ditolak sehingga berarti tidak terdapat hubungan antara usia dengan kehadiran. Tidak terdapatnya hubungan nyata antara usia dengan kehadiran dapat disebabkan
karena Program Paket C didesain untuk kelompok usia yang beragam mulai dari usia 15-44 tahun dengan karakteristik yang yang sangat beragam. Sasaran Paket C
sendiri dari mulai mereka yang lulus Paket BSMPMA, belum menempuh pendidikan SMAsetara, putus SMAsetara, tidak menempuh sekolah formal
karena pilihan sendiri, tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor potensi, waktu, kondisi geografis, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan. Berbagai
faktor yang telah disebutkan sebelumnya tersebut menyebabkan aktifitas yang berbeda pula bagi setiap peserta sehingga uji hubungan yang menyatakan faktor
umur tidak berhubungan secara nyata dengan kehadiran dapat dipahami.
6.1.2 Hubungan Antara Jenis kelamin dengan Tingkat Kehadiran
Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kehadiran dilakukan dengan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kehadiran. Hubungan antara jenis kelamin dengan kehadiran diperlihatkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Jenis Kelamin dengan Tingkat Kehadiran di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011
Tingkat Kehadiran Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Rendah 50,0
33,0 Tinggi
50,0 67,0
Total 100,0
18 100,0
12
Tabel 6 menunjukkan bahwa laki-laki dengan persentase kehadiran rendah sama dengan yang tingkat kehadirannya tinggi. Sedangkan untuk perempuan,
hasil persentase antara yang tingkat kehadirannya tinggi lebih besar daripada yang persentase kehadirannya rendah. Berdasarkan hasil uji Pearson, jenis kelamin
tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat kehadiran. Hal ini kemungkinan disebabkan karena program Paket C tidak mengklasifikasikan jenis kelamin dalam
proses pembelajaran. Tidak ada hari-hari tertentu dalam proses pembelajaran yang mengkhususkan jenis kelamin tertentu untuk hadir pada hari itu sehingga tidak
adanya hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kehadiran dapat dipahami. Namun bila dikaji lebih lanjut, dalam hasil tabulasi silang terlihat bahwa
persentase warga belajar yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat kehadiran yang lebih tinggi bila dibadingkan dengan warga belajar berjenis
kelamin laki-laki. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan adanya kecenderungan untuk warga belajar berjenis kelamin perempuan untuk lebih rajin karena faktor-
faktor biologis tetapi hal tersebut tidak berengaruh bila berdasarkan uji analisis statistik.
6.1.3 Hubungan Antara Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kehadiran
Hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran dilakukan dengan melakukan tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang nyata antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran.
Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sosial ekonomi warga belajar dengan tingkat kehadiran. Diduga bahwa semakin tinggi
keadaan sosial ekonomi warga belajar maka akan semakin tinggi pula tingkat kehadiran warga belajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Hasil tabulasi silang antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar untuk warga belajar dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, 43 persen warga belajar memiliki tingkat kehadiran
yang rendah dan 57 persen memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Sedangkan untuk warga belajar dengan keadaan sosial ekonomi tinggi, terdapat 44 persen
tingkat kehadiran warga belajar yang rendah dan 56 persen tingkat kehadiran tinggi. Angka persentase di atas menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi
tidak ada hubungannya dengan tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Pearson yang menunjukkan
Asymp. Sig . yang sangat tinggi yaitu sebesar 0,961. Angka Asymp. Sig. tersebut
sangat jauh berbeda dengan α yang nilainya 0,1. Nilai tersebut menguatkan H0
yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara keadaan sosial ekonomi dengan tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran.
Tabel 7. Persentase Tingkat Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kehadiran Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011
Tingkat Kehadiran Tingkat Sosial Ekonomi
Rendah Tinggi
Rendah 43,0
44,0 Tinggi
57,0 56,0
Total 100,0
14 100,0
16
Hal ini menunjukkan bahwa PKBM Negeri 17 telah menjalankan tugasnya dengan baik, karena tidak membedakan antara keadaan sosial ekonomi rendah
maupun keadaan sosial ekonomi tinggi. Seluruh lapisan masyarakat diterima dan diberikan pengajaran yang sama yang dalam prakteknya diserahkan kembali
kepada warga belajar untuk rajin dalam setiap pertemuan pembelajaran atau tidak.
6.1.4 Hubungan Antara Motivasi dengan Tingkat Kehadiran