hutan kemasyarakatan secara keseluruhan dan peserta HKm berharap campur tangan pemerintah dalam hal pengawasan kawasan hutan kemasyarakatan.
Pemerintah dan peserta HKm bersama-sama menjaga hutan dan melestarikan hutan.
Teknologi tepat guna sudah diterapkan untuk kelayakanperuntukan dalam memanfaatkan hasil hutan, jawaban responden mayoritas menjawab setuju dan
sangat setuju, sebanyak 49 orang 51,00 menyatakan setuju dan sebanyak 41 orang 43,00 menyatakan sangat setuju. Teknologi tepat guna sangat membantu
peserta HKm dalam memanfaatkan hasil hutan, mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju, sebanyak 77 orang 80,00 menyatakan sangat setuju
dan sebanyak 17 orang 18,00 menyatakan setuju. Hal ini menjelaskan bahwa peserta HKm telah memiliki kemampuan dan teknik dalam pemanfaatan hutan
baik dalam hal menjaga hutan, mengelola dan memanfaatkan lahan, memanfaatkan hasil hutan serta melestarikan hutan.
4.2. Pembahasan
Hasil uji deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden peserta HKm yakni sebanyak 61 sd 76 orang 64,00 sd 79,00 memiliki kondisi
sosial ekonomi yang baik dan sangat baik dalam rangka pemanfaatan HKm. Kondisi sosial ekonomi peserta HKm yang diukur dari meningkatnya sosial
ekonomi, menambah penghasilan dan manfaat dalam pemanfaatan HKm memberikan hasil yang positif antara lain: 1 kondisi sosial ekonomi peserta
HKm banyak mengalami peningkatan dengan pemanfaatan HKm, 2 ikut dalam pemanfaatan HKm peserta mampu memelihara, melindungi dan memulihkan
sumberdaya alam, 3 faktor kebiasaan dalam memanfaatkan hutan mendorong
Universitas Sumatera Utara
peserta ikut sebagai peserta HKm, 4 dengan ikut serta dalam memanfaatkan hutan dapat menambah penghasilan peserta HKm, 5 dengan terlibat sebagai
peserta dapat memberikan manfaat yang baik bagi aktivitas peserta, lingkungan dan hutan.
Pemberdayaan partisipatif memperlihatkan bahwa mayoritas peserta HKm yakni sebanyak 64 sd 75 orang 67,00 sd 78,00 memiliki tingkat
pemberdayaan partisipatif yang baik dan sangat baik dalam rangka pemanfaatan HKm. Hal ini diukur dari pemberdayaan masyarakat berkelanjutan, meningkatkan
norma-norma dan peraturan yang berlaku serta meningkatkan kemampuan dan kemandirian. Hasil penelitian dari pernyataan peserta HKm diperoleh bahwa: 1
pemberdayaan masyarakat dalam program HKm dilakukan secara berkelanjutan, 2 pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan HKm selama ini mengikuti
norma-norma dan peraturan yang berlaku, 3 kesadaran masyarakat dalam membudidayakan hutan meningkat setelah terlibat dalam pemanfaatan HKm,
4 kemampuan dan kemandirian peserta HKm meningkat setelah ikut serta dalam pemanfaatan HKm, 5 peserta HKm saling bekerjasama dalam kelompok untuk
mengambil keputusan dan melaksanakan program HKm. Persepsi masyarakat memperlihatkan bahwa mayoritas peserta HKm yakni
sebanyak 59 sd 67 orang 62,00 sd 70,00 memiliki persepsi yang baik dan sangat baik dalam rangka pemanfaatan HKm. Hal ini diukur dari persepsi
masyarakat dalam pemanfaatan HKm, persepsi terhadap kebijakan pemanfaatan HKm, persepsi terhadap tanggung jawab pemanfaatan HKm. Hasil penelitian dari
pernyataan peserta HKm diperoleh bahwa: 1 tanggapan peserta HKm dengan adanya program pemanfaatan HKm yang diberikan pemerintah, setuju dan sangat
Universitas Sumatera Utara
setuju 2 kebijakan pemerintah harus dan wajib diterapkan peserta dalam
memanfaatkan HKm, setuju dan sangat setuju 3 peserta HKm setuju pembagian lahan sudah sesuai dengan kemampuan peserta dalam memanfaatkan hutan, setuju
dan sangat setuju 4 peserta HKm setuju dalam memanfaatkan hutan
memberikan manfaat bagi kelestarian hutan, setuju dan sangat setuju 5 peserta HKm setuju program HKm tidak merusak fungsi hutan, setuju dan sangat setuju.
Partisipasi masyarakat dalam penelitian ini yaitu diukur dari kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi, pemanfaatan hasil hutan, menjaga hutan dan
membudidayakan hutan. Hasil penelitian dari pernyataan peserta HKm dalam kegiatan perencanaan diperoleh hasil: 1 peserta HKm mengharapkan untuk
terlibat dalam perencanaan pemanfaatan hutan 2 dalam perencanaan penyusunan program mereka harapkan semua peserta HKm diikutsertakan, permasalahan
yang didapat peneliti adalah 3 perencanaan yang telah disusun tidak diketahui peserta, tidak dipahami dan tidak dapat melaksanakannya 4 rencana kerja yang
ada tidak memberikan manfaat bagi peserta dalam pemanfaatan hutan 5 faktor kebiasaan peserta dalam memanfaatkan hutan tidak membutuhkan perencanaan
dalam pemanfaatan hutan. Perencanaan merupakan tahap awal dari sebuah proses pemanfaatan.
Perencanaan pemanfaatan hutan yang telah dilaksanakan sebahagian peserta hutan kemasyarakatan yaitu dengan menyusun rencana kerja yang terdiri dari rencana
umum dan rencana operasional sesuai bunyi pasal 25 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37Menhut-II2007 tentang Hutan Kemasyarakatan yang
menyatakan bahwa Pemegang IUPHKm wajib menyusun rencana kerja. Rencana Kerja dalam hutan kemasyarakatan dimaksudkan sebagai acuan bagi pemegang
Universitas Sumatera Utara
IUPHKm dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan hutan dan alat pengendali bagi Pemerintah Provinsi dan KabupatenKota.
Penyusunan rencana kerja dalam hutan kemasyarakatan oleh masyarakat peserta HKm melalui Kelompok Tani HKm di Desa Gudang Garam difasilitasi
oleh pemerintah daerah pemberi ijin dalam hal ini Bupati Serdang Bedagai dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai. Rencana kerja
yang telah disusun meliputi : 1.
Rencana umum; rencana umum dalam hutan kemasyarakatan merupakan rencana pemanfaatan hutan kemasyarakatan yang menjamin kelestarian
fungsinya secara ekonomi, ekologi dan sosial. Rencana umum merupakan sebuah proses penentuan apa yang akan dicapai oleh kelompok HKm.
Rencana umum yang telah dibuat terdiri dari: a.
Pengembangan usaha meliputi pengembangan usaha hasil hutan kayu, pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu, pengembangan usaha
jasa lingkungan dan pengembangan usaha pemanfaatan kawasan. b.
Perlindungan hutan. c.
Pengembangan kelembagaan kelompok. 2.
Rencana operasional; rencana operasional merupakan penjabaran lebih rinci dari rencana umum yang memuat kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan dan target-target yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 satu tahun ke depan meliputi:
a. Rencana pengembangan usaha hasil hutan kayu.
b. Rencana pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu.
c. Pengembangan usaha jasa lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
d. Pengembangan usaha tanaman di bawah tegakan.
e. Rencana perlindungan hutan.
f. Rencana pengembangan kelompok.
Dalam penyusunan rencana kerja tidak semua peserta HKm ikut serta dalam penyusunannya, hal ini disebabkan oleh ketidakhadiran peserta HKm
dalam penyusunan rencana kerja serta tingkat pengetahuan yang rendah masing- masing peserta HKm yang menyebabkan ketidakmampuan mengeluarkan
pendapat dalam hal penyusunan rencana kerja. Dalam kegiatan implementasi diperoleh pernyataan peserta HKm bahwa:
1 implementasi kegiatan sangat diperlukan dalam pemanfaatan hutan 2 implementasi yang diterapkan selama ini tidak mengalami banyak kendala dalam
pemanfaatan hutan, permasalahan yang didapat peneliti adalah 3 implementasi dari rencana kerja belum diterapkan dengan baik oleh peserta HKm dalam
pemanfaatan HKm 4 dalam pemanfaatan HKm tidak perlu merujuk kepada implementasi dari penyusunan perencanaan program HKm 5 kendala
pelaksanaan implementasi dalam memanfaatkan HKm tidak dapat peserta HKm atasi sendiri.
Implementasi pemanfaatan hutan yang dilaksanakan oleh peserta HKm belum sesuai dengan rencana umum yang dibuat dan disusun oleh kelompok
HKm. Implementasi terhadap rencana kerja yang peserta HKm lakukan hanya sebatas kegiatan: 1. Mengembangkan usaha hasil hutan kayu seperti
mengembangkan tanaman karet, mahoni, kemiri, kayu manis, trembesi, sengon, gaharu dan jati putih. 2. Mengembangkan usaha hasil hutan bukan kayu seperti
mengembangkan rotan, bambu, lebah madu, getah gaharu, hijauan makanan
Universitas Sumatera Utara
ternak, sirih, daun salam, gadung dan pisang 3. Mengembangkan usaha jasa lingkungan, yang dapat atau tidak dapat diukur. Pemanfaatan jasa lingkungan
pada hutan produksi adalah bentuk usaha untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utama
antara lain berupa usaha wisata alam, usaha olahraga tantangan, usaha pemanfaatan air, usaha perdagangan karbon dan usaha penyelamatan hutan dan
lingkungan. Pengembangan usaha jasa lingkungan yang telah dilakukan oleh peserta HKm seperti perlindungan sistem hidrologi, menjaga kesuburan tanah,
mengendalikan erosi dan banjir, keindahan, keunikan dan kenyamanan serta pengembangan rencana lokasi rekreasiwisata alam. Usaha jasa lingkungan untuk
wisata alamrekreasi di kawasan hutan kemasyarakatan belum terealisasi, hal ini disebabkan oleh belum tertata dengan baik lokasi HKm tersebut, sehingga para
wisatawan belum ada mengunjunginya. Untuk kedepan prospek objek wisata sangat terbuka lebar karena didukung oleh keasrian alamnya. 4. Mengembangkan
usaha tanaman di bawah tegakan dengan kegiatan tumpangsari pangan jenis palawija disela-sela tanaman pohon 5. Melaksanakan perlindungan hutan secara
bersama-sama bagi semua peserta HKm dengan melakukan kegiatan: a. operasi pengamanan terpadu, b. memantau dan mengawasi hal-hal yang menyebabkan
kerusakan hutan seperti kebakaran hutan, pencurian kayu dan perambahan hutan, c. melaporkan adanya penebangan liar di lokasi HKm, d. berkoordinasi dengan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai dalam hal perlindungan dan pengamanan hutan. 6. Pengembangan kelompok yang telah
dilaksanakan oleh peserta HKm yaitu a. Pembagian peserta HKm menjadi 3 tiga kelompok tani HKm antara lain: kelompok tani berkah lestari sebanyak 33 orang,
Universitas Sumatera Utara
kelompok tani hutan lestari sebanyak 31 orang, kelompok tani makmur lestari sebanyak 35 orang, b. Pertemuan kelompok yang direncanakan 1 satu bulan satu
kali, namun belum berjalan dengan baik sesuai rencana, hal ini disebabkan oleh kesibukan memanfaatkan lahan HKm oleh masing-masing peserta HKm untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pertemuan kelompok sering dilaksanakan di Balai Desa Gudang Garam yang difasilitasi dan dikoordinir oleh
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai seperti kegiatan Pembinaan Peserta HKm, Monitoring Kegiatan HKm dan Evaluasi Kegiatan
HKm. Implementasi kegiatan pemanfaatan HKm sangat diperlukan, namun
sebahagian peserta HKm tidak mengerti arti implementasi terhadap kegiatan yang mereka lakukan sehingga masih ada yang berpendapat bahwa implementasi tidak
perlu dilakukan. Implementasi kegiatan pemanfaatn HKm menurut peserta HKm masih mengalami kendala dalam penerapannya, hal ini dapat dilihat bahwa
sebahagian rencana kerja yang telah mereka buat masih belum terlaksana. Kegiatan evaluasi dari pernyataan peserta HKm di dapat hasil: 1 kegiatan
evaluasi perlu dilakukan dalam pemanfaatan hutan 2 peserta HKm merasa perlu dilibatkan dalam kegiatan evaluasi pemanfaatan hutan 3 evaluasi penting
dilakukan dalam menyelesaikan masalah pemanfaatan hutan, permasalahan yang didapat peneliti adalah 4 evaluasi kegiatan HKm jarang peserta HKm lakukan
baik dengan kelompok maupun instansi pemerintah 5 evaluasi yang ada selama ini dalam pemanfaatan HKm kurang memberikan manfaat bagi peserta HKm.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi terhadap kegiatan pemanfaatan HKm yang dilaksanakan peserta HKm difasilitasi oleh pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Serdang Bedagai
dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Wampu Sei Ular. Evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk
meramalkan, memperhitungkan dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Peserta HKm diikutsertakan dalam kegiatan
evaluasi pemanfaatan HKm yang dilaksanakan di Balai Desa Gudang Garam. Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan meliputi; a. Menilai keaktifan peserta HKm
dalam memanfaatkan areal kerjanya masing-masing, hasilnya yaitu sebahagian besar peserta HKm aktif dalam memanfaatkan areal kerja masing-masing,
sebahagian kecil peserta tidak memanfaatkan areal kerjanya disebabkan usia yang sudah terlalu tua, namun dilanjutkan oleh anak mereka. b. Menilai keberhasilan
pelaksanaan rencana kerja yang telah dilaksanakan oleh masing-masing peserta HKm, hasilnya yaitu rencana kerja yang kelompok HKm buat belum dilaksanakan
dengan baik seperti pengembangan usaha, perlindungan hutan dan pengembangan kelembagaan kelompok. c. Menilai kendala yang dihadapi peserta HKm dalam
memanfaatkan hutan, hasilnya yaitu tidak semua peserta HKm turut serta dalam menyusun rencana kerja, peserta HKm tidak mampu mengimplementasikan
rencana kerja yang telah ada ke pelaksanaan nyata serta koperasi untuk kelompok HKm belum terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan hasil hutan menurut pernyataan peserta HKm dalam penelitian ini adalah: 1 pemanfaatan hasil hutan berpengaruh terhadap
perekonomian peserta HKm 2 pemanfaatan hasil hutan perlu melibatkan instansi pemerintah 3 pemanfaatan hutan dan hasil hutan di dapat peserta karena
keikutsertaan mereka sebagai peserta HKm, keaktifan dan faktor kebiasaan mereka dalam memanfaatkan hutan, permasalahan yang didapat peneliti adalah
4 dalam pemanfaatan hasil hutan tidak perlu aturan dan kerjasama dengan pihak lain 5 peserta HKm tidak setuju apabila pemanfaatan hasil hutan kayu harus
mengikuti peraturan pemerintah dengan segala prosedurnya. Pemanfaatan hasil hutan di areal hutan kemasyarakatan oleh peserta HKm
yaitu memanfaatakan dan mengusahakan hasil hutan dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Pemanfaatan pohon
serbaguna multi purpose trees species dilakukan peserta HKm dengan memanfaatkan tumbuhan berkayu dimana buah, bunga, getah, daun danatau kulit
dapat dimanfaatkan bagi penghidupan masyarakat, disamping berfungsi sebagai tanaman lindung, pencegah erosi, banjir dan longsor. Potensi tegakan hutan yang
tumbuh dan telah menghasilkan antara lain: karet, durian, mahoni, melinjo, jati putih, cempedak, nangka, kakao, kemiri, pinang dan sawit. Untuk tanaman sawit
merupakan tanaman yang ditanam peserta HKm sebelum diberikannya ijin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan.
Menjaga hutan menurut pernyataan peserta HKm di dapat hasil: 1 peserta HKm harus wajib terlibat dalam hal kegiatan menjaga hutan 2 peserta HKm
tidak dapat menjaga hutan tanpa campur tangan pemerintah, 3 menjaga hutan merupakan kebiasaan peserta HKm setiap hari sambil memanfaatkan hutan dan
Universitas Sumatera Utara
hasil hutan 4 menjaga hutan telah lama peserta HKm lakukan sebelum adanya program HKm yang dikenalkan pemerintah kepada mereka 5 gangguan terhadap
areal HKm tidak pernah ada sejak mereka diangkat sebagai peserta HKm. Menjaga hutan merupakan kewajiban bagi peserta HKm. Kegiatan
menjaga hutan yang dilakukan peserta HKm antara lain: menjaga hutan masing- masing peserta sesuai dengan luasan yang dimilikinya, melaksanakan gotong-
royong untuk perbaikan jalan dan lahan peserta HKm, mengawasi dan memantau terjadinya perambahan hutan, melarang terjadinya penebangan hasil hutan
khususnya kayu serta melaporkan ke instansi terkait dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai apabila terjadi
pengrusakan hutan. Membudidayakan hutan dari hasil pernyataan peserta HKm adalah: 1
peserta HKm perlu dilibatkan dalam membudidayakan hutan dengan mereboisasi hutan 2 peserta HKm diberikan bantuan dari pemerintah dalam
membudidayakan hutan 3 peserta HKm melakukan pembudidayaan hutan tanpa bantuan pemerintah, namun jenis tanaman yang ditanam sesuai dengan jenis
tanaman yang mereka sukai 4 peserta HKm mengeluarkan modal sendiri dalam kegiatan membudidayakan hutan, pemeliharaannya serta memungut hasilnya 5
Areal HKm yang peserta HKm kelola, telah dibudidaya dengan berbagai tanaman dan telah menghasilkan.
Membudidayakan hutan yang dilaksanakan oleh peserta HKm yaitu: menanam tanaman karet, pinang, kakao dan pisang di masing-masing lahan.
Bantuan bibit dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten untuk pembudidayaan di areal HKm yang telah ditanam oleh peserta HKm antara lain:
Universitas Sumatera Utara
durian, mahoni, karet, jati putih, melinjo, cempedak, nangka, jengkol, kemiri, gaharu, tembesi, waru, manglid, gadung, cincau, sirih, rotan, tisu dan stup lebah
madu. Hasil tinjauan peneliti ke lokasi HKm bahwa tidak semua bibit tersebut dapat tumbuh baik di areal HKm sehingga hasilnya tidak maksimal dimanfaatkan
oleh peserta HKm. Kegiatan pemanfaatan hutan meliputi kegiatan untuk memanfaatkan
kawasan hutan, penanaman tanaman hutan berkayu, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil
hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan hutan yang
dilaksanakan oleh peserta HKm di areal kerjanya meliputi: a. memanfaatkan kawasan hutan melalui kegiatan budidaya tanaman obat, tanaman hias, budidaya
jamur dan budidaya lebah, b. penanaman tanaman hutan berkayu seperti durian, mahoni, karet dan kemiri, c. memanfaatkan jasa lingkungan yaitu memanfaatkan
air, karbon, keunikan dan kenyamanan lingkungan, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, menjaga kesuburan tanah
dan sistem hidrologi, d. memanfaatkan hasil hutan kayu yang dilakukan dan dirasakan oleh peserta HKm yaitu pohon dan kayu di lokasi HKm sebagai
penahan lapisan tanah sehingga mengurangi resiko banjir dan longsor, pelestarian udara serta memanfaatkan ranting dan cabang kayu sebagai bahan bakar,
memanfaatkan dan memungut hasil hutan bukan kayu yang dilakukan oleh peserta HKm yaitu memungut getah karet, rotan, madu, bambu, jamur, kemiri, pinang,
jengkol, melinjo, serta buah-buahan seperti coklat, durian, nangka dan cempedak.
Universitas Sumatera Utara
Khusus untuk memungut hasil hutan kayu dengan melakukan penebangan kayu di lokasi HKm belum dilakukan oleh peserta HKm, hal ini disebabkan
belum adanya Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Kemasyarakatan IUPHHK HKm yang diberikan oleh Menteri Kehutanan. Menteri Kehutanan
dapat mendelegasikan pemberian IUPHHK HKm kepada Gubernur. IUPHHK HKm merupakan ijin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan
berupa kayu dalam areal kerja IUPHKm pada hutan produksi. Permohonan IUPHHK HKm diajukan oleh pemegang IUPHKm yang telah berbentuk koperasi
kepada Menteri Kehutanan. Keanggotaan masyarakat dalam memanfaatkan hutan kemasyarakatan
sudah jelas sejak adanya kegiatan hutan kemasyarakatan tahun anggaran 19971998 di Desa Gudang Garam yang dilaksanakan oleh Balai Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah yang sekarang Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai BPDAS Wampu Sei Ular. Kelompok HKm pada tahun 1997 sebanyak 8
delapan kelompok tani yaitu: kelompok tani melinjo, kelompok tani durian, kelompok tani mahoni, kelompok tani pinang, kelompok tani sengon, kelompok
tani karet, kelompok tani kemiri dan kelompok tani jati putih. Kedelapan kolompok tani tersebut telah melebur menjadi 3 tiga kelompok tani dengan
nama: kelompok tani makmur lestari, kelompok tani hutan lestari dan kelompok tani berkah lestari sesuai surat pernyataan masing-masing kelompok tani yang
ditandatangani pada tanggal 19 Nopember 2010 di Bintang Bayu. Kelompok tani HKm memberikan manfaat yang sangat besar bagi peserta HKm antara lain status
mereka yang jelas sebagai peserta HKm, kewenangan mereka dalam mengelola dan memanfaatkan HKm, belajar berorganisasi dengan kelompok tani, menambah
Universitas Sumatera Utara
pendapatan peserta HKm serta menambah ilmu pengetahuan dalam memanfaatkan hutan. Gambar peserta HKm pada Lampiran 6.
Batas sumberdaya hutan yang jelas dalam pemanfaatan HKm merupakan hal yang harus dimiliki dan diketahui oleh masing-masing peserta HKm. Luas
areal hutan kemasyarakatan di Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu adalah + 200 dua ratus hektar sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : SK. 589Menhut-II2010 tanggal 18 Oktober 2010. Pembagian batas dan luas areal HKm untuk 3 tiga kelompok tani dilakukan oleh Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan Surat Perintah Tugas Nomor : 8004806DISHUTBUNSEK2010 tanggal 15 Desember
2010 dengan hasil sebagai berikut: a. kelompok tani berkah lestari dengan jumlah anggota 33 orang dengan luas areal kerja HKm + 70 Ha, b. kelompok tani hutan
lestari jumlah anggota 31 orang dengan luas areal kerja HKm + 67 Ha, c. kelompok tani makmur lestari jumlah anggota 35 orang dengan luas areal kerja
HKm + 63 Ha. Batas areal HKm untuk masing-masing peserta HKm dalam kelompok tani ditentukan sesuai luasan areal yang dikuasai yang ditandai dengan
patok batas. Luas areal kerja HKM untuk masing-masing peserta HKm adalah + 2 Ha. Batas sumberdaya hutan yang jelas untuk areal kerja HKm bagi kelompok
tani HKm tidak pernah menimbulkan masalah bagi peserta HKm dalam memanfaatkan hutan.
Kewenangan pengelolaan dan pemanfaatan hutan kemantapan status kepemilikan, de facto atau de jure bagi kelompok tani hutan kemasyarakatan di
Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu sesuai dengan: a. Keputusan Bupati Serdang Bedagai Nomor : 370522Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010
Universitas Sumatera Utara
tentang Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan IUPHKm Kepada Kelompok Tani Makmur Lestari Desa Gudang Garam Kecamatan
Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai. b. Keputusan Bupati Serdang Bedagai Nomor : 371522Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Pemberian Ijin
Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan IUPHKm Kepada Kelompok Tani Hutan Lestari Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang
Bedagai. c. Keputusan Bupati Serdang Bedagai Nomor : 372522Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 tentang Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan
Kemasyarakatan IUPHKm Kepada Kelompok Tani Berkah Lestari Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai.
Kewenangan pemanfaatan HKm diberikan sepenuhnya kepada masyarakat peserta HKm melalui kelompok tani dengan surat keputusan Bupati Serdang Bedagai,
sehingga tidak terjadi perambahan lahan, masalah kepemilikan lahan serta hak kelola lahan di lokasi areal kerja HKm oleh masing-masing peserta HKm ataupun
kelompok tani. Gambar areal kerja HKm pada Lampiran 7. Nilai sumberdaya hutan bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh
peserta HKm. Masyarakat yang menerima manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang positif terhadap nilai sumberdaya hutan. Peserta HKm merupakan
masyarakat yang menerima manfaat langsung dalam pemanfaatan hutan. Saling berbagi ilmu pengetahuan tentang nilai sumberdaya hutan yang dilakukan oleh
peserta HKm melalui kelompok tani yaitu: a. berbagi ilmu pengetahuan mengenai jenis manfaat yang dihasilkan dari sumberdaya hutan seperti barang hasil hutan,
jasa dari fungsi ekosistem hutan dan hubungannya dengan sosial budaya masyarakat, b. berbagi ilmu pengetahuan mengenai kondisi biofisik hutan dan
Universitas Sumatera Utara
sosial budaya masyarakat berdasarkan persepsi masyarakat dan kualitas serta kuantitas komponen sumberdaya hutan, c. berbagi ilmu pengetahuan mengenai
nilai pasar, nilai kegunaan dan nilai sosial yang dihasilkan dari sumberdaya hutan. Berbagi ilmu pengetahuan tentang nilai sumberdaya hutan yang dilakukan oleh
peserta HKm dilaksanakan di Balai Desa Gudang Garam pada saat kegiatan pembinaan kelompok tani, kegiatan monitoring dan evaluasi pemanfaatan HKm
oleh instansi terkait. Saling berbagi ilmu pengetahuan tentang fungsi hutan yang dilakukan oleh
peserta HKm adalah: berbagi ilmu pengetahuan mengenai tata cara memanfaatkan kawasan hutan hutan kemasyarakatan, b. berbagi ilmu pengetahuan mengenai
pemanfaatan hutan sebagai sumber mata pencaharian, c. berbagi ilmu pengetahuan mengenai pemanfaatan sumberdaya hutan dan air untuk keperluan
rumahtangga tetap terjaga, d. berbagi ilmu pengetahuan mengenai hubungan baik antara pemerintah dan masyarakat pengelola HKm. Kegiatan saling berbagi ilmu
pengetahuan tentang fungsi hutan dilakukan masyarakat di lokasi areal kerja HKm dan di Balai Desa Gudang Garam.
Ketergantungan yang lebih tinggi terhadap lembaga internal dibandingkan terhadap lembaga eksternal sangat nyata dalam pemanfaatan HKm. Lembaga
internal kelompok tanipeserta HKm lebih mendukung dibandingkan lembaga eksternal campur tangan pemerintah, hal ini terlihat dari: a. kelompok tani HKm
lebih berperan aktif dalam pemanfaatan areal kerja HKm, b. kelompok tani saling tukar pikiran dalam pemanfaatan HKm, c. kelompok tani dapat bekerjasama
dalam pemanfaatan HKm seperti perbaikan jalan dan lahan yang rusak, d. masyarakat peserta HKm dalam kelompok tani banyak belajar kelembagaan,
Universitas Sumatera Utara
bermusyawarah dan mufakat dalam memanfaatkan hutan serta memiliki rasa kekeluargaan dan sosial yang tinggi antar kelompok tani. Lembaga eksternal
campur tangan pemerintah kurang berperan dalam pemanfaatan hutan khususnya areal kerja HKm, hal ini disebabkan oleh: a. sosialisasi jarang
dilakukan kepada kelompok tani HKm, b. pembinaan kepada kelompok tani tidak rutin dilakukan, c. instansi pemerintah jarang melakukan evaluasi terhadap
keberhasilan pemanfaatan HKm. Peraturan yang disusun secara realistis dalam pemanfaatan HKm sangat
membantu kelompok tani dalam melaksanakan pemanfaatan HKm yang baik. Peraturan yang disusun secara realistis dalam pemanfaatan HKm di Desa Gudang
Garam mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37MenhutII2007 tanggal 7 September 2007 tentang Hutan Kemasyarakatan, antara lain: a.
penetapan areal kerja hutan kemasyarakatan, areal kerja hutan kemasyarakatan di Desa Gudang Garam telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia
sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.589Menhut-II2010 tanggal 18 Oktober 2010 tentang Penetapan Kawasan Hutan Produksi Seluas
+ 200 dua ratus hektar sebagai areal kerja Hutan Kemasyarakatan Desa Gudang Garam di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, b. perijinan
dalam hutan kemasyarakatan, telah diberikan Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan IUPHKm kepada masing-masing kelompok tani pengelola
HKm di Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang Bayu oleh Bupati Serdang Bedagai dan dilampiri oleh peta areal kerja HKm yang merupakan batas areal
kelola masing-masing kelompok tani, IUPHKm diberikan kepada kelompok tani HKm untuk jangka waktu 35 tiga puluh lima tahun dan dapat diperpanjang
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan evaluasi setiap 5 lima tahun, c. hak dan kewajiban, hak kelompok tani HKm yaitu mendapat fasilitas, melakukan kegiatan pemanfaatan jasa
lingkungan, melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan, melakukan kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu HHBK, melakukan kegiatan pemanfaatan
hasil hutan bukan kayu HHBK dan melakukan kegiatan pemungutan hasil hutan kayu; kewajiban kelompok tani HKm adalah melakukan penataan batas areal
kerja, menyusun rencana kerja, melakukan penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, membayar provisi sumberdaya hutan sesuai ketentuan serta
menyampaikan laporan kegiatan pemanfaatan hutan kemasyarakatan kepada Bupati Serdang Bedagai, d. pembinaan, pengendalian dan pembiayaan;
pembinaan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan HKm di Desa Gudang Garam dilakukan oleh Menteri, Gubernur dan Bupati; pembinaan meliputi pemberian
pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan atau supervise, sedangkan pengendalian meliputi kegiatan monitoring dan atau evaluasi; kegiatan pembinaan
oleh Kementerian Kehutanan dilaksanakan oleh staf dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai BPDAS Wampu Sei Ular, pembinaan oleh Gubernur
Sumatera Utara dilakukan oleh staf dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan pembinaan oleh Bupati Serdang Bedagai dilaksanakan oleh staf Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai; pembiayaan penyelenggaraan pemanfaatan hutan kemasyarakatan bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara APBN, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dan atau sumber-sumber lain yang tidak mengikat; sanksi yang
diberikan terhadap pengelola HKm ada 2 dua yaitu penghentian sementara kegiatan di lapangan terhadap pemegang ijin usaha apabila melanggar kewajiban
Universitas Sumatera Utara
pemegang IUPHKm yang telah ditetapkan dan pencabutan IUPHKm apabila pemegang ijin merasa memiliki atas kawasan hutan, memindahtangankan kepada
pihak lain, mengagunkan, menggunakan areal HKm untuk kepentingan di luar rencana pemanfaatan serta merubah status dan fungsi kawasan hutan.
Kemampuan untuk memantau dan menegakkan peraturan dalam pemanfaatan HKm. Peserta HKm mampu memantau dan menegakkan peraturan
yang telah ditetapkan dalam pemanfaatan HKm antara lain: a. peserta HKm mampu menerima dan memanfaatan areal kerja HKm sesuai surat keputusan
penetapan areal kerja hutan kemasyarakatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan tertanggal 18 Oktober 2010, b. peserta HKm mampu melaksanakan
hak dan kewajiban sebagai pemegang IUPHKm dalam memanfaatkan hutan kemasyarakatan tanpa ada gangguan dan hambatan dari pihak manapun, c. peserta
HKm mampu menegakkan peraturan pemanfaatan HKm melalui kelompok tani dan dibantu oleh instansi terkait. Kemampuan untuk memantau dan menegakkan
peraturan dalam pemanfaatan HKm terbukti dengan tidak adanya masalah yang dihadapi masing-masing peserta HKm.
Mekanisme penyelesaian konflik dengan biaya rendah dalam pemanfaatan HKm merupakan harapan bagi setiap peserta HKm, namun fakta di lapangan
bahwa tidak pernah terjadi konflik dalam pemanfaatan hutan di areal hutan kemasyarakatan baik antar peserta HKm maupun antar kelompok tani peserta
HKm. Peserta HKm menyatakan bahwa apabila terjadi konflik di areal kerja HKm, maka mereka akan menyelesaikan konflik tersebut dengan bermusyawarah
sehingga tidak membutuhkan campur tangan orang lain dan tidak membutuhkan biaya dalam menyelesaikan konflik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan untuk memantau kondisi sumberdaya hutan merupakan suatu keharusan dan kewajiban bagi setiap peserta HKm dalam memanfaatkan areal
kerja HKm, dimana: a. peserta HKm memiliki pengalaman yang cukup dalam memanfaatkan areal kerja HKm sejak tahun 1997 sehingga masing-masing peserta
HKm mengetahui dan memahami kondisi sumberdaya hutan yang mereka manfaatkan, b. peserta HKm mampu memantau kondisi sumberdaya hutan dengan
melakukan kegiatan gotong royong atas perbaikan lahan, perbaikan jalan dan jembatan serta perbaikan sarana dan prasarana lainnya, c. peserta HKm saling
menjaga areal kerja HKm dari kerusakan hutan seperti penebangan liar, perambahan dan pencurian satwa liar.
Teknologi tepat guna untuk kelayakanperuntukan hasil hutan dalam pemanfaatan HKm di Desa Gudang Garam yang dilaksanakan oleh peserta HKm
antara lain dengan: a. melakukan penanaman tanaman semusim yang cocok dengan jenis tanah dan pengaturan jarak tanamnya, b. melakukan penjarangan,
pemangkasan terhadap pohon-pohon yang memiliki cabang yang panjang sehingga tidak menggangu terhadap tanaman lain di sekitarnya, c. membersihkan
lahan dan membuat piringan pada setiap pohon, d. peserta HKm memiliki teknik dan kemampuan dalam mengelola dan memungut hasil hutan seperti mampu
menderes karet untuk diambil getahnya, mampu membudidayakan segala jenis tanaman keras maupun tanaman semusim, mampu meningkatkan produksi hasil
hutan dengan memberi pupuk tanaman sesuai kebutuhan dan mampu memasarkan produksi hasil hutan.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, pemanfaatan hutan
bersama masyarakat melalui program hutan kemasyarakatan secara sungguh- sungguh dapat memberikan hasil yang lebih baik dan efektif. Pemberian hak atas
lahan dalam kebijakan Hutan Kemasyarakatan HKm merupakan salah satu bentuk imbalan jasa lingkungan. Hak ini bukan merupakan hak milik tetapi hanya
berupa hak pakai atau hak kelola untuk periode tertentu. Hak ini dapat dibatalkan apabila petanipeserta HKm tidak melakukan kewajiban dan prasyarat yang sudah
ditentukan oleh pemerintah. Sistem pengelolaan lahan yang mengintegrasikan kepentingan peningkatan kelestarian fungsi hutan dan kepentingan peningkatan
kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Konsep dasar yang dikembangkan dalam hutan kemasyarakatan adalah partisipasi aktif
masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan dalam mengelola dan memanfaatkan hutan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta
meningkatkan kelestarian fungsi hutan. Pengembangan hutan kemasyarakatan menggunakan metode pemanfaatan
ruang tumbuh atau bagian-bagian tertentu dari tanaman hutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas sumberdaya hutan. Hutan
kemasyarakatan sebagai sistem pengelolaan hutan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan dengan
tetap memperhatikan kelestarian fungsi hutan. Pemberdayaan masyarakat di Desa Gudang Garam Kecamatan Bintang
Bayu merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara
Universitas Sumatera Utara
optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat setempat yang
bermukim di dalam dan atau di sekitar kawasan hutan yang memiliki komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian bergantung pada hutan dan aktivitasnya
dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan. Pemanfaatan hutan yang melibatkan masyarakat di Desa Gudang Garam
dalam rangka membangun hutan harus terarah targeted artinya ditujukan secara langsung kepada yang memerlukan, yang dirancang untuk mengatasi masalah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemanfaatan HKm harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat dalam pemanfaatan
hutan yang menjadi sasaran, dengan tujuan sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan masyarakat. Pemanfaatan HKm oleh
masyarakat berguna meningkatkan keberdayaan empowering masyarakat dengan pengalaman dan merancang, melaksanakan, mengelola hutan agar berkelanjutan,
mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Pendekatan kelompok dalam pemanfaatan HKm oleh masyarakat sangat diperlukan untuk
kemajuan kelompok dan menambah ilmu pengetahuan peserta HKm, karena apabila secara sendiri-sendiri masyarakat sulit memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hutan di Desa Gudang Garam
Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai tidak hanya memperbesar akses kepada hutan saja seperti yang dilakukan dalam pembinaan masyarakat
hutan saat ini, namun lebih pada pemberian peran pada masyarakat di Desa Gudang Garam bahwa hutan adalah milik mereka sehingga harus dijaga dan
Universitas Sumatera Utara
dibudidayakan bersama. Hutan kemasyarakatan mempunyai potensi besar, baik dari segi populasi pohon maupun jumlah rumah tangga yang mengusahakannya,
yang mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Hutan kemasyarakatan menyimpan potensi yang sangat berarti dalam percaturan pemanfaatan hutan
nasional. Hal tersebut antara lain ditunjukkan oleh dimasukkannya hitungan potensi hasil hutan kemasyarakatan dalam penyediaan bahan baku industri
pengolahan kayu. Keyakinan tersebut semakin bertambah sejak disadarinya terjadi penurunan potensi hutan negara secara pasti, baik yang berasal dari hutan alam
maupun tanaman. Pemahaman dan keyakinan itu sepatutnya disyukuri yang diwujudkan dalam bentuk perhatian dan tindakan yang mengarah kepada
peningkatan kinerja usaha hutan kemasyarakatan, yang selama ini telah diusahakan oleh masyarakat secara swakarsa, swadaya dan swadana.
Aspek sosial yang paling menonjol adalah sisi penyediaan tenaga kerja, tingkat kesejahteraan petani hutan kemasyarakatan, interaksi dan hubungan
masyarakat dengan sumberdaya hutan dan lahan. Pada umumnya rata-rata pemilikanpenguasaan lahan hutan kemasyarakatan setiap petani tergolong sempit.
Sehingga sebagian besar tenaga kerja yang digunakan untuk mengelola lahan hutan kemasyarakatan adalah dari anggota keluarga sendiri. Dalam sistem usaha
hutan kemasyarakatan, ditemukan adanya lingkungan yang mempengaruhi sistem tersebut. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari penyediaan sarana produksi
bibit, pupuk, alat-alat produksi pertanian dan teknologi. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah, yang merupakan lingkungan eksternal yang dapat
mempengaruhi usaha hutan kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan tentang kondisi sosial ekonomi, pemberdayaan partisipatif, persepsi masyarakat dan
partisipasi masyarakat dalam rangka pemanfaatan hutan kemasyarakatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kondisi sosial ekonomi peserta HKm dalam rangka pemanfaatan hutan
kemasyarakatan adalah baik dan sangat baik. Dengan memanfaatkan hutan kemasyarakatan dapat meningkatkan penghasilan peserta HKm, mengubah
kebiasaan dalam memanfaatkan hutan, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta dalam hal memelihara, melindungi dan memulihkan
sumberdaya alam serta memberikan manfaat dalam pemanfaatan hutan. 2.
Tingkat pemberdayaan partisipatif peserta HKm dalam rangka pemanfaatan hutan kemasyarakatan baik dan sangat baik. Program
pemanfaatan HKm membantu kreatifitas peserta HKm dalam kelompok, meningkatkan kemampuan dan kemandirian peserta, meningkatkan
kesadaran peserta dalam membudidayakan hutan serta memahami aturan dan norma-norma yang berlaku dalam pemanfaatan HKm.
3. Persepsi masyarakat dalam rangka pemanfaatan hutan kemasyarakatan
baik dan sangat baik. Kegiatan pemanfaatan HKm sangat dibutuhkan peserta HKm, peserta HKm dapat mengikuti dan mematuhi peraturan yang
berlaku, pembagian lahan telah sesuai dengan kemampuan peserta,
109
Universitas Sumatera Utara