Pengertian Gadai Syariah Rahn

a. Al-Qur’an

 , ,   , , ٢ : ٢ ٨ ٣ Artinya : Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan QS Al-Baqarah 2 : 283. Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan oleh yang mengutangkan”. Dalam dunia finansial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan collateral atau objek pegadaian.

b. Al-Hadist

ٌ ﷲ ُ ﷲ Artinya : Aisyah r.a berkata bahwa “Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi”.HR. Bukhari. 29 29 Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid I, Beirut: Maktabah Ashriyah, 1997, h. 753. Dari hadist di atas dapat dipahami bahwa bermuamalah dibenarkan juga dengan non muslim dan harus ada jaminan sebagai pemegang, sehingga tidak ada kekhawatiran bagi yang memberi piutang.

c. Ijma Ulama

Para ulama semuanya sependapat, bahwa perjanjian gadai hukumnya mubah boleh. Namun ada yang berpegang kepada zahir ayat, yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan bepergian saja, seperti paham yang dianut oleh Mazhab Zahiri, Mujtahid dan al-Dhahak. Sedangkan jumhur kebanyakan ulama membolehkan gadai, baik dalam keadaan bepergian maupun tidak, seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW di Madinah, seperti telah disebutkan dalam hadist di atas. 30 Jadi secara umum rahn boleh dilakukan, karena kegiatan tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

3. Rukun Rahn

Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi rukun gadai syariah. Rukun rahn tersebut antara lain : 31 Sighat Ijab dan Qabul, yaitu kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai. Aqid, adalah pihak-pihak yang melakukan perjanjian shigat. Aqid terdiri dari dua pihak yaitu : pertama, rahin yang menggadaikan, yaitu orang yang telah 30 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalat, Ed 1, cet ke-2, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h. 255. 31 Muhammad Firdaus NH.dkk, Cara Mudah Memahami Akad-akad Syariah Jakarta: Renaisan, 2005, h. 92-93.