BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Current State Map
Analisa current state map PT Baja Pertiwi Industri dilakukan untuk mengidentifikasi pemborosan-pemborosan yang terjadi sepanjang value
stream. Tahapan langkah yang dilakukan yaitu: 1.
Rincian kegiatan yang termasuk dalam value added time VA dan non-value added time NVA.
Dalam tahapan ini dikelompokkan aktivitas yang termasuk dalam value added dan non vakue added. Total value added time dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Total Value Added Time Aktivitas
Waktu menit
Pembutan mal 2100
Pembuatan Corong 6
Pencetakan Cup dan Drag 28
Memasukkan Bahan Baku 2
Peleburan 196
Penuangan 2
Pendinginan 720
Peembongkaran 8
Tabel 6.1. Total Value Added Time Lanjutan
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas Waktu menit
Pembersihan 7
Pembubutan 77
Pendempulan dan Pengecatan 6
Pemotongan Ash 27
Pembubutan Ash 118
Pengepressan 4
Total 3301
Total non value added time dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Total Non-Value Added Time Aktivitas
Waktu menit
Cetakan cup dan drag dibawa dan menunggu di bagian pencetakan
180
Corong dibawa dan menunggu di bagian pencetakan 180
Pemilihan bahan baku 40
Bahan baku diangkut dan menunggu di stasiun peleburan
67.71
Cetakan yang telah didinginkan dibawa dan menunggu di stasiun pembongkaran
121.39
Calon produk dibawa dan menunggu distasiun pembersihan
30.25
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.2. Total Non-Value Added Time Lanjutan Aktivitas
Waktu menit
Roda lorry dibawa dan menunggu di stasiun pembubutan
126.78
Roda lorry dibawa dan menunggu di stasiun pendempulan dan pengecatan
960
Roda lorry dibawa dan menunggu di stasiun pengepressan
480
Ash di bawa dan menunggu di stasiun pemotongan 60
Ash di bawa dan menunggu di stasiun pembubutan 480
Ash di bawa dan menunggu di stasiun pengepressan 10
Total 3836.13
Perbandingan antara value added dan non value added activity dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Pie Chart Perbandingan VA dan NVA
Universitas Sumatera Utara
Dari pie chart. terlihat bahwa persentase aktivitas value added time hanya sebesar 46 dari keseluruhan aktivitas pada produksi roda lorry di PT Baja Pertiwi
Industri. Aktivitas non value added yang terjadi dapat dihilangkan, tetapi tidak semuanya, karena ada aktivitas yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dianalisis lebih rinci pada tahapan berikutnya. 2.
Analisis cycle time Pada dasarnya waktu siklus merupakan value added time. Namun jika
diperhatikan lebih jauh terdapat bagian aktivitas pada waktu siklus yang mengindikasikan bagian aktivitas tersebut merupakan non value added
activities atau disebut juga non value creating time. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dilantai produksi PT Baja Pertiwi Industri terdapat
beberapa kegiatan yang termasuk non creating time, antara lain: a.
Pada proses pemotongan ash, pekerja tampak lebih santai dalam mengoperasikan mesin, jadi selama mesin berjalan operator tidak
melakukan pekerjaan apapun. Pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan.
b. Pada saat pembersihan calon produk, pekerja sering tidak konsentrasi dan
cenderung untuk mengobrol dengan sesama pekerja. 3.
Identifikasi Pemborosan pada Proses Produksi Tahapan ini digunakan untuk menentukan aktiitas-aktivitas yang menyebabkan
lead time menjadi lebih panjang. Berikut ini pembahasan mengenai tujuh waste pemborosan pada PT Baja Pertiwi Industri.
Universitas Sumatera Utara
a. Overproduction Kelebihan Produksi
Dalam melaksanakan proses produksinya, PT Baja Pertiwi Industri menganut prinsip make to order yaitu bahwa produk yang diproduksi sesuai dengan
permintaan dari konsumen. Sehingga overproduction tidak terjadi di lantai produksi.
b. Waiting Waktu Menunggu
Waktu menunggu yang terjadi di lantai produksi dapat dilihat pada Tabel 6.2. Waktu menunggu merupakan pemborosan yang dapat terlihat di sepanjang
value stream mapping. Waktu menunggu ini menyebabkan adanya non value added activities seperti karyawan yang mengobrol satu sama lain.
Dari lantai pabrik diketahui bahwa waktu menunggu senantiasa terjadi pada beberapa stasiun kerja. Kebanyakan waktu menunggu yang terjadi di
hampir setiap stasiun disebabkan material yang keluar dari satu proses tidak langsung dikerjakan di proses selanjutnya. Hal ini dilatarbelakangi
oleh pekerja yang menunggu-nunggu informasi untuk mengerjakan pekerjaannya.
c. Excesive Transportation Transortasi yang Berlebihan
Pemindahan barang dalam proses work in process dari satu tempat ke tempat lain dalam satu proses senantiasa terjadi pada lantai produksi baik
dalam jarak yang dekat maupun yang jauh, pemindahan ini menggunakan alat bantu crane, multistick maupun dipindahkan secara langsung dengan
menggunakan tangan. Pemindahan ini terjadi karena layout pada
Universitas Sumatera Utara
perusahaan ini merupakan layout by process, sehingga proses produksi berjalan pada stasiun yang jaraknya berjauhan.
d. Overprocessing Proses yang Berlebihan
Proses yang berlebihan menyatakan adanya proses yang tidak diperlukan dalam membuat komponen. Dalam proses produksi roda lorry di PT Baja
Pertiwi Industri tidak terdapat overprocessing. e.
Excessive Inventory Persediaan yang Berlebihan Persediaan produk jadi pada dasarnya tergantung schedule pengiriman
berdasarkan leadtime yang ditetapkan oleh pelanggan. Namun terkadang perusahaan senantiasa menyediakan stock yang diperuntukkan apabila
jumlah permintaan meningkat sesuai dengan order konsumen. Jumlah stock yang diproduksi didasarkan pada pengalaman perusahaan. Stock
yang ada di perusahaan biasanya bukan produk jadi melainkan barang dalam proses. Misalnya setelah calon produk dibongkar maka tidak
langsung dibawa ke stasiun pembubutan namun calon produk itu menjadi stock yang tidak ditentukan waktu pemakaiannya. Calon produk yang
digunakan sebagai stock tersebut tidak disimpan pada gudang melainkan di tempatkan pada stasiun pembongkaran. Hal ini sebenarnya kurang efisien
karena disebabkan tidak adanya gudang sehingga beberapa areal digunakan untuk menempatkan calon produk tersebut. Sehingga dapat
menimbulkan kesulitan dalam kegiatan transportasi antar stasiun dan mengakibatkan ketidaklancaran proses produksi.
Universitas Sumatera Utara
f. Unnecessary Motion Gerakan yang tidak Perlu
Unnecessary Motion terjadi pada saat dilakukannya pemilahan bahan baku. Karena bahan baku yang diperoleh dari supplier merupakan besi bekas.
Sehingga sebelum dilakukan peleburan terlebih dahulu bahan baku dipilah. Kegiatan ini sebenarnya tidak produktif karena untuk mengerjakan ini
memerlukan waktu yang cukup lama. g.
Product Defect Produk Cacat Produk dikatakan cacat apabila pada saat pembokaran ditemukan calon produk
yang bentuknya tidak sesuai dengan cetakan adanya calon produk yang rework. Selain itu apabila roda lorry yang diproduksi tidak memenuhi
spesifikasi dari permintaan konsumen. Dalam menjalankan produksinya PT Baja Pertiwi Industri tidak selalu medapatkan keluhan dari konsumen
terhadap produk yang dihasilkan. Apabila ditemukan adanya keluhan, maka pihak perusahaan akan langsung mengganti produk.
4. Menentukan Akar Permasalahan
Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan value stream manager mengenai seluruh aktivitas sepanjang value stream, terlihat bahwa masih ada
pemborosan pada perusahaan. Permasalahan yang menyebabkan terjadinya pemborosan perlu diketahui akar permasalahannya, maka itu digunkan tool 5
why seperti yang terlihat pada Tabel 6.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.3. Penggunaan Metode 5 Why dalam Mengetahui Akar Permasalahan No
Permasalahan Why
Why Why
Why Why
1 Pemborosan
dalam bentuk
waktu menunggu
Proses produksi yang
berlangsung secara
bertahap atau tidak
mengalir not one
piece flow Calon produk
menunggu di
stasiun pembubutan
Operator masih mengerjaka
n calon produk
sebelumnya Ketidakseimbangan
pada beberapa stasiun kerja
Kurangnya perencanaan
perusahaan
Ash menunggu untuk
dibubut.
Operator mengerjaka
n proses di stasiun
lainnya
Ketidakseimbangan di beberapa
stasiun kerja
Kurangnya perencanaan
perusahaan
Universitas Sumatera Utara
6.2. Rancangan Tindakan Perbaikan