B. Ar-rahn Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai Syariah Rahn
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah : jaminan hutang, gadaian
23
, seperti juga dinamai Al-Habtsu, artinya : penahanan
24
. Sedangkan dalam pengertian istilah adalah menyandera sejumlah harta yang
diserahkan sebagai jaminan secara hak dan dapat diambil kembali sejumlah harta yang dimaksud setelah ditebus.
25
Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 disebutkan, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu
untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang- orang untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelematkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.
26
Ulama Malikiyah mendefinisikan rahn gadai dengan harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Ulama Hanafiyah
mendefinisikan rahn yaitu menjadikan suatu barang sebagai jaminan terhadap hak piutang itu, baik seluruhnya maupun sebagian. Sedangkan menurut ulama
23
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawir, Ed. II, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 542.
24
Ibid,. h. 231.
25
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 1-2.
26
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keungan Syariah Jakarta: Kencana, 2009, h. 383.
Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan Ar-rahn dengan menjadikan materi barang sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang
yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu. Defenisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan
jaminan agunan utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh Malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual
apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait dengan barang jaminan, apabila orang
yang berutang tidak mampu membayar hutangnya.
27
Jadi, kesimpulannya rahn adalah menahan barang jaminan milik si peminjam rahin, baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan murtahin memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya.
2. Landasan Hukum Rahn
Dasar hukum yang menjadi landasan gadai syariah adalah ayat-ayat Al-Quran, hadist Nabi Muhammad SAW dan ijma ulama. Hal ini dimaksud, diungkapkan
sebagai berikut :
28
27
AH. Azharuddin Latif, Fiqh Muamalat Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 154.
28
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, h. 5-8.
a. Al-Qur’an
, ,
, ,
٢ :
٢ ٨ ٣
Artinya : Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu para saksi
menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan QS Al-Baqarah 2 : 283.
Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan oleh yang mengutangkan”. Dalam dunia finansial,
barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan collateral atau objek pegadaian.
b. Al-Hadist
ٌ ﷲ ُ ﷲ
Artinya : Aisyah r.a berkata bahwa “Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi”.HR. Bukhari.
29
29
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid I, Beirut: Maktabah Ashriyah, 1997, h. 753.