r-hitung > r-tabel. Sehingga untuk variabel dependen, butir pertanyaan yang dapat diajukan kepada guru berjumlah 29 pertanyaan organisasi pembelajar.


(47)

34

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan keandalan kuesioner yang dijawab oleh guru dalam mengukur gejala yang sama atau untuk mengetahui tingkat kesalahan pengukuran. Untuk pengujian reliabilitas digunakan Software SPSS 15.0 for Windows. Suatu konstruk variabel dinyatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha> dari 0,60. Hasil dari pengujian reliabilitas dari varibel independen dan variabel dependen menggunakan Software SPSS 15.0 for Windows

memiliki nilai alpha cronbach’s untuk variabel independen sebesar 0,756 dan alpha cronbach’s untuk variabel dependen sebesar 0,850. Nilai tersebut lebih besar dari 0,60 yang artinya butir pertanyaan kuesioner yang pada variabel independen dan variabel dependen dapat dinyatakan reliabel.

4.3. Karakteristik Guru

Guru dalam penelitian ini berjumlah 55 orang yang merupakan guru SMA Plus PGRI Cibinong yang dipilih dengan menggunakan teknik

convenience. Guru yang menjadi guru pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan beberapa karakteristik yang mencakup jenis kelamin, jenjang pendidikan, usia, masa kerja, dan kelompok pekerjaan. Kuesioner terlampir pada (Lampiran 1).

4.3.1. Jenis Kelamin

Karakteristik guru pada SMA Plus PGRI Cibinong menurut jenis kelamin pria dan wanita berjumlah 55 orang.

Tabel 11. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Pria 27 49,09

Wanita 28 50,91

Total 55 100

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa guru pria berjumlah 27 orang dan memiliki persentase sebesar 49,09%, sedangkan guru wanita berjumlah 28 orang dan memiliki persentase sebesar 50,91%. Hal ini menunjukkan mayoritas guru pada SMA Plus PGRI


(48)

Cibinong merupakan wanita . Perbedaan jumlah guru pria dan wanita, tidak menggambarkan bahwa g u r u dengan jumlah mayoritas memiliki kemampuan lebih baik dalam menerapkan

quantum learning dan organisasi pembelajar. Guru yang berjenis kelamin pria maupun wanita memiliki kedudukan yang sama di dalam lembaga dalam kemampuannya menerapkan

quantum learning dan organisasi pembelajar.

4.3.2 . Jenjang Pendidikan

Karakteristik guru pada SMA Plus PGRI Cibinong dengan jenjang pendidikan terbagi atas 3 Kelompok, yaitu S1, S2 dan S3.

Tabel 12. Jenjang Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

S1 49 89.09

S2 5 9,09

S3 1 1,82

Total 55 100

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa guru dengan jenjang pendidikan S1 mendominasi dengan jumlah 49 orang (89,09%). Hal ini menunjukan guru pada SMA Plus PGRI Cibinong memiliki kualitas pendidikan yang baik. Jenjang pendidikan S1 dirasa sudah cukup memiliki kapasitas untuk mendukung proses

quantum learning dan organisasi pembelajar.

4.3.3. Usia

Karakteristik guru pada SMA Plus PGRI Cibinong memiliki rentang usia yang dikelompokkan menjadi < 30 Tahun, 31-40 Tahun, 41-50 Tahun, 50-60 Tahun dan > 60 Tahun.

Tabel 13. Usia

Usia Jumlah Persentase (%)

< 30 Tahun 21 38,18

31–40 Tahun 17 30,91

41–50 Tahun 5 9,09

51–60 Tahun 9 16,36

> 60 Tahun 3 5,45

Total 55 100


(1)

Lampiran 9. Persepsi Guru Tentang Disiplin Visi Bersama

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Lampiran 10. Persepsi Guru Tentang Disiplin Berpikir Sistem

Pertanyaan

Skor Nilai

Disiplin Berpikir Sistem

Kete-

rangan

1

2

3

4

5

N

%

N

%

N

%

N

%

N

%

Atasan langsung membuat

rasa menjadi anggota tim

yang berharga.

0

0

2

3,6

10

18,2

35

63,6

8

14,5

Setuju

Apabila diperlukan, atasan

langsung mengambil bagian

dalam pekerjaan yang

sedang dilakukan

0

0

0

0

15

27,3

31

56,4

9

16,4

Setuju

Memberikan banyak

pengaruh terhadap

pekerjaan tim

0

0

0

0

16

29,1

26

47,3

13

23,6

Setuju

Jika terlambat mengerjakan

pekerjaan akan berdampak

pada keterlambatan

pekerjaan-pekerjaan lain

0

0

0

0

7

12,7

31

56.4

17

30,9

Setuju

Merasa menjadi bagian

penting dari sistem. Jika

terjadi kesalahan pada

pekerjaan, maka akan

memberikan dampak pada

pekerjaan yang lain

0

0

4

7,3

9

16,4

34

61,8

8

14,5

Setuju

Kesimpulan

0

0

6

2,2

57

20.7

157

57,1

55

20

Setuju

Sumber: Data Primer diolah (2013)

Pertanyaan

Skor Nilai

Disiplin Visi Bersama

Kete-

rangan

1

2

3

4

5

N %

N

%

N

%

N

%

N

%

SMA PLUS PGRI

CIBINONG memiliki Visi,

Misi dan Tujuan yang

didefinisikan dengan jelas

0

0

2

3,6

10

18,2

23

41,8

20

36,4

Setuju

Sangat mudah menjelaskan

dengan singkat tujuan yang

ingin dicapai SMA PLUS

PGRI CIBINONG

0

0

0

0

4

7,3

37

67,3

14

25,5

Setuju

memberikan masukan,

khususnya terkait kebijakan

yang berhubungan dengan

ranah kerja

0

0

2

3,6

6

10,9

36

65.5

11

20

Setuju

Mengetahui dimana

memperoleh informasi

yang diperlukan dalam

melaksanakan pekerjaan

0

0

0

0

4

7,3

33

60

18

32.7

Setuju

Memiliki komitmen dan

semangat bekerja sama

untuk mencapai Visi dan

Misi

0

0

0

0

4

7,3

28

50,9

23

41,8

Setuju

Lebih mementingkan

kepentingan bersama

dibandingkan kepentingan

pribadi

0

0

1

1,8

5

9,1

35

63,6

14

25,5

Setuju


(2)

Lampiran 11. Persepsi Guru Tentang Disiplin Berpikir Tim

Pertanyaan

Skor Nilai

Disiplin Berpikir Tim

Kete-

rangan

1

2

3

4

5

N

%

N

%

N

%

N

%

N

%

Pertanyaan tentang

pekerjaan, ada guru dan

karyawan lain yang dapat

menjawab pertanyaan

0

0

2

3,6

7

12,7

34

61,8

12

21,8

Setuju

Memahami keterbatasan

kerja, maka bekerja sama

secara tim guna saling

melengkapi.

0

0

0

0

2

3,6

37

67,2

16

29,1

Setuju

Jika mempunyai banyak

pekerjaan, guru dan

karyawan lain mau

membantu

0

0

0

0

6

10,9

40

72,7

9

16,4

Setuju

Selalu ada guru dan

karyawan lain yang mau

menolong bila tidak mampu

mengerjakan sesuatu

pekerjaaan

0

0

0

0

6

10,9

36

65,5

13

23,6

Setuju

Menikmati bekerja dengan

teman-teman satu tim pada

unit kerja

0

0

0

0

0

0

36

65,5

19

34,5

Setuju

Menghormati dan

menghargai teman-teman

satu tim/ unit kerja

0

0

0

0

0

0

33

60

22

40

Setuju

Berkomunikasi dan

berkordinasi ke

teman-teman satu tim/ unit kerja

dalam menyelesaikan

pekerjaan

0

0

0

0

6

10,9

32

58,2

17

30,9

Setuju

Kesimpulan

0

0

2

0,5

27

7

248

64,4

108

28,1

Setuju

Sumber: Data Primer diolah (2013)


(3)

Lampiran 12. Tabulasi Silang Jenis Kelamin Terhadap Quantum

Learning

Quantum Learning Total

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Cukup

Setuju Setuju

Sangat Setuju

1 Jenis

Kelamin

Pria Count 1 3 14 8 1 27

% within

Jenis Kelamin 3,7% 11,1% 51,9% 29,6% 3,7% 100,0% % within

Manajemen Pengetahuan

50,0% 60,0% 63,6% 33,3% 50,0% 49,1% % of Total 1,8% 5,5% 25,5% 14,5% 1,8% 49,1%

Wanita Count 1 2 8 16 1 28

% within

Jenis Kelamin 3,6% 7,1% 28,6% 57,1% 3,6% 100,0% % within

Manajemen Pengetahuan

50,0% 40,0% 36,4% 66,7% 50,0% 50,9% % of Total 1,8% 3,6% 14,5% 29,1% 1,8% 50,9%

Total Count 2 5 22 24 2 55

% within

Jenis_Kelamin 3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0%

% within

Manajemen_Penge tahuan

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0%


(4)

Lampiran 13. Tabulasi Silang Jenjang Pendidikan Terhadap

Quantum Learning

Sumber: Data Primer diolah menggunakan

SPSS 15.0 for Windows

(2013)

Quant um Learning Tot al

Sangatn tidak setuju

Tidak Setuju

Cukup

Setuju Set uju

Sangat

set uju 1

S1 Count 1 4 5 17 22 49

% within Tingkat_Pendidika n

2,1% 8,2% 10,2% 34,6% 44,9% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

50,0% 80,0% 50,0% 70,8% 100,0% 63,6% % of Total 1,8% 7,3% 9,1% 30,9% 40% 63,6%

S2 Count 1 0 3 1 0 5

% within Tingkat_Pendidika n

20,0% ,0% 60,0% 20,0% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

50,0% ,0% 13,6% 4,2% ,0% 9,1%

% of Total 1,8% ,0% 5,5% 1,8% ,0% 9,1%

S3 Count 0 0 1 0 0 1

% within Tingkat_Pendidika n

,0% ,0% 100,0% ,0% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% ,0% 4,5% ,0% ,0% 1,8% % of Total ,0% ,0% 1,8% ,0% ,0% 1,8%

Total Count 2 5 22 24 2 55

% within Tingkat_Pendidika n

3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0%


(5)

Lampiran 14. Tabulasi Silang Usia Terhadap Quantum Learning

Quantum Learning Total

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Cukup

Setuju Setuju

Sangat Setuju 1 Usia < 30

tahun

Count

0 1 3 1 0 5

% within Usia ,0% 20,0% 60,0% 20,0% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% 20,0% 13,6% 4,2% ,0% 9,1% % of Total ,0% 1,8% 5,5% 1,8% ,0% 9,1% 31-40

tahun

Count

1 1 5 10 0 17

% within Usia 5,9% 5,9% 29,4% 58,8% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

50,0% 20,0% 22,7% 41,7% ,0% 30,9% % of Total 1,8% 1,8% 9,1% 18,2% ,0% 30,9% 41-50

tahun

Count

1 2 7 9 2 21

% within Usia 4,8% 9,5% 33,3% 42,9% 9,5% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

50,0% 40,0% 31,8% 37,5% 100,0% 38,2% % of Total 1,8% 3,6% 12,7% 16,4% 3,6% 38,2% 51-60

tahun

Count 0 1 5 3 0 9

% within Usia ,0% 11,1% 55,6% 33,3% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% 20,0% 22,7% 12,5% ,0% 16,4% % of Total ,0% 1,8% 9,1% 5,5% ,0% 16,4% > 60

tahun

Count

0 0 2 1 0 3

% within Usia ,0% ,0% 66,7% 33,3% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% ,0% 9,1% 4,2% ,0% 5,5% % of Total ,0% ,0% 3,6% 1,8% ,0% 5,5%

Total Count 2 5 22 24 2 55

% within Usia 3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0%

% within

Manajemen_Penge tahuan

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0%


(6)

Lampiran 15. Tabulasi Silang Masa Kerja Terhadap Quantum

Learning

Quantum Lerning Total

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Cukup

Setuju Setuju

Sangat Setuju

1 Masa_K

erja < 5 tahun

Count 0 1 3 2 0 6

% within

Masa_Kerja ,0% 16,7% 50,0% 33,3% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% 20,0% 13,6% 8,3% ,0% 10,9% % of Total ,0% 1,8% 5,5% 3,6% ,0% 10,9% 6-10

tahun

Count

1 1 3 10 1 16

% within

Masa_Kerja 6,3% 6,3% 18,8% 62,5% 6,3% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

50,0% 20,0% 13,6% 41,7% 50,0% 29,1% % of Total 1,8% 1,8% 5,5% 18,2% 1,8% 29,1% 11-15

tahun

Count

0 0 6 4 0 10

% within

Masa_Kerja ,0% ,0% 60,0% 40,0% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% ,0% 27,3% 16,7% ,0% 18,2% % of Total ,0% ,0% 10,9% 7,3% ,0% 18,2% 16-20

tahun

Count

0 3 7 4 1 15

% within

Masa_Kerja ,0% 20,0% 46,7% 26,7% 6,7% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% 60,0% 31,8% 16,7% 50,0% 27,3% % of Total ,0% 5,5% 12,7% 7,3% 1,8% 27,3% 21-25

tahun

Count

0 0 2 3 0 5

% within

Masa_Kerja ,0% ,0% 40,0% 60,0% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

,0% ,0% 9,1% 12,5% ,0% 9,1% % of Total ,0% ,0% 3,6% 5,5% ,0% 9,1% > 26

tahun

Count

1 0 1 1 0 3

% within

Masa_Kerja 33,3% ,0% 33,3% 33,3% ,0% 100,0% % within

Manajemen_Penge tahuan

50,0% ,0% 4,5% 4,2% ,0% 5,5% % of Total 1,8% ,0% 1,8% 1,8% ,0% 5,5%

Total Count 2 5 22 24 2 55

% within

Masa_Kerja 3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0%

% within

Manajemen_Penge tahuan

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 3,6% 9,1% 40,0% 43,6% 3,6% 100,0%