Dampak Negatif dari Perilaku Mamele Terhadap Ajaran Agama

80

4.2.3. Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi merupakan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Masalah ekonomi yang pernah terjadi pada masyarakat Batak Toba di Hutaurat dan Hutabalian adalah karena gagalnya hasil panen yaitu padi. Padi yang mereka tanam mengalami kerusakan akibat musim kemarau. Akhirnya, mereka memilih mengadakan upacara mamele untuk menurunkan hujan. Alasan mereka mengadakan upacara mamele ini untuk mendapatkan hasil yang baik dan mendapatkan keuntungan yang banyak.

4.2.4. Malapetaka

Malapetaka menggambarkan kesengsaraan, penderitaan, bahkan bahaya yang besar dan berat. Malapetaka ini dapat terjadi karena karena ulah manusia itu sendiri. Malapetaka yang dibuat manusia itu, seperti: berbicara sembarangan atau kurang sopan di tempat keramat, membuka batu hobon akibatnya ada gila dan jari tangannya patah, dan lain sebagainya.

4.3. Dampak Negatif dari Perilaku Mamele Terhadap Ajaran Agama

Penyembahan kepada nenek moyang berarti menyamakan nenek moyang dengan dewa-dewi dan menyembah mereka berbagai perbuatan dan upacara keagamaan, yakni: doa-doa, korban sajian, dan lain-lain. Alkitab sangat menentang tindakan ini dan semua tindakan tersebut adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan Universitas Sumatera Utara 81 Dampak dari perilaku mamele ini sangat banyak terutama terhadap ajaran agama Kristen yaitu makin lunturnya pemahaman masyarakat Batak Toba terhadap ajaran injil atau agama yang sudah dianutnya. Injil ini bukan lagi sesuatu yang mengubahkan dan menyinari tetapi membuat injil menjadi lemah. Dampak negatif dari perilaku mamele adalah bangkitnya anismisme lama dan pemujaan roh nenek moyang. Menurut Lothar Schreiner, mengatakan bahwa “Orang dapat berkata bahwa pemujaan nenek moyang datang kembali. Dalam pergaulan, orang Kristen percaya bahwa orang yang mati dan bapak-bapak leluhur……………ketua bius. Itulah sebabnya pengaruh kepercayaan itu terus menerus malahan menjadi persoalan inti buat gereja-gereja.” Pemujaan roh nenek moyang dalam gereja-gereja suku di Indonesia belum berhenti sebelumnya. Memang ada di antara mereka yang mengaku melakukan hanya sebagai tradisi dan sebagian lagi bermotifkan berkat dari leluhur. Namun cukup banyak yang memberikan sesajen kepada roh-roh leluhur secara diam-diam karena takut kepada larangan gereja. Selain alasan di atas, alasan lain yang tidak terelakkan adalah iman Kristen yang sinkretis. Tuhan bukan lagi merupakan sumber berkat satu-satunya, tetapi perlu tambahan berkat dari roh-roh leluhur tersebut. Sumber sejahtera bukan lagi hanya pada Tuhan, tetapi perlu meminta kepada roh-roh nenek moyang dan roh-roh yang dihormati pada waktu lampau. Dampak negatif yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan telah diduakan dengan nenek moyang dan orang- orang yang dihormati yang telah mati. Universitas Sumatera Utara 82

4.4. Pandangan Masyarakat di Hutaurat dan Hutabalian tentang Perilaku Mamele