Hal ini menunjukkan bahwa PKBM Negeri 17 telah menjalankan tugasnya dengan baik, karena tidak membedakan antara keadaan sosial ekonomi rendah
maupun keadaan sosial ekonomi tinggi. Seluruh lapisan masyarakat diterima dan diberikan pengajaran yang sama yang dalam prakteknya diserahkan kembali
kepada warga belajar untuk rajin dalam setiap pertemuan pembelajaran atau tidak.
6.1.4 Hubungan Antara Motivasi dengan Tingkat Kehadiran
Motivasi berasal dari dua kata “motif” dan “asi” actio. Motif berarti dorongan dan asi berarti usaha sehingga motivasi bermakna usaha yang dilakukan
manusia untuk menimbulkan dorongan melakukan tindakan Soedijanto, 1994. Menurut Arden N Frendsen, terdapat beberapa motif yang mendorong orang
untuk belajar, diantaranya adalah: sifat ingin tahu, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati, memperbaiki kegagalan, mendapatkan rasa aman dan
ganjaran. Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu penggerak atau dorongan-dorongan
yang timbul dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasi tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk pemenuhan
kebutuhan baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani. Tabel 8 menunjukkan persentase warga belajar berdasarkan tingkat motivasi dan tingkat kehadirannya.
Tabel 8. Persentase Motivasi dengan Tingkat Kehadiran di PKBM Negeri 17 Jakarta, 2011
Tingkat Kehadiran Motivasi
Rendah Tinggi
Rendah 41,7
44,4 Tinggi
58,3 55,6
Total 100,0
12 100,0
18
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 41,7 persen warga belajar yang memiliki motivasi rendah memiliki tingkat kehadiran yang rendah pula.
Sedangkan untuk 58,3 persen warga belajar yang memiliki motivasi rendah memiliki tingkat kehadiran yang tinggi. Untuk warga belajar yang memiliki
motivasi tinggi terdapat 44,4 warga belajar yang memiliki tingkat kehadiran yang rendah pula. Sebesar 55,6 persen warga belajar yang memiliki motivasi tinggi
memiliki yang memiliki tingkat kehadiran yang tinggi pula. Hal ini terlihat agak ganjil karena orang dengan motivasi yang rendah justru memiliki tingkat
kehadiran yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan warga belajar yang memiliki motivasi tinggi. Hal itu bisa saja terjadi karena adanya peraturan pada
PKBM Negeri 17 ini yang menyebutkan bahwa jika warga belajar tidak hadir tanpa keterangan selama 4 kali berturut-turut maka warga belajar tersebut akan
dikenakan sanksi berupa daftar ulang dengan biaya sebesar 25 ribu Rupiah. Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa nilai signifikansi Asymp. Sig.
untuk hubungan antara motivasi dengan tingkat kehadiran adalah sebesar 0,880. Nilai tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan
α 0,1 maka H0 tidak dapat ditolak. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara motivasi dengan tingkat kehadiran. walaupun secara teoritis seharusnya terdapat hubungan antara motivasi dengan kehadiran. Secara teoritis, semakin
tinggi motivasi yang dimiliki oleh warga belajar maka akan semakin sering warga belajar hadir dalam setiap pertemuan pembelajaran. Namun dalam penelitian ini
hal tersebut dibantah dan hasil uji menunjukkan sebaliknya. Penulis memperkirakan bahwa tingginya motivasi warga belajar untuk
belajar dan mengikuti pertemuan pembelajaran harus dikesampingkan oleh warga
belajar karena sebagian besar warga belajar telah bekerja sehingga warga belajar terikat dengan kewajiban untuk lebih dulu menyelesaikan tugas mereka sebagai
pekerja. Sehingga, dorongan besar yang dirasakan oleh warga belajar untuk mengikuti pertemuan pembelajaran harus kalah karena adanya kewajiban mereka
untuk bekerja.
6.1.5 Hubungan Antara Tingkat Dukungan Keluarga dengan Tingkat