Upacara Mangongkal Holi Upacara Ritual

62 lainnya dengan tujuan yang berbeda-beda. Beberapa upacara yang pernah dilakukan oleh masyarakat setempat, antara lain:

3.4.1. Upacara Mangongkal Holi

Mangongkal holi merupakan penaikkan tulang belulang yang di gali dari bawah tugu ke atas tugu. Dasar penggalian ini pada awalnya adalah penguburan kembali tulang belulang yang berserakan karena suatu hal. Tulang belulang yang berserakan, berdasarkan kepercayaan orang Batak Toba, roh tidak dapat berkomunikasi dengan penghuni tempat kemuliaan Mulajadi Nabolon di Banua Ginjang surga. Sehingga jabu-jabu rumah yang dibuat menjadi peti jenazah bertujuan untuk menyenangkan roh nenek moyang yang sudah meninggal, yakni dengan hal itu roh leluhur dapat berkomunikasi dengan Mulajadi Nabolon. Acara penggalian pun dimulai setelah tonggo raja selesai. Penggalian dilakukan dilakukan dengan memukul gendang namun tidak selamanya di detiap upacara mangongkal holi ada bunyi gendang. Setiap unsur Dalihan Natolu, kemudian berkumpul di tempat penggalian, maka acara ini dimulai dengan nyanyian rohani kemudian dilanjutkan dengan berdoa, memohon agar upacara tersebut berkenan di hadapan-Nya. Penggalian pun dimulai dari hasuhuton, boru dilanjutkan hula-hula, pemimpin acara adat, sihal-sihal dan diteruskan oleh boru. Tulang belulang telah didapat, pertama-tama yang diambil adalah saring-saring bagian kepala dari keseluruhan. Saring-saring itu lalu disanti diterima hula-hula yang beralas ulos. Semua tulang belulang itu dihtung keseluruhannya, ruas-ruasnya jangan sampai Universitas Sumatera Utara 63 ada yang ketinggalan. Kemudian dimasukkan ke dalam ulos dipangku hula-hula. Hula-hula lalu menyerahkan tulang belulang itu kepada boru suhut. Tulang belulang kemudian dibersihkan dengan air sirih, air jeruk, air kunyit, baru diuras oleh pemimpin upacara dengan aek pangurasan, kemudian dimasukkan ke dalam peti mini yang beralaskan kain putih, lalu ditutup dengan ulos ragi idup. Saring- saring itu kemudian dibawa ke kampung oleh hasuhuton penyelenggara pesta diiringi dengan gondang dalan. Sampai di kampung ditutup dengan gondang hasahaton yang digabung dengan gondang sitio-tio. Acara pesta baru dimulai setelah tulang belulang tersebut dimasukkan ke dalam tugu. Pesta ini dibuka dengan acara gereja yakni dengan gondang untuk dimainkan lalu mereka menari manortor sebagai adat budaya yang tidak ada kaitannya dengan kepercayaan lama. Acara pesta peresmian tugu tersebut melibatkan dan mendatangkan hampir seluruh anggota marga yang mengadakan upacara ini, dan juga dari kampung tersebut. Gambar 4 : Tulang belulang nenek moyang yang akan dimasukkan ke dalam tugu dan dilakukan dalam Upacara Mangongkal Holi Universitas Sumatera Utara 64

3.4.2. Upacara Pomparan Tatea Bulan