104 “Kalau dari segi keterampilan ya sebagian sudah pada bisa mbak seperti
dulu ada pembinaan merangkai manik – manik itu sekarang sebagian WBP sudah bisa jadi pembinaannya tidak dilakukan lagi namun mereka kadang
membikinnya di waktu senggang mereka apabila tidak ada pembinaan dan itu juga menghasilkan mbak soalnya kalau pas pameran itu akan dijual ke
masyarakat yang berkunjung mbak”
Senada dengan yang diutarakan Ibu “KS”, yaitu “Kalau untuk pembinaan keterampilannya mereka sudah banyak kemajuan
misalkan menjahit sekarang sebagian dari mereka sudah lumayan bisa menjahit meskipun masih ada yang masih bisa dasar menjahitnya saja”
Dari wawancara yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pembinaan keterampilan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki Warga
Binaan Pemasyarakatan. Warga Binaan Pemasyarakatan mengalami perubahan dari yang mereka dulunya tidak mempunyai keterampilan apa – apa kemudian
setelah diberi pembinaan keterampilan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan keterampilan mereka bertambah. Terbukti dari hasil wawancara di atas dimana
Warga Binaan Pemasyarakatan sudah mulai menyukai dan menguasai keterampilan yang mereka peroleh dan di harapkan kelak keterampilan yang
mereka miliki sekarang dapat memberdayakan mereka dan dapat menjadikan sesuatu yang dapat menghasilkan.
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan Perempuan
Melalui Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta
Dalam pelaksanaan pemberdayaan perempuan melalui pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Wirogunan Yogyakarta tentunya ada faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraannnya yang akan diuraikan sebagai berikut :
105
a. Faktor Pendukung
Dalam pemberdayaan perempuan melalui pembinaan warga binaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wirogunan Yogyakarta dalam
pelaksanaannya terdapat faktor pendukungnya. Dalam observasi yang dilakukan peneliti pada setiap proses pembinaan maupun kehidupan sehari – hari di
Lembaga Pemasyarakatan hubungan antara Warga Binaan Pemasyarakatan Perempuan dengan Petugas Pemasyarakatan terlihat harmonis. Petugas
Pemasyarakatan maupun pembina melakukan pembinaan dengan ramah dan disiplin. Hal lain tentang faktor pendukung ini diungkapkan Ibu ET sebagai
berikut: “Pastinya ada mbak, kalau untuk pendorongnya dari WBPnya sendiri
dalam mengikuti pembinaan apabila mereka berminat dalam pembinaan tersebut pasti mereka akan menjalankan dengan antusias tapi ya ada juga
mbak WBP yang nggak tertarik dengan pembinaan yang dilakukan jadi ya mereka ngejalaninnya ya kurang bersemangat gitu mbak. Selain itu
bantuan dari pihak – pihak luar seperti sering juga ada kunjungan mahasiswa dan dari lembaga seperti LKBHUWK maupun dari lembaga
lainnya sangat membantu kami dalam membantu pembinaan karena mereka disini juga memberikan pembinaan terhadap WBP seperti yang
sering dilakukan adalah pembinaan kerohanian, memasak, dan keterampilan membuat kerajinan tangan”
Hal serupa juga diungkapkan Ibu “KS”, yaitu: “ada mbak faktor yang mendorong berjalannya proses pembinaan disini
salah satunya pembinaan didukung dengan alat dan bahan yang telah disediakan baik dari pihak Lapas maupun bantuan dari luar seperti pada
saat pembinaan menjahit ada peralatan menjahit meskipun peralatan jahitnya kita hanya punya tiga buah dan itu adalah pemberian dari romo.
Karena masih sedikitnya dan dibandingkan jumlah WBP perempuan yang ada maka pembinaan menjahit disini dibagi menjadi tiga kelompok, jadi
kira – kira satu kelompok berjumlah 6 sampai 7 orang setiap pertemuan dan pembinanya dari luar lapas. Dari itu dapat dilihat mbak bahwa bantuan
dari luar juga menjadi faktor pendukung pembinaan disini”