42 6
Anak gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa siswa SD kelas V berada pada tahap berpikir operasional konkret, dimana
anak berpikir dalam situasi yang konkret, realistik, rasa ingin tahu anak cukup tinggi, mempunyai keinginan belajar yang tinggi, dan juga
membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, anak kelas V sekolah dasar juga sangat suka membentuk
kelompok-kelompok sebaya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru harus merancang pembelajaran yang dapat membantu siswa memenuhi
rasa ingin belajar dan keingintahuannya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah “Upaya
meningkatkan Prestasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN Kedunglo Purworejo Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT” yang disusun
oleh Novi Anggrarini Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNY tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pendekatan TGT lebih
efektif bagi siswa kelas II di Kedunglo Purworejo kecamatan Purworejo dalam peningkatan hasil belajar kognitif.
Penelitian kedua adalah peneliti an dengan judul “Upaya meningkatkan
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui model Pembelajaran Team Group Tournament TGT Pada Kelas VI Semester 1 SD Negeri Kleco 1
43 tahun Pelajaran 20052006 yang disusun oleh Indriyanti, M.Pd kepala SDN
Tunggulsari 1, Cabang Dinas Dikpora kecamatan Laweyan. Hasil penelitian memaparkan bahwa Penggunaan model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
dapat digunakan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari kedua Penelitian diatas maka dapat dilihat suatu keterkaitan, yakni dalam upaya Peningkatan pestasi belajar mata Pelajaran IPS dengan
menggunakan model Pembelajaran tipe TGT. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka diharapkan akan merangsang
ketertarikan siswa, menumbuhkan semangat dan kerjasama siswa, melatih berinteraksi dengan orang lain dalam satu kelompok. Melalui penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pula pada akhirnya diharapkan akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.
C. Kerangka Pikir
Mata Pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mengajarkan fakta, konsep dan generalisasi. IPS di SD juga merupakan keterpaduan dari
mata dari ilmu-ilmu sosial sehingga tak dipungkiri jika dalam pelajaran IPS mempunyai cakupan materi yang sangat banyak. Dengan banyaknya materi
maka untuk mengejar pembelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Guru menjadi tokoh sentral dalam pembelajaran dan siswa
cenderung pasif dan bosan. Selain materi yang banyak dan luas, materi dalam
44 mata pelajaran IPS bersifat abstrak. Belum lagi ditambah dengan keterbatasan
dan kesulitan media konkret yang mempermudah pemahaman siswa. Karena hal tersebut maka siswa seringkali merasa jenuh dan bosan. Hal itu berimbas
pada prestasi belajar yang rendah. Berangkat dari hal tersebut maka diperlukan suatu terobosan baru
yang dapat menghidupkan semangat siswa dalam belajar IPS. Perlu dipilih model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk belajar aktif, keaktifan
siswa akan mendorong semangat belajarnya, sehingga dengan keantusiasan siswa maka siswa akan lebih mudah dalam belajar serta apa yang dipelajari
akan lebih bermakna baginya. TGT merupakan satu model yang melatih dan menggerakkan siswa
dalam belajar aktif. TGT memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar melalui kelompok. Melatih siswa bekerjasama dalam kelompok dan
memecahkan masalah terkait materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Menyenangkan karena dalam model
pembelajaran TGT memuat game-game akademik dan turnamen yang tetap merangsang kompetsi sehat siswa untuk meningkatkan prestasinya melalui
turnamen. Dengan kondisi belajar yang menyenangkan siswa akan lebih tertarik untuk belajar walaupun materi yang dipelajari sangat banyak. Selain
itu materi yang dipelajari akan lebih mudah tertanam dan bermakna bagi siswa.
Siswa Kelas V SD merupakan usia dimana anak mengenal lingkungannya secara utuh, secara konkrit. Anak tertarik untuk membentuk
45 dan berinteraksi dengan taman sebayanya. Usia kelas V SD merupakan siswa
yang membutuhkan bantuan guru atau orang dewasa untuk membantu memecahkan masalahnya. Mereka juga beranggapan bahwa nilai merupakan
salah satu tolok ukur ukuran tepat tentang prestasi belajarnya. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa sesuai
karakteristik perkembangannya guna meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
siswa akan lebih termotivasi. Siswa dapat belajar dalam kelompok, belajar bekerjasama memecahkan masalah dalam kelompok, saling memberi dan
menerima dalam belajar di dalam kelompok. Siswa memainkan serangkaian game-geme akademik terkait dengan materi, serta berkompetisi secara sehat
melalui turnamen yang menantang. Secara tidak langsung siswa bermain namun dalam permainan itu pula mereka juga melaksanakan proses belajar.
Siswa dapat mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya, sehingga apa yang mereka pelajari akan lebih bermakna bagi siswa. Dengan kebermaknaan
tersebut siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat tepat
untuk meningkatkan pemahaman siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
D. Hipotesis Tindakan