39
2.1.11.2 Sintaks Model Pembelajaran Explicit Instruction
Sintaks model pembelajaran Explicit Instruction menurut Kardi dalam Trianto 2007: 31 disajikan dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2 Sintaks model pembelajaran Explicit Instruction
Fase Deskripsi
Fase 1 Menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan siswa
a. Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
b. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan
mempersiapkan diri mengikuti pembelajaran. Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan a.
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
b. Siswa menyimak penjelasan guru.
Fase 3 Membimbing
pelatihan a.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
b. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang
materi yang sedang dipelajari. c.
Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun dengan bantuan guru.
Fase 4 Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan
balik a.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, bisa dengan mengerjakan tugas
secara berkelompok maupun individual, dan memberi umpan balik.
b. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
baik secara berkelompok, maupun individu. c.
Guru bersama siswa membahas jawaban dari tugas yang telah dikerjakan siswa.
40
Fase Deskripsi
d. Memberikan penghargaan kepada siswa yang
mengerjakan tugas dengan baik dan benar. Fase 5
Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan
a. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari. b.
Siswa mengerjakan tes evaluasi formatif.
Lebih jelas Huda 2013: 186-187 merinci tahapan atau sintaks model pembelajaran Explicit Instruction adalah sebagai berikut. Tahap yang pertama
yaitu Orientasi. Pada tahap ini guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Tahap
yang kedua yaitu Presentasi. Pada tahap ini guru mendemonstrasikan materi pelajaran, baik berupa keterampilan maupun konsep atau menyajikan informasi
tahap demi tahap. Tahap yang ketiga yaitu Latihan Terstruktur, dimana guru merencanakan dan memberi bimbingan instruksi awal kepada siswa. Tahap yang
keempat yaitu Latihan Terbimbing, guru memeriksa apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dengan memberinya kesempatan untuk berlatih
konsep dan keterampilan, lalu melihat apakah mereka berhasil memberi umpan balik yang positif atau tidak. Tahap yang kelima yaitu Latihan Mandiri, guru
merencanakan kesempatan untuk melakukan instruksi lebih lanjut dengan berfokus pada situasi yang lebih kompleks atau kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Huda 2013: 187-9 menjelaskan kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihannya yaitu:
41
1 Guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh
siswa. 2
Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil;
3 Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa. 4
Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur;
5 Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan yang Explicit kepada siswa yang berprestasi rendah; 6
Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
Sementara itu kelemahan model pembelajaran Explicit Instruction antara lain:
1 Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan
informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati dan mencatat 2
Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya mengajar, atau
ketertarikan siswa; 3
Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal yang baik;
4 Kesuksesan model ini hanya bergantung pada penilaian dan antusiasme guru
di ruang kelas;
42
5 Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat struktur
dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model Explicit Instruction, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian dan keingintahuan siswa. Berdasarkan kutipan diatas, maka penggunaan model explicit instruction
dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tersktruktur dimana isi materi penuh disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang relatif singkat
dan guru yang memiliki persiapan dalam penyampaian pelajaran dapat menarik perhatian siswa. Namun tidak dipungkiri bahwa model explicit instruction
memiliki kelemahan yaitu ruang untuk siswa aktif memang terlalu sempit yang berdampak tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa. Walaupun explicit
instruction memiliki kelemahan tidak mengembangkan keterampilan sosial siswa tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru akan berperan aktif dalam proses
pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang baik dengan menggunakan pembelajaran ini.
Model explicit instruction sering disamakan dengan metode demostrasi dan modelling, karena di dalam model explicit instruction tedapat kegiatan
mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Untuk membedakan model explicit instruction dengan kedua
metode tersebut yaitu dengan memahami makna serta kegiatan dalam masing- masing metode.
Menurut Syaiful Sagala 2011: 210 metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang suatu proses atau benda sampai pada penampilan tingkah
43
laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh guru sendiri
atau dibantu beberapa peserta didik dapat pula dilakukan oleh sekelompok peserta didik.
Metode Modelling adalah cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru
oleh setiap siswa. Siswa tidak hanya memiliki gambaran abstrak akan suatu ilmu pengetahuan namun juga dapat mempraktekannya secara langsung. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Salah satu siswa dapat ditunjuk untuk
memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Model juga dapat didatangkan dari luar yang memiliki keahlian dibidangnya Trianto 2012:
117. Ciri-ciri penggunaan metode modelling yaitu adanya model yang dapat ditiru oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa model explicit instruction, metode modelling dan demonstrasi memiliki persamaan yaitu sama-
sama melakukan demonstrasi dan menjadikan guru sebagai model dalam proses pembelajaran, namun yang membedakan model explicit instruction dengan
metode modelling dan demonstrasi yaitu adanya tahap pembimbingan yang dilakukan oleh guru. Proses pembimbingan itu dilakukan bertujuan agar siswa
lebih cepat memahami materi dan memperoleh pengalaman secara langsung. Dengan adanya bimbingan, maka dapat dipastikan siswa paham dan mampu
mengerjakan apa yang sudah diajarkan.
44
2.1.12 Media Pembelajaran