106
4.1.3.4 Revisi
Berdasarkan hasil analisis data pelaksanaan tindakan pada siklus II, pembelajaran SBK materi membuat gambar dekoratif melalui model
pembelajaran Explicit Instruction dapat dikatakan berhasil karena seluruh aspek yang telah menjadi fokus penelitian telah memenuhi indikator keberhasilan,
sehingga peneliti tidak perlu melanjutkan pelaksanaan tindakan pada siklus III. Keberhasilan dari penelitian ini dapat terlihat dari seluruh indikator yang menjadi
tolok ukur keberhasilan penelitian telah tercapai. Hasil observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan
karena hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan siklus I, rata-
rata hasil belajar siswa ≥ 75 sesuai KKM, tuntas belajar klasikal ≥ 75, dan performansi guru ≥ 71 B.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil pelaksanaan pembelajaran SBK materi Gambar Dekoratif melalui model pembelajaran Explicit Instruction pada siswa
kelas III SD Negeri Kaligiri 01, dapat disimpulkan telah memenuhi semua aspek indikator keberhasilan. Pembahasan hasil penelitian akan dipaparkan melalui
pemaknaan temuan dan implikasi hasil penelitian yang secara lengkap diuraikan sebagai berikut:
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif mengenai penerapan model pembelajaran Explicit Instruction mata pelajaran SBK materi
Gambar Dekoratif di kelas III SD Negeri Kaligiri 01 kecamatan Sirampog
107 kabupaten Brebes memperoleh hasil penelitian dengan pemaknaan sebagai
berikut: Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa aktivitas Pembelajaran
SBK materi Gambar Dekoratif dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan penggunaan kertas strimin mangalami peningkatan dari siklus
I ke siklus II. Terbukti nilai aktivitas siswa pada siklus I yaitu 72,44 meningkat menjadi 81,73 pada siklus II. Melalui kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction ini, siswa dituntut aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran seperti: 1 mengamati penjelasan dan
demonstrasi dalam materi gambar dekoratif; 2 bersungguh-sungguh mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; serta 3 mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan tentang materi pembelajaran baik kepada guru maupun kepada teman sebaya; dan 4 perhatian dan keantusiasan siswa dalam melaksanakan model
explicit instruction yaitu dengan mengikuti setiap langkah-langkah kegiatannya. Aktivitas-aktivitas tersebut telah dilaksanakan dengan baik, sehingga persentase
aktivitas belajar siswa meningkat. Hal tersebut sesuai de
ngan teori yang dinyatakan oleh Rifa’i 2010: 84 yang berpendapat bahwa belajar akan berlangsung dengan baik apabila siswa
melaksanakan suatu aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas belajar, hasil yang akan diperoleh tidak akan maksimal.
Pembelajaran SBK materi Gambar Dekoratif dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction dengan penggunaan kertas strimin juga dapat
meningkatkan performansi guru. Diketahui bahwa nilai performansi guru pada
108 siklus I mencapai 81. Sedangkan nilai performansi guru pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 10,06 menjadi 91,06. Nilai akhir performansi guru tersebut telah melampaui indikator keberhasilan yaitu ≥ 71. Peningkatan nilai performansi
guru pada siklus II tidak terlepas dari upaya perbaikan dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Explicit Instruction. Guru merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Salah
satu peran penting guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran. Oleh karena itu performansi dan kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
Dilihat dari hasil belajar siswa, pelajaran SBK materi gambar dekoratif juga mengalami peningkatan. Perubahan serta peningkatan hasil belajar dari siklus I ke
siklus II tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: nilai rata-rata kelas dari 76,15 menjadi 83,76 dan ketuntasan klasikal dari 74,25 menjadi 97,44.
Supaya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan maksimal, maka guru harus dapat merancang kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi pembelajaran serta yang tidak kalah penting adalah sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa.Viktor
Lowenfeld dan Lambert Brittain 1975 dalam Sukarya 2008: 4.19-4.20 mengklasifikasikan periodesasi seni rupa anak yaitu: 1 Masa mencoreng
scribbling : 2-4 tahun; 2 Masa Prabagan preschematic : 4-7 tahun; 3 Masa Bagan schematic period : 7-9 tahun; 4 Masa Realisme Awal Dawning
109 Realism: 9-12 tahun; 5 Masa Naturalisme Semu Pseudo Naturalistic : 12-14
tahun; 6 Masa Penentuan Period of Decision: 14-17 tahun. Jika dilihat dari klasifikasi tersebut, maka siswa kelas III termasuk dalam periode masa bagan.
Periode ini ditandai dengan tampilnya bentuk bagan yang lebih sempurna, bagian- bagian objek gambar lebih lengkap dan menggunakan bentuk-bentuk garis yang
lebih bervariasi. Sejak saat ini anak secara sengaja sudah dapat membuat bentuk- bentuk bagan benda dalam lingkungannya. Pada masa ini gambar yang dibuat
sudah mulai menampilkan kesan ruang perebahan, transparan bening atau datar. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil karya siswa dalam menggambar
dekoratif dan menghias pembatas buku dengan gambar dekoratif. Penerapan model pembelajaran Explicit Instruction ketika proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, sesuai dengan sintaksnya. Siswa secara langsung melakukan kegiatan menggambar dan membuat karya sederhana
dalam menerapkan gambar dekoratif. Mereka melaksanakan kegiatan praktik sesuai dengan kreativitas dan imajinasi yang dimiliki. Hal ini sangat mendukung
proses perkembangan belajar siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya secara optimal. Ketika proses pembelajaran, siswa terlihat
antusias dan senang, karena mereka diberi kesempatan yang cukup untuk bergerak dan saling berkomunikasi dengan temannya. Mereka tidak merasa bosan maupun
terbebani dengan adanya tugas-tugas yang diberikan guru, karena proses pembelajaran yang berlangsung disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan
anak sekolah dasar. Oleh karena itu perlunya bagi seorang guru untuk lebih memahami karakteristik perkembangan siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sukarya 2008: 4.1.11 yang menyatakan bahwa pemahaman aspek psikologis siswa mengenai karakteristik
110 perkembangan siswa perlu dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan guru
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
Pembelajaran dengan model Explicit Instruction dalam penelitian ini terdapat kegiatan demonstrasi dan praktik agar siswa secara langsung terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran Explicit Instruction dalam pembelajaran SBK materi Gambar Dekoratif sangat sesuai dengan
karakteristik siswa sekolah dasar. Hal ini terjadi dikarenakan model pembelajaran Explicit Instruction merupakan model yang dirancang khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah melalui demonstrasi dan praktik. Siswa tidak
hanya mengasah kemampuan kognitifnya saja tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan afektif serta psikomotornya melalui pengalaman langsung melakukan
percobaan dan membuat karya sederhana dalam mata pelajaran SBK. Hal ini sesuai dengan Teori hasil belajar oleh Bloom
dalam Rifa’i dan Anni 2011: 86, yang merumuskan bahwa hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang
mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif yang mencakup
ranah pengetahuan kemampuan dan kemahiran; ranah afektif mencakup ranah sikap, perasaan, sikap dan nilai; ranah psikomotor mencakup ranah
keterampilanskill.Dalam penelitian ini juga sudah mencakup tiga ranah. Ranah kognitif ditunjukkan dengan nilai tertulis, ranah afektif yang ditunjukkan dengan
nilai proses dan ranah psikomotor terlihat dari nilai praktek. Ketiga aspek yang
111 sesuai dengan teori hasil belajar Benyamin S. Bloom telah dilaksanakan dan
mencapai ketuntasan. Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa,
performansi guru, serta analisis hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa semakin baik performansi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, maka akan semakin meningkat pula aktivitas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar sehingga hal ini berpengaruh pula pada hasil belajar siswa.
Pernyataan tersebut sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Rusman 2012: 58 yang menyatakan bahwa gurupendidik merupakan faktor penentu yang sangat
dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edikatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru. Peranan
guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembelajaran,
supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian