logis sistematis sering disebut berpikir ilmiah dan umumnya ilmu pengetahuan dewasa ini menggunakan prosedur berpikir demikian.
2. Keaktifan Siswa
Menurut Semiawan 1984, dalam mengaktifkan siswa dalam belajar sebaiknya para guru membuat pelajaran itu menantang,
merangsang daya cipta untuk menetapkan, serta mengesankan. Dalam menerapkan pembelajaran siswa aktif hendaknya para guru perlu
mengenal dan menghayati sejumlah prinsip yang dilandasi penelitian psikologi belajar dan uji coba dalam proses belajar-mengajar seperti :
a. Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Guru sebagai tenaga pengajar hendaknya
sebagai pendorong, motivator agar motif-motif yang positif dibangkitkan danatau ditingkatkan dalam diri siswa. Ada dua jenis
motivasi dalam siswa seperti motivasi dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk merasa ingin tahu, ingin mencoba dan hasrat
untuk maju belajar, dan motivasi dari luar diri siswa yang dapat dilakukan oleh guru dengan memberikan ganjaran, misalnya melalui
pujian,atau hukuman.
b. Prinsip Latar atau konteks
Para guru sebaiknya mengarahkan dan mengaitkan para siswa dengan pengalaman yang telah diketahui siswa dan menghubungkannya
dengan materi pelajaran yang baru diajarkan. c.
Prinsip Keterarahan atau Fokus Tertentu Pembelajaran yang direncanakan dengan pola tertentu akan mampu
mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran. Melalui pola tersebut para siswa akan dapat memusatkan perhatian
yang tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau
merumuskan konsep yang hendak ditemukan. Pemusatan perhatian merupakan titik pusat yang akan membatasi keluasan dan kedalaman
tujuan belajar serta memberikan arah kepada tujuan yang hendak dicapai.
d. Prinsip Hubungan Sosial atau Sosialisasi
Hubungan sosial merupakan salah satu kegiatan siswa untuk menumbuhkan kerjasama dengan teman-temannya. Terdapat kegiatan
belajar tertentu yang akan berhasil jika dikerjakan secara bersama- sama, seperti dalam kerja kelompok. Latihan kerjasama ini sangatlah
penting dalam proses pembentukan kepribadian anak.
e. Prinsip Belajar Sambil Bekerja
Para siswa pada hakikatnya belajar sambil bekerja atau melakukan aktifitas. Bekerja adalah tuntutan pernyataan diri anak. Sehingga
anak-anak dituntut untuk melakukan kegitan yang melibatkan otot dan pikirannya. Apa yang diperoleh siswa melalui kegiatan bekerja,
mencari dan menemukan sendiri tak akan mudah dilupakan. f.
Prinsip Individualisasi atau perbedaaan perorangan Setiap siswa tentu memiliki perbedaan perorangan seperti dalam
kadar kepintaran, kegemaran, bakat, latar belakang keluarga, sifat, dan kebiasaan. Para guru sebaiknya tidak memperlakukan siswa itu
sama karena perbedaan tersebut jika dipelajari dan dikembangkan dengan tepat, maka kecepatan dan keberhasilan belajar anak demi
anak dapat ditumbuhkembangkan. g.
Prinsip Menemukan Guru sebagai perantara penyebaran informasi dan ilmu pengetahuan
sebaiknya tidak menjejalkan seluruhnya kedalam benak siswa. Dalam proses belajar siswa diberikan kesempatan untuk mencari dan
menemukan sendiri. Informasi yang diberikan guru hendaknya dibatasi pada informasi yang sifatnya mendasar dan memancing
siswa untuk menemukan informasi selanjutnya. Dengan proses tersebut para siswa akan merasakan getaran pikiran, perasaan, dan
hati yang membuat pembelajaran menyenangkan dan tidak membosankan.
h. Prinsip Pemecahan Masalah
Seluruh kegiatan belajar mengajar siswa akan terarah jika didorong untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Salah satu cara untuk
mengarahkannya dengan memberikan permasalahan kepada para siswa. Siswa akan dilatih kepekaannya terhadap cara melihat masalah
dan berusaha mencari pemecahannya. Para guru hendaknya mendorong para siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan
berdaya upaya untuk memecahkannya sejauh kemampuan siswa. Menurut Pat Hollingworth 2008, p. vii pembelajaran aktif adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa secara terus menerus, baik secara mental maupun fisik. Pembelajaran aktif tersebut penuh semangat,
hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan, efektif. Untuk menciptakan pembelajaran aktif guru harus bisa mengarahkan siswanya dalam
keadaan flow. Menurut Flow dalam bukunya Pat Hollingworth 2008, flow adalah keadaan sadar yang di dalamnya seseorang bisa betul-betul
terbenam dalam sebuah aktivitas sehingga mereka tidak merasakan waktu telah berlalu. Untuk bisa merasakan flow, seorang guru harus
mencurahkan energi mental dan emosional tambahan. Flow lebih mudah dialami manakala siswa mengalami hal yang disebut serious fun
kesenangan-serius. Pembelajaran aktif yang menekankan pada kesenangan serius dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian,
meningkatkan kesenangan mereka untuk belajar, dan mengatur suasana agar pengalaman flow bisa terjadi.
Menurut Pat Hollingworth 2008, beberapa contoh cara pembelajaran aktif yang bisa meningkatkan flow di kelas adalah sebagai
berikut: a.
Pembelajaran mengacu pada tujuan b.
Pembelajaran melibatkan siswa c.
Pembelajaran menggunakan seni, gerak dan indera d.
Meragamkan langkah dan kegiatan di kelas Menurut Paul D.Dierich dalam bukunya Hamalik 2003, pp. 172-
173, aktivitas belajar dibagi menjadi 8 kelompok yaitu: a.
Kegiatan-kegitan visual membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja
atau bermain. b.
Kegiatan-kegiatan lisan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. c.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan
suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis menulis cerita, menulis laporan,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e.
Kegiatan-kegiatan menggambar menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menari, menyelenggarakan permainan.
g. Kegiatan-kegiatan mental merenung, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis, faktor-faktor, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional minat, membedakan, berani, tenang.
Menurut Hamalik 2003, p. 175, penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena para siswa dapat
mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, para siswa bekerja menurut
minat dan kemampuan sendiri, memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis, pengajaran diselenggarakan secara
realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dan pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana
aktivitas kehidupan di masyarakat.
3. Kreativitas Siswa