Arus Penerimaan Inflow Analisis Aspek Finansial Skenario II

76 menunjukkan bahwa jumlah maksimal dari penurunan penjualan paket wisata yang dapat ditoleransi adalah sebesar 23,38 persen, sehingga Wisata Agro Tambi harus mempertahankan penjualan paket wisata minimal sebesar Rp 649.621.333 pada tahun pertama dan meningkat 10 persen setiap tahunnya hingga tahun ke-10. Penurunan penjualan paket wisata di atas 23,38 persen akan menyebabkan usaha Wisata Agro Tambi menjadi tidak layak untuk dijalankan. Analisis switching value selanjutnya adalah kenaikan gaji karyawan tetap. Hasil analisis switching value menunjukkan nilai sebesar 166,14 persen. Artinya Wisata Agro Tambi juga mampu untuk menaikan gaji karyawan tetap sampai 166,14 persen. Kenaikan gaji karyawan tetap di atas jumlah ini akan menyebabkan usaha wisata agro ini menjadi tidak layak. Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat variabel yang sensitif terhadap perubahan. Pada Skenario I ini variabel yang paling sensitif terhadap perubahan adalah penurunan penjualan paket wisata, karena semakin kecil persentase perubahannya, maka variabel tersebut semakin sensitif. Jika terjadi penurunan penjualan paket wisata di atas 23,38 persen saja sudah membuat usaha Wisata Agro Tambi tidak layak untuk dijalankan.

6.2.2. Analisis Aspek Finansial Skenario II

Analisis aspek finansial skenario II ini berbeda dengan skenario I. Pada skenario II ini Wisata Agro Tambi mengelola sendiri mini market yang didirikan. Mini market ini memang telah ada sebelumnya, namun selama ini hasil penjualan dari produk yang disediakan di mini market tersebut tidak masuk ke dalam keuangan wisata agro. Mini market ini beroperasi jika ada wisatawan yang datang ke Wisata Agro Tambi. Analisis aspek finansial ini diperlukan agar dapat mengetahui apakah dengan adanya penambahan pendapatan dari penjualan produk mini market dapat menambah manfaat yang diterima oleh Wisata Agro Tambi melalui metode Incremental Net Benefit INB.

6.2.2.1. Arus Penerimaan Inflow

Analisis penerimaan pada skenario II terdiri dari tiga komponen, yaitu penjualan paket wisata, pendapatan mini market, dan nilai sisa. Penjualan paket wisata dan nilai sisa jumlahnya sama dengan hasil perhitungan pada skenario I. 77 Pendapatan mini market merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produk oleh-oleh kepada wisatawan. Wisata Agro Tambi memperoleh produk oleh-oleh melalui pembelian produk dari pengrajin dan toko grosir di daerah Wonosobo yang kemudian dijual kembali kepada wisatawan. Pembelian ini dilakukan satu bulan sekali dengan asumsi seluruh persediaan salama satu bulan tersebut terjual habis, maka perhitungan pendapatannya adalah harga jual produk dikalikan dengan jumlah persediaan produk selama satu bulan. Berdasarkan target kunjungan yang meningkat sebesar sepuluh persen setiap tahunnya, maka pendapatan dari mini market ini pun akan meningkat sebesar sepuluh persen setiap tahunnya. Tabel 18 menunjukkan rincian dari pendapatan mini market Wisata Agro Tambi. Tabel 18 . Pendapatan Mini Market No. Jenis Produk Mini Market Jumlah Persediaan per Bulan unit Harga Jual Satuan Rp Pendapatan per Bulan Rp Pendapatan per Tahun Rp 1 Teh Tambi 114 4.000 48.000 576.000 2 Tutup Kepala 24 1.0000 120.000 1.440.000 3 Kaos 12 45.000 540.000 6.480.000 4 Slayer 24 10.000 120.000 1.440.000 5 Keripik Jamur 60 22.500 270.000 3.240.000 6 Kacang Dieng 60 12.500 150.000 1.800.000 7 Keripik Kentang 30 20.000 240.000 2.880.000 5 Carica 120 11.000 132.000 1.584.000 Total 1.620.000 19.440.000 6.2.2.2. Arus Pengeluaran Outflow Arus pengeluaran pada analisis finansial skenario II terdiri dari tiga macam biaya, yaitu biaya investasi, biaya operasional dan biaya pajak. Besarnya biaya investasi dan biaya pajak sama dengan skenario dapat dilihat pada laporan laba rugi Lampiran 7. Tambahan komponen biaya operasional pada skenario II ini adalah biaya modal mini market. Biaya modal mini market ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk oleh-oleh yang akan ditawarkan kepada wisatawan. Tabel 19 menunjukkan rincian biaya modal untuk mini market. 78 Tabel 19 . Biaya Modal Mini Market No. Jenis Produk Mini Market Jumlah Persediaan per Bulan unit Harga Beli Satuan Rp Biaya Modal per Bulan Rp Biaya Modal per Tahun Rp 1 Teh Tambi 114 3.500 42.000 504.000 2 Tutup Kepala 24 7.000 84.000 1.008.000 3 Kaos 12 35.000 420.000 5.040.000 4 Slayer 24 7.000 84.000 1.008.000 5 Keripik Jamur 60 18.000 216.000 2.592.000 6 Kacang Dieng 60 9.000 108.000 1.296.000 7 Keripik Kentang 30 17.000 204.000 2.448.000 5 Carica 120 8.000 96.000 1.152.000 Total 1.254.000 15.048.000 6.2.2.3. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial skenario II Wisata Agro Tambi dapat dilihat berdasarkan laporan laba rugi pada Lampiran 7. Berdasarkan laporan laba rugi usaha, dengan adanya tambahan pendapatan dari pengelolaan mini market, maka secara keseluruhan usaha ini mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 3.953.935.693. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan laba bersih pada skenario I tanpa mengelola mini market secara langsung. Hasil dari laba rugi dalam skenario II dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 . Hasil Laba Rugi Usaha Skenario II Tahun Laba Bersih Usaha Rp 1 92.076.000 2 141.810.975 3 196.519.448 4 256.698.768 5 322.896.019 6 395.712.996 7 475.811.671 8 564.546.814 9 661.528.870 10 768.209.132 Total 3.875.810.693 79 Analisis kelayakan finansial skenario II ini menggunakan kriteria nilai NPV, IRR, Net BC, dan Discounted Payback Period sebagai penentu kelayakan finansial, serta Incremental Net Benefit untuk melihat tambahan manfaat bersih yang diperoleh jika fasilitas mini market tersebut dimanfaatkan. Cash flow sebagai dasar perhitungan nilai kriteria kelayakan usaha dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil kelayakan finansial skenario II dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 . Hasil Analisis kelayakan Finansial Skenario II Kriteria Kelayakan Finansial Nilai Net Present Value NPV Rp 1.769.927.801 Incremental Net Benefit INB 81.282.399 Internal Rate of Return IRR 14,86 Net Benefit Cost Ratio Net BC 1,62 Discounted Payback Period PB 9 tahun Hasil analisis kelayakan finansial menujukkan nilai NPV sebesar Rp 1.769.927.801. Hal ini berarti bahwa usaha Wisata Agro Tambi mampu menghasilkan nilai manfaat bersih sebesar Rp 1.769.927.801 dengan mengelola mini market sendiri. Nilai NPV yang memiliki nilai lebih dari nol menunjukkan bahwa skenario II tersebut layak untuk dijalankan. Komponen kriteria kelayakan investasi selanjutnya adalah IRR. Nilai IRR yang dihasilkan sebesar 14,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan usaha Wisata Agro Tambi adalah sebesar 14,86 persen. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat discount rate yang digunakan yaitu sebsar 5,75 persen. Sesuai dengan kriteria kelayakan IRR, nilai kelayakan IRR yang lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan menunjukkan bahwa usaha skenario II yang direncanakan Wisata Agro Tambi layak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan yang ketiga adalah Net BC. Nilai Net BC yang dihasilkan sebesar 1,62. Nilai Net BC ini memiliki arti setiap Rp 1 yang dikeluarkan untuk usaha, maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 1,62. Net BC yang memiliki nilai lebih dari satu menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dijalankan. 80 Kriteria kelayakan finansial yang keempat adalah Discounted Payback Period. Nilai DPP pada skenario II ini selama 9 tahun. Waktu ini lebih cepat daripada umur bisnis yaitu sepuluh tahun. Berdasarkan hasil perhitungan Incremental Net Benefit yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 81.282.399. Hal ini menujukkan dengan dimanfaatkannya mini market, maka akan memberikan tambahan manfaat bersih sebesar Rp 81.282.399.

6.2.2.4. Analisis Sensitivitas