BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
1
Perusahaan Baja Pertiwi Industri merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan baja. Produk yang dihasilkan adalah sparepart dari
peralatan di pabrik kelapa sawit seperti roda lorry, roda transfer carriage, screw, Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste
pemborosan di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep perampingan atau efisiensi. Konsep lean thinking ini dapat diaplikasikan pada
perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada dasarnya efisiensi selalu menjadi target yang ingin dicapai oleh semua perusahaan. Untuk dapat mengaplikasikan
konsep lean thinking pada perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun manufaktur, maka perusahaan harus mampu untuk mengidentifikasi kebutuhan dari
konsumen, dan apa yang dipentingkan oleh konsumen. Pendekatan ini merupakan filosofi dasar untuk mengoptimalkan performansi sistem manufaktur.
Menurut Liker 2006 Toyota telah mengidentifikasikan tujuh jenis aktivitas utama yang tidak memiliki nilai tambah dalam bisinis maupun proses manufaktur antara
lain produksi berlebihan, waktu menunggu, transportasi, persediaan berlebih, gerakan yang tidak perlu dan produk cacat. Seluruh kegiatan tersebut merupakan
pemborosan waste yang dapat memperpanjang production lead time.
1
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya
Universitas Sumatera Utara
jaw, parang tanduk, mesin pompa dan sebagainya. Bahan baku diperoleh dari supplier barang bekas yang bahan dasarnya stainless dan besi. Selama ini
perusahaan menggunakan sistem make to order, jadi produksinya adalah berdasarkan pesanan. Dengan demikian perusahaan sangat bergantung kepada
pelanggan. Karena itu kinerja perusahaan dalam memberikan supply produk pada pelanggan harus dioptimalkan. Adapun yang menjadi pelanggan dari PT Baja
Pertiwi Industri adalah Pabrik-pabrik kelapa sawit yang berdomisili di daerah Sumatera Utara.
Produk yang memiliki pemenuhan order terbanyak adalah roda lorry yaitu mencapai 23 dari jumlah produk yang dihasilkan dalam setiap bulannya. Proses
produksi dari roda lorry terdiri dari proses peleburan baja, penuangan cairan baja ke dalam cetakan pasir, pembongkaran, pembubutan, pemotongan dan pembubutan
ash, pengecatan dan pengepressan. Sepanjang proses produksi tersebut terjadi waktu menunggu yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Waktu Menunggu pada Proses Produksi Roda Lorry No
Kegiatan Waktu Menunggu Menit
1 Cetakan pasir cup dan drag di stasiun pencetakan
180 2
Corong di stasiun pencetakan 180
3 Bahan baku di stasiun peleburan
40 4
Cetakan yang telah didinginkan di stasiun pembongkaran
120
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Waktu Menunggu pada Proses……Lanjutan No Kegiatan
Waktu Menunggu Menit
5 Calon produk di stasiun pembersihan
30 6
Roda lorry di stasiun pembubutan 120
7 Roda lorry distasiun pendempulan dan pengecatan
960 8
Roda lorry di stasiun pengepressan 480
9 Ash distasiun pemotongan
60 10 Ash dstasiun pembubutan
480 11 Ash distasiun pengepressan
4
Sumber: PT. Baja Pertiwi Industri
Selain itu transportasi yang terjadi pada proses produksi roda lorry sering terjadi karena stasiun kerja disusun berdasarkan jenis layout by process dan
perusahaan dalam menjaga ketersediaan barang senantiasa melakukan stock dalam bentuk calon produk work in process.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan lean telah banyak dilakukan dalam rangka mereduksi waste. Sri Hartini dkk pada tahun 2009 melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pemborosan Perusahaan Mebel dengan Pendekatan Lean Manufacturing Studi Kasus PT X”. Pada penelitian ini
mengelompokkan aktivitas kedalam tiga bagian yaitu value added, non value added, necessary non value added. Hasil penelitian ini adalah value stream
mapping VSM perusahaan yang meliputi aliran material dan informasi. Dari VSM diketahui peta aktivitas-aktivitas dilantai pabrik yang mendominasi. Dari FMEA
diketahui nilai RPM Risk Priority Number terbesar pada aktivitas yang berhubungan dengan jig. Untuk mereduksi pemborosan waste dilakukan
manajemen jig dengan baik. Selain itu penelitian dengan pendekatan yang sama
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Marcy Lolita dan Wilma Latuny dari Universitas Pattimura Ambon
dengan judul “Implementasi Konsep Lean Thinking untuk Menganalisis Order Fullfilment Process” yaitu dengan menyebarkan kuisioner waste workshop untuk
mengidentifikasi jenis waste. Tools yang digunakan untuk menganalisa waste tersebut adalah root cause analysis RCA. Dari hasil simulasi diperoleh
peningkatan output sebesar 6872 buah aquarium dengan penambahan 1 mesin cutting glass dan 4 operator, 1 mesin bending dan 1 orang operator, 1 mesin corner
dan 1 orang operator. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengidentifikasi dan
mereduksi waste pada proses produksi agar perusahaan dapat menghemat sumber daya bahan baku, waktu dan energi sehingga terjadi peningkatan efisiensi dengan
menggunakan pendekatan lean. Adapun tools yang digunakan dalam penelitian ini adalah value stream mapping yang akan memberikan gambaran jelas mengenai
proses produksi perusahaan. Saran perbaikan untuk mengurangi waste diharapkan dapat memperbaiki kinerja perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah