Hasil uji korelasi menunjukkan angka signifikansi 0,367. Nilai signifikansi sebesar 0,367 tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar daripada
α 0,1. Hal itu berarti tidak terdapat hubungan yang nyata secara statistik antara lokasi
pembelajaran dengan keaktifan. Pengelola Paket C memang memprioritaskan warga belajar tidak mampu
yang bertempat tinggal disekitar lokasi pembelajaran, walaupun tidak menutup kesempatan bagi yang bertempat tinggal jauh dari lokasi, agar tidak terlalu
memberatkan warga belajar kurang mampu dalam hal biaya transport yang harus dikeluarkan. Lokasi pembelajaran bukan merupakan hal yang berhubungan
dengan keaktifan warga belajar. Baik bagi mereka yang menganggap lokasi pembelajaran Paket C jauh atau dekat sama-sama memiliki keaktifan yang cukup
tinggi.
6.2.8 Hubungan antara Kualitas Pengajar dengan Keaktifan
Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan secara nyata antara kualitas pengajar dengan keaktifan. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan
tabulasi silang dan uji korelasi Pearson. Hasil tabulasi silang akan disajikan pada Tabel 20 di bawah ini.
Tabel 20. Persentase Kualitas Pengajar dengan Tingkat Keaktifan Warga Belajar di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011
Keaktifan Kualitas Pengajar
Rendah Tinggi
Rendah 60,0 20,0
Tinggi 40,0 80,0
Total 100,0
15 100,0
15
Berdasarkan pada Tabel 20 di atas, terdapat sebanyak 60 persen warga belajar yang menganggap kualitas pengajar rendah memiliki keaktifan yang
rendah pula, dan sebanyak 80 persen warga belajar yang memiliki anggapan kualitas pengajar tinggi memiliki keaktifan yang tinggi pula.
Uji korelasi
Pearson juga menunjukkan angka signifikansi Asymp. Sig.
sebesar 0,025. Angka signifikansi sebesar 0,025 tersebut merupakan angka yang signifikan sehingga diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang nyata
antara kualitas pengajar dengan keaktifan warga belajar. Terdapatnya hubungan antara dua variabel tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi anggapan warga
belajar terhadap kualitas tutor atau pengajarnya, maka akan semakin tinggi pula keaktifan mereka dalam mengerjakan tugas, bertanya, dan menjawab pertanyaan
yang diberikan. Pendidik dalam Paket C memang diharapkan memiliki kompetensi profesional yang baik agar dapat mengarahkan warga belajar untuk
selalu bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran.
BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA
7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap
Keberlanjutan Pendidikan
Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kehadiran dengan sikap. Hipotesis awal ini menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat kehadiran warga belajar dalam proses pembelajaran maka akan semakin tinggi pula sikap warga belajar terhadap pendidikan, terutama untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih baik. Tingkat kehadiran menunjukkan intensitas warga belajar untuk hadir mengikuti proses pembelajaran
di PKBM Negeri 17. Sedangkan sikap adalah perilaku warga belajar dalam menghayati kegiatan-kegiatan pendidikan terutama dalam rangka untuk
melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
tingkat kehadiran dengan sikap warga belajar terhadap pendidikan. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan
menggunakan tabulasi silang dan uji statistik Pearson. Pengambilan keputusan dalam uji statistik Pearson adalah berdasarkan nilai signifikansi Asymp. Sig..
Jika nilai signifikansi lebih besar dari α 0,1 maka H0 diterima, artinya tidak
terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Untuk lebih jelasnya, hubungan antara tingkat kehadiran dengan sikap dapat dilihat pada Tabel 21.