penyimpulan ini dapat digunakan sebagai laporan hasil kemajuan belajar peserta didik, maupun orang tua, sekolah dan instansi lain.
Penilaian hasil belajar siswa memiliki fungsi tersendiri tergantung dari tujuan dan manfaatnya. Beberapa fungsi penilaian seperti untuk
menumbuhkan hasil belajar dan mengajar, sebagai umpan balik, diagnostic, dasar penempatan dalam suatu kelompok belajar, sebagai
dasar mengadakan seleksi seperti penerimaan siswa baru, pengembangan ilmu dan sebagai acuan perbaikan kurikulum dan program pendidikan.
Widoyoko, 2009, p. 33. Menurut Purwanto 2009, penilaian hasil belajar diwakili oleh
sebuah skor atau nilai. Nilai merupakan hasil dari proses penilaian. Nilai diperoleh dengan mengubah skor dengan skala dan acuan tertentu. Oleh
sebab itu nilai hanya dapat dimaknai dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan memperhatikan skala dan acuan yang
digunakan.
7. Teori Belajar
Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk menjelaskan kenyataan mengenai belajar Sugihartono, 2007.
Beberapa manfaat dari teori belajar bagi guru diantaranya untuk membantu guru memahami bagaimana siswa belajar, membimbing guru
untuk merancang dan merencanakan proses pembelajarannya, memandu
guru untuk mengelola kelas, membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilalu guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai,
membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif, dan membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa
sehingga mencapai prestasi yang maksimal. Terdapat banyak teori belajar yang dapat digunakan oleh guru untuk berbagai keperluan belajar dan
proses pembelajaran. Ada tiga pandangan psikologi utama untuk teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitif , konstruktivistik dan
teori belajar humanistik. Menurut Hamalik 2003, p. 38 behavioristik adalah studi tentang
kelakuan manusia.
Belajar ditafsirkan
sebagai latihan-latihan
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan antara stimulus dan respon ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis
pada belajar. Dengan latihan-latihan tersebut maka hubungan-hubungan itu akan semakin kuat.
Menurut Sugihartono 2007, p. 103 hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat
yang mendasarinya yaitu: a.
Mementingkan pengaruh lingkungan. b.
Mementingkan peranan reaksi. c.
Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.
d. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk
sebelumnya. e.
Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
f. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru teacher centered learning, bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
Pembelajaran dengan konsep behavioristik juga akan mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai central, komunikasi satu arah, guru bersikap otoriter dan keaktifan siswa sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan
oleh guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang belajar yang efektif.
Teori belajar kognitif merupakan pembelajaran yang melibatkan proses mental manusia. Semua bentuk perilaku termasuk belajar selalu
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Setiap orang telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuannya sendiri dan tertata dalam bentuk struktur kognitif. Teori belajar kognitif dalam proses belajar akan
berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi atau
bersinambung secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Proses belajar ini tidak berjalan sepotong-sepotong atau
terpisah-pisah melainkan melalui proses yang mengalir, bersambung- sambung dan menyeluruh Sugihartono 2007, p. 104. Psikologi Gestalt
tentang teori belajar kognitif menyimpulkan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat
strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami.
Teori belajar kognitif ini berkembang menjadi teori belajar konstruktivistik yang merupakan kelanjutan dari teori Gestalt. Teori
belajar konstruktivistik merupakan pemicu keaktifan siswa dalam belajar. Teori ini sangat percaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah,
menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berfikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan dan membuat konsep
mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh. Menurut Sugihartono 2007, p. 114, ciri-ciri
pembelajaran dalam pandangan kognitif adalah sebagai berikut: a.
Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan penetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui
proses pembentukan pengetahuan. b.
Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama.
c. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan
relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit. d.
Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya kerjasama seseorang dengan orang
lain atau dengan lingkungannya. e.
Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tetulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
f. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa
menjadi menarik dan siswa mau belajar.
8. Penelitian Tindakan Kelas