PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS XI SMA TEUKU UMAR SEMARANG

(1)

i

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS XI

SMA TEUKU UMAR SEMARANG

Skripsi

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh

Nur Utami NIM. 5302411156

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Kelemahan terbesar kita adalah menyerah. Cara pasti untuk bisa sukses adalah cobalah sekali lagi (Thomas Alva Edison)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kepuasan yang hakiki ( Mahatma Ghandi)

Persembahan:

1. Untuk Ibu (Ruliyah) dan Ayah (Suwarsono) tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan memberikan dukungan serta motivasi.

2. Untuk kakakku Suryo Widodo dan keluarga yang telah memberikan dukungannya

3. Untuk teman-teman PTIK Angkatan 2011 dan semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. M. Harlanu, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik, Drs. Suryono, M.T, Ketua Jurusan Teknik Elektro, Feddy Setio Pribadi, S.Pd, M.T, Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang berharga untuk menyelesaikan karya ini.

3. Dr. I Made Sedana, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pentunjuk, mendorong, membimbing dalam penulisan skripsi ini.

4. Kepala Sekolah SMA Teuku Umar Semarang dan Ibu Wiji Utami, S.Pd, selaku guru mata pelajaran TIK di SMA Teuku Umar Semarang yang telah membantu dalam kegiatan penelitian.

5. Ayah, ibu, saudara, seluruh keluarga besar serta sahabat tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sesuai dengan kebaikan yang telah diberikan selama ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2015 Penulis


(7)

vii

Pelajaran TIK Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang. Skripsi, Program Studi

S1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing:Dr. I Made Sudana, M.Pd.

Kata Kunci: Problem Based Instruction, keaktifan, hasil belajar

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA Teuku Umar Semarang diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik masih rendah, sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada/tidaknya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction, untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction dan untuk mengetahui ada/tidaknya pegaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan model desain Pretest Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

random sampling, siswa kelas XI IPS 1 terpilih sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI IPS 2 terpilih sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, dokumentasi, observasi, dan tes. Sedangkan analisis data hasil penelitian menggunakan analisis aktivitas siswa, uji normalitas, uji homogenitas, uji t, uji gain, uji regresi dan korelasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 55,18 dan nilai rata-rata posttest adalah 75,54, ini berarti terjadi peningkatan sebesar 20,36. Sedangkan untuk kelas control nilai rata-rata

pretest 53,52 dan nilai rata-rata posttest sebesar 65,19, ini berarti terjadi peningkatan sebesar 11,67. Berdasarkan uji-t didapatkan thitung > ttabel, yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengamatan aktifitas siswa pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata persentase keaktifan siswa sebesar 75,62% yang termasuk kedalam kategori sangat aktif, sedangkan pada kelas control diperoleh rata-rata persentase keaktifan siswa 64,17% yang termasuk dalam kategori aktif. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Instrction dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI SMA Teuku Umar Semarang. Dalam menerapkan model pembelajaran (PBI)

diperlukan manajemen waktu yang baik serta diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menerapkan model pembelajaran (PBI) pada materi pelajaran TIK yang lebih luas.


(8)

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... Error! Bookmark not defined.

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

1.7 Penegasan Istilah ... 8

1.8 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...12

2.1 Kajian Teori ... 12

2.1.1 Belajar ... 12

2.1.2 Teori Belajar ... 14

2.1.3 Pengertian Model ... 16

2.1.4 Model Pembelajaran ... 17

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Istruction ... 18

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Instruction . 18 2.1.5.2 Sintaks Model Problem Based Instruction ... 19

2.1.5.3 Kelebihan dan Kekurangan model Pembelajaran Problem Based Instruction ... 21


(9)

ix

2.1.8 Kriteria ketuntasan Minimal ... 29

2.1.9 Tinjauan Mata Pelajaran TIK ... 30

2.1.10 Tinjauan Materi Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Tabel 32 2.2 Penelitian yang Relevan ... 39

2.3 Kerangka Pikir ... 41

2.4 Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ...44

3.1 Rancangan Penelitian ... 44

3.1.1 Jenis Penelitian ... 44

3.1.2 Desain Penelitian ... 44

3.2 Waktu dam Tempat Pelaksanaan ... 45

3.3 Populasi dan Sampel ... 46

3.2.1 Populasi ... 46

3.2.2 Sampel ... 46

3.4 Variabel Penelitian ... 47

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 47

3.5.1 Wawancara ... 47

3.5.2 Dokumentasi ... 48

3.5.3 Observasi ... 48

3.5.4 Tes ... 49

3.6 Instrumen Penelitian ... 50

3.6.1 Instrumen Observasi ... 50

3.6.2 Instrumen Tes ... 50

3.6.2.1 Validitas soal ... 51

3.6.2.2 Reabilitas soal ... 51

3.6.2.3 Tingkat kesukaran soal ... 52

3.6.2.4 Daya beda soal ... 53

3.7 Teknik Analisis Data ... 54

3.7.1 Keaktifan Siswa ... 54


(10)

x

3.7.3 Uji Homogenitas ... 56

3.7.4 Uji Hipotesis (t-test) ... 56

3.7.5 Uji Gain Ternormalisasi ... 58

3.7.6 Uji Regresi dan Korelasi ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...61

4.1. Hasil Penelitian ... 61

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian ... 61

4.1.2. Analisis Instrumen Penelitian ... 61

4.1.2.1. Analisis soal ujicoba pretest ... 61

4.1.2.2. Analisis soal ujicoba posttest ... 65

4.1.3. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 68

4.1.4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 72

4.1.4.1. Analisis Uji Normalitas Nilai Pretest ... 72

4.1.4.2. Analisis Uji Homogenitas Nilai Pretest ... 73

4.1.4.3. Analisis Uji Normalitas Nilai Posttest ... 74

4.1.4.4. Analisis Uji Homogenitas Nilai Posttest ... 76

4.1.4.5. Analisis Uji Hipotesis (Uji t) ... 77

4.1.4.6. Uji Gain Ternormalisasi ... 77

4.1.4.7. Analisis Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 79 4.1.4.8. Analisis Pengamatan Aktifitas Siswa ... 80

4.1.4.9. Uji Pengaruh Keaktifan Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa 86 4.2. Pembahasan ... 87

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 94

BAB V PENUTUP ...95

5.1. Kesimpulan ... 95

5.2. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ...97


(11)

xi

Tabel 2.3 Jenis-jenis operator perbandingan...33

Tabel 2.4 Jenis-jenis operator acuan ...34

Tabel 2.5 Fungsi statistika ...36

Tabel 2.6 Fungsi teks ...37

Tabel 3.1 Kriteria penilaian aktivitas siswa ...50

Tabel 3.2 Skala linkert ...54

Tabel 3.3 Interpretasi indeks gain ternormalisasi ...58

Tabel 4.1 Validitas soal ujicoba pretest ...62

Tabel 4.2 Tingkat kesukaran soal ujicoba pretest ...63

Tabel 4.3 Daya beda soal ujicoba pretest ...64

Tabel 4.4 Validitas soal ujicoba posttest ...65

Tabel 4.5 Tingkat kesukaran soal ujicoba posttest ...67

Tabel 4.6 Daya beda soal ujicoba posttest ...68

Tabel 4.7 Nilai pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol...69

Tabel 4.8 Nilai posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ...71

Tabel 4.9 Uji normalitas pretest kelas eksperimen ...72

Tabel 4.10 Uji normalitas pretest kelas kontrol ...73

Tabel 4.11 Homogenitas nilai pretest kelas ekperimen dan kelas kontrol...74

Tabel 4.12 Uji normalitas posttest kelas eksperimen ...75


(12)

xii

Tabel 4.14 Homogenitas nilai posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol ...76

Tabel 4.15 Uji t nilai posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol ...77

Tabel 4.16 Uji gain per siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ...78

Tabel 4.17 Rekapitulasi hasil pengamatan aktifitas siswa kelas ekspeimen...80

Tabel 4.18 Rekapitulasi hasil pengamatan aktifitas siswa kelas kontrol ...81 Tabel 4.19 Hasil analisis regresi dan korelasi kelas eksperimen dan kelas kontro 87


(13)

xiii

Gambar 3.1 Bentuk Pretest-Posttest Control Group Design ...44 Gambar 4.1 Diagram gain nilai rata-rata kelas ...78 Gambar 4.2 Diagram hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ...79


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus pengembangan ...100

Lampiran 2: RPP kelas eksperimen ...101

Lampiran 3: Contoh kartu masalah ...108

Lampiran 4: RPP kelas kontrol ...109

Lampiran 5: Daftar nama siswa ujicoba instrumen ...116

Lampiran 6: Daftar nama siswa kelas eksperimen ...117

Lampiran 7: Daftar nama siswa kelas kontrol ...118

Lampiran 8: Kisi-kisi soal ujicoba pretest ...119

Lampiran 9: Kisi-kisi soal ujicoba posttest ...121

Lampiran 10: Soal ujicoba pretest ...123

Lampiran 11: Soal ujicoba posttest ...128

Lampiran 12: Kunci jawaban ujicoba pretest ...133

Lampiran 13: Kunci jawaban ujicoba posttest ...134

Lampiran 14: Analisis soal ujicoba pretest ...135

Lampiran 15: Contoh perhitungan validitas soal ...139

Lampiran 16: Contoh perhitungan reliabilitas soal ...140

Lampiran 17: Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal ...141

Lampiran 18: Contoh perhitungan daya beda soal ...142

Lampiran 19: Analisis soal jicoba posttest ...143

Lampiran 20: Soal pretest ...147

Lampiran 21: Soal posttest ...150


(15)

xv

Lampiran 26: Uji normalitas data nilai pretest kelas kontrol ...157

Lampiran 27: Uji homogenitas data nilai pretest ...158

Lampiran 28: Nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol...159

Lampiran 29: Uji normalitas data nilai posttest kelas eksperimen ...160

Lampiran 30: Uji normalitas data nilai posttest kelas kontrol ...161

Lampiran 31: Uji homogenitas data nilai posttest ...162

Lampiran 32: Uji Hipotesis ...163

Lampiran 33: Uji gain kelas eksperimen ...164

Lampiran 34: Uji gain kelas kontrol ...165

Lampiran 35: Perhitungan nilai gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ...166

Lampiran 36: Lembar observasi keaktifan siswa ...167

Lampiran 37: Hasil observasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen ...169

Lampiran 38:Hasil observasi aktivitas belajar siswa kelas kontrol ...170

Lampiran 39: Tabel chi kuadrat ...171

Lampiran 40: Tabel distribusi F ...172

Lampiran 41: Tabel distribusi t ...175

Lampiran 42: Tabel Product-moment ...176

Lampiran 43: Surat usulan pembimbing ...177

Lampiran 44: Surat keputusan dosen pembimbing ...178


(16)

xvi

Lampiran 46: Surat keterangan telah melakukan peneelitian ...180 Lampiran 47: Dokumentasi penelitian ...181


(17)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sering disebut sebagai revolusi teknologi informasi sebab telah berhasil memasuki hampir semua aktivitas manusia. Perkembangan TIK sangat pesat, seiring dengan perkembangan masyarakat global.

Dengan kemajuan TIK, informasi yang ada pada suatu tempat atau negara dapat segera dikomunikasikan ke tempat lain dalam waktu yang bersamaan. Kemajuan TIK dengan segala potensinya, jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan berpengaruh positif dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia, akan tetapi TIK juga memiliki dampak negatif seperti terjadinya perubahan nilai, norma, aturan atau moral kehidupan yang bertentangan dengan nilai, norma, aturan dan moral kehidupan yang dianut masyarakat. Oleh karena itu, peran pendidikan sangat penting dalam mengembangkan dampak positif dan dampak negatif TIK.

Salah satu langkah strategis dalam menyongsong masa depan pendidikan Indonesia adalah dengan menerapkan dan mengembangkan kurikulum mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah. Melalui


(18)

2

pembelajaran TIK diharapkan dapat membekali peserta didik berbagai kemampuan yang sesuai degan tuntutan zaman, yang mampu menjawab tantagan arus globalisasi, peka terhadap perubahan, serta berperan besar dalam pembangunan masyarakat.

Dalam pedidikan, kegiatan pembelajaran tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu mengenai komponen-komponen dalam pembelajaran tersebut. Komponen pembelajaran yang dimaksud adalah: tujuan, materi atau bahan ajar, model pembelajaran dan media, evaluasi, anak didik dan adanya guru.

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (Rusman, 2013: 133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Salah satu variasi model yang dapat melibatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) yang selanjutnya dapat disingkat PBI merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari masalah nyata. Dari suatu contoh permasalahan yang nyata, jika di selesaikan secara nyata, akan memungkinkan siswa untuk dapat memahami konsep, bukan sekedar menghafal (Trianto, 2007: 67).


(19)

Model pembelajaran PBI mempunyai karakteristik khusus meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk dan memamerkan serta kerjasama. Model pembelajaran PBI diterapkan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual. PBI

digunakan untuk merangsang berpikir tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk dalam hal belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Titin, Eli Yanti, dan Ruqiah Ganda Putri Panjaitan (2009) menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar secara signifikan setelah diterapkannya model pembelajaran PBI dalam pembelajaran di kelas. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Abas (2011) dengan melakukan perbandingan antara penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran PBI di dalam kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada model PBI lebih tinggi 1,7 poin dibandingkan dengan hasil belajar pada pembelajaran bermodel kooperatif TPS. Menurut hasil penelitian Indrayan (2009), penerapan model pembelajaran PBI meningkatkan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa, hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa. Meningkatnya hasil belajar afektif dan psikomotorik erat kaitannya dengan keaktifan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

Dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram merupakan salah satu aspek dari mata pelajaran TIK pada satuan pendidikan SMA. Salah satu materi TIK yang termasuk dalam aspek tersebut adalah dokumen pengolah angka dengan variasi tabel. Walaupun sederhana akan


(20)

4

tetapi banyak sekali permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi tersebut.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik masih rendah pada materi ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dalam hasil ulangan harian terpadu yang telah dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Februari 2015. Dari data yang diperolah peneliti, diketahui bahwa lebih dari 70% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 75. Dengan diterapkannya model pembelajaran PBI siswa akan dibiasakan untuk belajar menerapkan berbagai rumus yang ada pada materi dokumen pengolah angka dengan variasi tabel melalui permasalahan/persoalan yang disajikan oleh guru, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan serta dapat memiliki suatu keterampilan dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran TIK Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang”. 1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dan hasil wawancara dengan guru tentang pembelajaran TIK di kelas XI Semester 2 SMA Teuku Umar Semarang, diperoleh beberapa masalah sebagai berikut: 1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran TIK masih rendah, kebanyakan siswa


(21)

2. Dalam pengelolaan pembelajaran di kelas guru hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah.

3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran TIK masih rendah, banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.

1.3Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, dalam penelitian ini masalah dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran Problem Based Instruction(PBI).

2. Keaktifan yang akan diteliti adalah keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Intruction (PBI).

3. Hasil pembelajaran yang diteliti adalah pada materi pokok Dokumen Pengolah Angka Dengan Variasi Tabel.

4. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015

1.4Rumusan masalah

Permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI SMA Teuku Umar?


(22)

6

2. Seberapa besar peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI SMA Teuku Umar dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction?

3. Apakah keaktifan siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa? 1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada/tidaknya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction

2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI SMA Teuku Umar dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction.

3. Untuk mengetahui ada/tidaknya pegaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun menfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Manfaat Teoritis

1. Memperluas wawasan khasanah keilmuan pembelajaran TIK

2. Sebagai acuan untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. 3. Sebagai acuan model pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.


(23)

b) Manfaat Praktis (1) Bagi Peserta Didik

(1.1) Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan

(1.2) Peserta didik merasa senang karena lebih dilibatkan dan diperhatikan dalam proses pembelajaran

(1.3) Peserta didik merasa semakin tertantang dengan masalah-masalah dalam pembelajaran TIK

(1.4) Peserta didik semakin berminat dalam menyelesaika soal-soal TIK yang diberikan oleh guru

(1.5) Tercapainya KKM belajar pesserta didik dalam pembelajaran TIK (2) Bagi Guru

(2.1) Meningkatkan ketrampilan guru dalam mengelola kelas serta penguasaan materi.

(2.2) Meningkatkan profesionalisme guru.

(2.3) Meningkatkan pemahaman penggunaan metode yang tepat guna. (3) Bagi sekolah

(3.1) Memberikan gambaran pada sekolah tentang inovasi dalam pembelajaran (3.2) Meningkatka kualitas mutu pembelajaran di sekolah

(4) Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh penglaman langsung cara memilih model pembelajaran yang tepat sehigga dimungkinkan kelak saat terjun di lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman


(24)

8

(5) Bagi Departemen Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik di sekolah

1.7Penegasan Istilah

Untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan penafsiran ataupun menimbulkan beberapa penafsiran dalam mengartikan judul, maka perlu diberikan penegasan istilah sebagai berikut:

(1) Penerapan

Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

(2) Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

(3) Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari malasah nyata. Model pembelajaran PBI disini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah, 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin,


(25)

3) Penyelidikan autentik, 4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, 5) Kerja sama.

(4) Peningkatan

Peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Peningkatan disini juga berarti pencapaian dalam proses.

(5) Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi. Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik.

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; (5) melatih diri dalam memecahkan


(26)

10

masalah atau soal; serta (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

(6) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

Jadi yang dimaksud dengan “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa

pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI SMA Teuku Umar Semarang” adalah menerapkan/mempraktekan langkah-langkan pembelajaran yang berdasarkan pada permasalahaan (Problem Based Istruction) sebagai upaya untuk menambah keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI di SMA Teuku Umar Semarang

1.8Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir skripsi.

a. Bagian Awal

Bagian awal skripsi ini terdiri dari halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, lembar pengesahan, lembar keaslian karya ilmiah, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.


(27)

b. Bagian Isi

1) Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

2) Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang kajian-kajian teoritis perihal bahan atau materi penelitian, penelitian yag relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. 3) Bab III Metode Penelitian, berisi tentang metode dan desain penelitian, sumber informasi/obyek penelitian, waktu dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

2) Bab IV Hasil dan Pembahasan , berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan.

3) Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

c. Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, dokumentasi, dan surat ijin penelitian.


(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kajian Teori

2.1.1 Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi seseorang (Anni, 2011: 82).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki

arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh kepandaian atau ilmu (Wahyuni, 2008: 13).

Menurut Suyono (2011: 9) belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam di istilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge).

Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah “ suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru


(29)

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Witherington (1952) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasi sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. (Suyono, 2011: 11-12).

Lebih lanjut, Gagne (1977) dalan Suyono (2011: 12) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuannya yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Kemudian menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Sedangkan para ahli pendidikan menganggap bahwa belajar adalah proses pebubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain (Wahyuni, 2008: 15).

Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pemahaman, minat, watak dan penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.


(30)

14

2.1.2 Teori Belajar

Beberapa teori belajar yang berhubungan dengan model pembelajaran

Problem Based Instruction adalah sebagai berikut: (1) Teori Belajar Penemuan (discovery learning)

Teori belajar yang paling mendasari model Problem Based Instruction

yaitu teori belajar penemuan yang dikemukakan Jerome S. Bruner. Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang benar-benar baru. Brunner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna (Trianto, 2007: 26).

Brunner juga menggunakan konsep Scaffolding dan interaksi sosial di kelas maupun di luar kelas. Sccaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman, atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih. (Rusman, 2013: 245)

(2) Teori Belajar Vygotsky

Dalam teori belajar Vygotsky (Rusman, 2013: 244) dijelaskan bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu


(31)

berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru.

Menurut Vygotsky (Trianto, 2007: 26) proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan mereka, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu. (Trianto 2007: 25)

Vygotsky juga memiliki ide scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, dan realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. (Trianto, 2007: 26)

Kaitan teori Vygotsky dengan pembelajaran berbasis masalah adalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah di miliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dan interaksi sosial dengan teman lain.

(3) Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel

Menurut Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang


(32)

16

yang menjadi inti dari teori Ausubel. Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam stuktur kognitif siswa (Trianto,2007: 5).

Ausubel membedakan antara belajar bermakna (meaningfull learning)

dengan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya(Rusman, 2013: 244).

Kaitan teori belajar bermakna dari David Ausubel dengan pembelajaran berbasis masalah adalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

2.1.3 Pengertian Model

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis. (Wikipedia Indonesia). Sedangkan menurut pendapat Mills (Suprijono, 2009: 45), model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.


(33)

2.1.4 Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil (Rusman, 2013: 133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Selanjutnya, Joyce (Trianto, 2007: 5) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Menurut Soekamto model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencakanan aktivitas belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. (Trianto, 2007: 5)

Menurut Suprijono (2009) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Merurut Arends (Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan


(34)

18

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembalajaran adalah suatu perencanaan atau pola pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencakanan aktivitas pembelajaran untuk mecapai tujuan belajar tertentu.

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Istruction

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Instruction

Menurut Trianto (2007) model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penelitian autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

Menurut Dewey (dalam Trianto 2007: 67-68) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubugan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Menurut Ratumaran (dalam Trianto, 2007: 68) pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memprosess informasi


(35)

yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Menurut Arends (Trianto, 2007: 68-70), ciri-ciri khusus pengajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah 2) Berfokus pada keterikatan antar disiplin 3) Penyelidikan autentik

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya 5) Kolaborasi

Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual (Trianto, 2007: 70)

Menurut sudjana (dalam Trianto, 2007: 71) manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.

2.1.5.2 Sintaks Model Problem Based Instruction

Model pembelajaran Problem Based Instruction terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah


(36)

20

dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Adapun tahapan PBI

menurut Ibrahim (2004: 6) dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah laku guru

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan yang dipilih Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa peran guru dalam model pembelajaran PBI berbeda dengan peran guru pada pembelajaran konvensional. Menurut Sinambela (2008: 83) terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam


(37)

kaitannya dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) dalam hal ini meliputi: menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Selanjutnya, dalam mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru berperan membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dalam hal membimbing penyelidikan individual maupun kelompok peran guru dalam hal ini adalah mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah

2.1.5.3 Kelebihan dan Kekurangan model Pembelajaran Problem Based Instruction

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan Problem Based Instruction adalah:

a. Siswa di libatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.

b. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain. c. Dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber. d. Siswa berperan aktif dalam KBM

e. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

f. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi.


(38)

22

g. Pembelajaran lebih bermakna h. Menjadikan siswa lebih mandiri

i. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain

j. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran Problem Based Instruction juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah:

a. Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai. b. Membutuhkan waktu yang banyak

c. Tidak setiap materi TIK dapat diajarkan dengan PBI

d. Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll e. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.

f. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa perkelas.

(Eko, 2011)

2.1.6 Keaktifan Siswa

2.1.6.1Pengertian Keaktifan Siswa

Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar (Ahmadi & Supriyono, 2004: 207). Siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus menerus baik fisik maupun mental dalam pembelajaran (Hollingsworth & Lewis, 2008: viii). Siswa aktif adalah siswa yang


(39)

terlibat secara fisik, psikis, intelektual dan emosional secara terus menerus dalam proses pembelajaran (Yusmiati, 2010: 10). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus menerus baik secara fisik, psikis, intelektual maupun emosional yang membentuk proses mengkomparasikan materi pelajaran yang diterima.

2.1.6.2Ciri-Ciri Siswa Aktif

Kadar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat di lihat pada dimensi siswa yaitu pembelajaran yang berkadar siswa aktif akan terlihat pada diri siswa akan adanya keberanian untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan dan kemauannya. Dalam dimensi siswa ini nanti pada akhirnya akan tumbuh dan berkembang kemampuan kreativitas siswa (Sugandi, 2007: 75-76).

Untuk melihat terwujudnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif. Melalui indikator cara belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar. Indikator tersebut yaitu:

(1) keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya; (2) keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar;

(3) penampilan berbagai usaha/kekreatifan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya; dan

(4) kebebasan melakukan hal tersebut tanpa tekanan guru/ pihak lainnya (Ahmadi & Supriyono, 2004: 207-208).


(40)

24

(1) berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan; (2) mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh

situasi pengetahuan;

(3) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;

(4) belajar dalam kelompok;

(5) mencoba sendiri konsep-konsep tertentu; dan

(6) mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan (Suryosubroto, 2002: 71-72).

Berdasarkan ciri-ciri keaktifan siswa yang telah disebutkan oleh 3 ahli maka indikator keaktifan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) keberanian untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan dan kemauannya serta menampilkan berbagai usaha dalam kegiatan belajar; (2) berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar serta

mengkomunikasikan hasil belajar;

(3) menampilkan berbagai usaha belajar untuk mencapai keberhasilan; dan (4) mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri

2.1.6.3Jenis-Jenis Aktifitas Siswa

Paul B. Dierich membuat daftar yang berisi 117 macam aktifitas siswa dalam belajar, yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual Activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaa orang lain.


(41)

2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.

5. Drawing activities,misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional Ativities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bargairah, berani, tenang, gugup

Jadi dengan klasifikasi yang telah diuraikan diatas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan (Sardiman, 2012: 101).

Selain itu Bagus (2012) mengatakan bahwa keaktifan dan kebiasaan belajar merupakan faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya


(42)

26

keaktifan maka proses belajar tidak akan berjalan. Hal ini dikarenakan proses belajar selalu berkaitan dengan melakukan suatu aktivitas fisik maupun psikis. Dengan adanya keaktifan yang tinggi maka proses belajar akan berjalan dengan baik serta akan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Kebiasaan belajar juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dengan adanya kebiasaan belajar yang baik maka proses belajar akan lancar dan akhirnya akan menghasilkan prestasi belajar yang baik.

2.1.7 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang di pelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus di capai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didikan(Anni, 2011: 85).

Muhibbin Syah (2008: 145-155) membedakan 3 (tiga) macam faktor belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu:

a. Faktor Internal

1) Kecerdasan atau Intelijensi

Intelijensi pada umumnya dapat di artikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.


(43)

Keberhasilan anak dalam belajar juga di pengaruhi oleh tingkat kecerdasan, dengan demikian di samping kematangan tingkat kecerdasan atau intelegensi juga ikut mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar.

2) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

3) Bakat Siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

4) Minat Siswa

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

5) Motivasi Siswa

Motivasi merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu, karena tidak mungkin seseorang berusaha mempelajari sesuatu jika tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajar itu sendiri.


(44)

28

6) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan Sosial

a) Para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

b) Masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa.

c) Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga.

2) Lingkungan Non Sosial

a) Gedung sekolah dan letaknya

b)Rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya c) Alat-alat belajar

d)Keadaan cuaca


(45)

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar merupakan strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keaktifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

2.1.8 Kriteria ketuntasan Minimal

Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM harus ditetapkan sebelum tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulusnya siswa dalam pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.


(46)

30

Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menujukan presentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal masing-masing mata pelajaran berbeda-beda dan kriteria ketuntasan minimal tiap satuan pendidikan maupun masing-masing sekolah belum tentu sama. Kriteria ketuntasan minimal dalam penelitian ini disesuaikan dengan obyek penelitian, peneliti memilih siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang sebagai objek penelitian, kriteria ketuntasan minimal SMA Teuku Umar Semarang untuk mata pelajaran TIK adalah 75. Sehingga untuk mencapai tuntas belajar, hasil belajar siswa khususnya pada materi dokumen pengolah angka dengan variasi tabel harus lebih dari atau sama dengan 75.

2.1.9 Tinjauan Mata Pelajaran TIK

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu kelainnya. Karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan


(47)

yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dantransfer (pemindahan) informasi antar media.

1) Tujuan mempelajari TIK antara lain :

a) Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.

b) Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan seharihari secara mandiri dan lebih percaya diri.

c) Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

d) Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.

e) Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggung jawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah sehari-hari.


(48)

32

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa Mata Pelajaran TIK adalah mata pelajaran yang baru di sekolah yang merupakan suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer (pemindahan) informasi antar media menggunakan teknologi tertentu yang menekankan siswa mampu memahami konsep, pengetahuan, dan operasi dasar komputer.

2.1.10 Tinjauan Materi Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Tabel

A. Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Tabel

Dalam pembelajaran dokumen pengolah angka dengan variasi tabel pada penelitian ini, materi yang dipelajari meliputi:

1) Mengenal Operator pada Microsoft Excel

Microsoft Excel merupakan program aplikasi yang mampu melakukan bebagai jenis penghitungan untuk keperluan pengolahan dan analisis data. Dua hal yang selalu terlibat dalam perhitungan adalah operator perhitungan dan data-data yang dihitung. Ada empat jenis operator pada Microsoft excel yaitu Operator aritmetika, operator perbandingan, operator acuan dan operator penggabungan teks. Berikut adalah masing-masing penjelasannya:

a. Operator Aritmetika

Operator aritmetika berfungsi untuk membuat operasi dasar matematika seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, persentase, eksponensial dan penggabungan bilangan. Berikut tabel jenis-jenis operator aritmetika.


(49)

Tabel 2.2 Jenis-jenis operator aritmetika

Sistem Operator Operasi

+ Penjumlahan

- Pengurangan

: Pembagian

* Perkalian

% Persentase

^ Eksponensial

& Penggabungan

b. Operator Perbandingan

Operator perbandingan berfungsi untuk membandingkan dua buah nilai yang menghasilkan logika true or false. Perbandingan menghasilkan nilai logika true apabila perbandingan benar dan menghasilkan nilai logika false apabila perbandingan dinilai salah. Untuk menggunakan operasi logika, biasanya diperlukan adanya ekspresi dan pernyataan logika. Berikut jenis-jenis operator perbandingan.

Tabel 2.3 Jenis-jenis operator perbandingan

Sistem Operator Operasi

= Sama dengan

> Lebih besar dari

< Lebih kecil dari

> = Lebih besar sama dengan < = Lebih kecil sama dengan < > Tidak sama dengan


(50)

34

c. Operator Acuan (Referesi)

Operator acuan berfungsi menggabungkan range (selang) sel yang digunakan dalam perhitungan. Berikut tabel jenis-jenis operator acuan yang digunakan pada program Microsoft Excel.

Tabel 2.4 Jenis-jenis operator acuan

Sistem Operator Operasi

Titik dua (:) Operator jangkauan yang berfungsi untuk menghasilkan satu acuan dari dua acua, meskipun dari sel yang berbeda. Koma (,) Operator penyatuan yang berfungsi untuk

menggabungkan banyak acuan menjadi satu acuan

Spasi ( ) Operator perpotongan yang berfunfsi untuk mengacu kepada sel yang menjadi perpotongan di antara dua acuan.

d. Operator Penggabungan Teks

Pada tipe dan jenis teks, operator yang dapat digunakan adalah operator penggabungan teks. Fungsi operator penggabungan teks adalah untuk merangkai atau menggabungakan dua buah data teks atau lebih sehingga meghasilkan satu rangkaian teks. Simbol operator yang digunakan adalah “&”.

2) Mengenal Formula pada Microsoft Excel

Formula adalah ekspresi untuk menghitung numerik atau teks berdasarkan rumus tertentu. Untuk menuliskan rumus atau formula dalam Microsoft Excel dapat dilakukan dengan mengawali isi sel dengan karakter sama dengan (=) yang merupakan syarat penulisan sebuah formula, kemudian diikuti rumus yang diinginkan. Formula dapat berisi operator, referensi, atau suatu fungsi tertentu.


(51)

Operator disini adalah tanda atau simbol yang melambangkan suatu operasi perhitungan.

Berikut adalah aturan-aturan yang perlu diperhatikan dalam penulisan formula:

1. Tanda sama dengan

Tanda sama dengan (=) merupakan tanda awal dari penulisan formula yang mutlak harus dituliskan jika hendak menggunakan formula apapun. Tanda ini bisa dipakai sebagai rujukan ke data pada lokasi lain.

2. Tanda kurung

Tanda kurung “( )” digunakan untuk memisahkan bagiab-bagian yang dianggap perlu dalam suatu formula. Pemakaian tanda ini dilakukan agar perhitungan menjadi lebih mudah untuk dibaca dan dianalisa.

3. Tanda pemisah argument/variabel

Pada penerapan formula lanjutan, banyak digunakan argument atau variabel dalam suatu formula. Untuk memisahkan argument atau variabel, ada dua tanda yang digunakan yaitu tanda koma (,) atau titik kima (;).

4. Tanda kutip/petik

Tanda kutip (“ “) digunakan jika hendak menggunakan isi atau data pada

sebuah sel untuk digunakan pada formula. 5. Gunakan alamat sel/range

Penulisan formula hendaknya merujuk pada alamat sel atau range, dan jangan merujuk langsung pada isi sel atau datanya. Hal ini akan membuat formula menjadi statis dan terkunci hanya untuk data itu saja.


(52)

36

3) Mengenal Fungsi pada Microsoft Excel

Fungsi merupakan rumus yang sudah disediakan oleh Microsoft Excel dan siap untuk digunakan sebagai alat untuk membantu perhitungan.

Berikut adalah beberapa macam fungsi yang biasa digunakan: 1. Fungsi Statistik

Fungsi statistik digunakan untuk keperluan dalam pekerjaan stastistik seperti menghitung jumlah data, nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata dan lain-lain. Berikut adalah tabel beberapa macam fungsi statistik yang sering digunakan dalam mengolah data

Tabel 2.5 Fungsi statistika

Fungsi Kegunaan

AVERAGE Mencari nilai rata-rata MAX Mencari nilai tertinggi MIN Mencari nilai terendah

COUNT Mencari jumlah data berformat angka yang terdapat dalam suatu range tertentu

COUNTIF Mencari jumlah data berformat angka yang terdapat dalam suatu range dengan kriteria tertentu

LARGE Mencari uruta nilai terbesar SMALL Mencari urutan nilai terkecil

2. Fungsi teks

Fungsi teks digunakan untuk mengolah data-data berupa teks, dimana fungsi ini akan memunculkan suatu nilai berdasarkan data-data berformat teks. Berikut adalah tabel beberapa contoh penggunaan fungsi teks.


(53)

Tabel 2.6 Fungsi teks

Fungsi Kegunaan

LEFT mengambil beberapa karakter dari kiri pada sebuah string teks yang dipilih

RIGHT mengambil beberapa karakter dari kanan pada sebuah string teks yang dipilih

MID mengambil beberapa karakter dengan menentukan terlebih dahulu posisi awal karakter dan berapa karakter pada teks yag dimunculkan

LOWER Mengubah kondisi karakter teks dari huruf kapital menjadi huruf kecil.

UPPER Mengubah kondisi karakter teks dari huruf kecil menjadi huruf kapital.

PROPER Mengkapitalkan huruf pertama dari teks atau serangkaian teks yang terdapat pada sel.

CONCANTENATE Menggabungkan data-data yang berupa teks yang terdapat pada sel yang berbeda ke dalam satu sel REPT Mengulang teks yang terdapat pada sel tertentu

sebanyak yang diinginkan 3. Fungsi Logika

Fungsi logika digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan logika yang bernilai benar atau salah. Berikut adalah dua istilah yang berhubungan dengan fungsi logika:

a. Ekspresi Logika

Dalam fungsi logika terdapat ekspresi logika yang dinyatakan oleh operator perbandingan seperti tanda sama dengan (=), lebih kecil (<), lebih


(54)

38

besar (>), lebih kecil sama dengan ( < =), lebih besar sama dengan (> =), atau tidak sama dengan (< >).

b. Operator logika

Operator logika berfungsi untuk menggabungkan dua atau lebih ekspresi logika. Contohnya adalah fungsi AND dan OR.

4. Fungsi Sum

Fungsi SUM digunakan untuk menjumlahkan data-data yang terdapat dalam suatu range atau sel. Fungsi ini dapat menjumlahkan seluruh argumen yang ingin dijumlahkan. Fungsi SUM dapat membuat 30 argumen.

5. Fungsi Rujukan

Fungsi rujukan (Lookup & Reference) yang biasa digunakan ada dua macam yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi VLOOKUP, merupakan fungsi yang digunakan untuk mencari nilai pada kolom tertentu

b. Fungsi HLOOKUP, merupakan fungsi yang digunakan untuk mencari nilai pada baris tertentu.

4) Menggunakan Referensi (Acuan)

Referensi atau acuan merupakan identifikasi sebuah sel atau kumpulan sel. Referensi dapat terdiri dari satu sel atau beberapa sel dengan melibatkan operator referensi. Berikut adalah tiga macam referensi dalam Microsoft Excel:

a. Referensi Relatif

Referensi relatif merupakan alamat atau referensi sel secara umum. Referensi ini bersifat relatif sehingga apabila rumus disalin dan dipindahkan ke sel


(55)

yang lain, maka secara otomatis alamat sel yang disalin akan diganti dengan alamat yang dituju.

b. Referensi Absolut

Referensi Absolut merupakan alamat atau referensi sel yang mempunyai nilai tetap, sehingga apabila rumus disalin dan dipindahkan ke sel yang lain, maka referensi terhadap sel tersebut tidak akan berubah.

c. Referensi semi absolut

Referensi semi absolut merupakan alamat atau referensi sel yang mempunyai nilai campuran. Ada dua macam referensi semi absolut yaitu sebagai berikut:

1. Row Absolute (Mutlak Baris)

Jenis referensi yang apabila kita mengkopi formula ke sel yang lain, maka referensi terhadap kolom sel akan berubah sedangkan pada baris sel tidak akan berubah.

2. Column Absolute (Mutlak Kolom)

Jenis referensi yang apabila kita mengkopiformula ke sel yang lain, maka referensi terhadap kolom sel akan berubah sedangkan pada baris sel tidak akan berubah.

(Dwiani, 2015:28-42)

2.2Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Titin, Eli Yanti, dan Ruqiah Ganda Putri Panjaitan


(56)

40

Model Problem Based Instruction (PBI) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Pernapasan Manusia Di Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukadana” hasil penelitian menunjukkan bahwa model PBI dapat meningkatkan hasil belajar

secara signifikan pada taraf α= 5% dalam materi pernapasan manusia.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Abas (2011) dengan melakukan perbandingan antara penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan model pembelajaran PBI di dalam kelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada model PBI lebih tinggi 1,7 poin dibandingkan dengan hasil belajar pada pembelajaran dengan model kooperatif TPS. Menurut hasil penelitian Indrayan (2009), penerapan model pembelajaran PBI meningkatkan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa, hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa. Meningkatnya hasil belajar afektif dan psikomotorik erat kaitannya dengan keaktifan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

Beberapa penelitiaan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran

Problem Based Instruction efektif digunakan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa, sehingga peneliti yakin untuk melakukan penelitian serupa dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK Kelas

XI SMA Teuku Umar Semarang”. Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan

sasaran yang hampir sama dengan beberapa penelitian diatas yaitu penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction dalam kegiatan pembelajaran di kelas sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(57)

2.3Kerangka Pikir

Pada kelas XI semester genap salah satu materi yang dipelajari adalah dokumen pengolah angka dengan variasi tabel. Dimana dalam materi ini siswa dituntut untuk mampu memahami dan mengaplikasikan berbagai rumus yang digunakan dalam pengolahan data tabel. Hasil pengamatan yang dilakukan di kelas XI SMA Teuku Umar Semarang menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi ini masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dalam hasil ulangan harian terpadu yang telah dilaksanakan pada minggu terakhir bulan Februari 2015. Dari data yang diperolah peneliti, diketahui bahwa lebih dari 70% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu 75. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, model pembelajaran Problem Based Instruction telah dipertimbangkan dan tepat diterapkan untuk pembelajaran materi dokumen pengolah angka dengan variasi tabel. Pada model pembelajaran Problem Based Instruction siswa akan dibiasakan untuk belajar menerapkan berbagai rumus yang ada pada materi dokumen pengolah angka dengan variasi tabel melalui permasalahan/persoalan yang disajikan oleh guru, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan serta dapat memiliki suatu keterampilan dalam memecahkan masalah. Selain itu siswa akan mudah memahami materi yang dipelajari karena siswa berusaha sendiri untuk mencari


(58)

42

pemecahan masalah sehingga mendapatkan pengetahuan yang benar-benar bermakna dari suatu masalah yang disajikan oleh guru.

Berdasarkan gambaran di atas, kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pilkir Fakta yang ditemui

PBM

 siswa dapat mengaplikasikan secara langsung materi yang dipelajari

 siswa berusaha sendiri mencari pemecahan masalah sehingga mendapatkan pengetahuan yang bermakna

Keaktifan siswa meningkat Penerapkan model pembelajaran

Problem Based Instruction

Nilai rata-rata hasil belajar siswa < KKM


(59)

2.4Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2010:96). Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis dari penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI SMA Teuku Umar Semarang khususnya pada pokok bahasan dokumen pengolah angka dengan variasi tabel.


(60)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian 3.1.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010: 9), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubugan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang megganggu. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen selalu dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap subjek penelitian kemudian melihat pengaruh dari perlakuan tersebut.

3.1.2Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest posttest control group desain.

Gambar 3.1 Bentuk Pretest-Posttest Control Group Design

R

O

1

X

O

2


(61)

Keterangan:

O1 : Nilai pretest kelompok eksperimen

O2 : Nilai posttest kelompok eksperimen

O3 : Nilai pretest kelompok kontrol

O4 : Nilai posttest kelompok control

X : perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction

(Sugiyono, 2010)

Dalam desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang digunakan sebagai objek penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelas yang diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction, sedangkan kelompok kontrol merupakan kelas yang tidak diberikan perlakuan (pembelajaran konvensional).

Perilaku kelompok eksperimen dan kontrol di ukur sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kedua kelompok akan diberikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Berdasarkan data hasil pretest dan posttest tersebut, uji prasyarat analisis dapat dilakukan. Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui hasil analisis data yang diperlukan dalam pengajuan hipotesis. Kemudian setelah hasil diketahui, maka analisis akhir dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dan menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

3.2Waktu dam Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Teuku Umar Semarang yang berlokasi di Jalan Karangrejo Tengah IX/99 Jatingaleh, Semarang. Dilaksanakan pada semester 2 (dua) tahun ajaran 2014/2015, sedangkan penentuan waktu disesuaikan


(62)

46

dengan alokasi waktu penyampaian materi “Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Tabel”.

3.3Populasi dan Sampel

3.2.1Populasi

Arikunto (2010: 173) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan sebjek penelitian. Populasi juga dapat diartikan sebagai wilayah besar atau luas yang ditetapkan oleh peneliti untuk dapat dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 75 siswa yang terdiri dari 20 siswa XI.IPA, 28 siswa kelas XI.IPS-1 dan 27 siswa XI.IPS-2. 3.2.2Sampel

Arikunto (2010: 174) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sumber data yang diambil dari sebagian populasi dan dapat mewakili populasi disebut sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik random sampling. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan asumsi sebagai berikut:

1) Siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama

2) Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama 3) Pembagian kelas tidak ada kelas unggulan

4) Buku sumber yang digunakan sama

Berdasarkan asumsi diatas, dari tiga kelas, dipilih 2 kelas yaitu kelas XI.IPS-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI.IPS-2 sebagai kelas kontrol.


(63)

3.4Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian(Arikunto, 2010: 161). Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Variabel Bebas (X)

Variabel idependen atau variabel bebas (X) yaitu variabel yang nilai-nilainya tidak bergantung pada variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Instruction.

2) Variabel terikat (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat (Y) yaitu variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi dokumen pengolah angka dengan variasi tabel.

3.5Metode Pengumpulan Data

Mengumpulkan data merupakan kegiatan penting dalam sebuah penelitian. Dengan adanya data-data itulah peneliti menganalisisnya untuk kemudian di bahas dan disimpulkan dengan panduan serta referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi wawancara, dokumentasi, observasi, dan tes. Uraian selengkapnya sebagai berikut:

3.5.1 Wawancara

Menurut Arikunto (2010: 198) wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari


(64)

48

terwawancara (narasumber). Secara fisik wawancara dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur kepada guru mata pelajaran TIK kelas XI SMA Teuku Umar Semarang. Informasi yang didapatkan setelah melakukan wawancara dengan guru yaitu tentang permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran TIK pada materi dokumen pengolah angka dengan variasi tabel. Informasi tersebut kemudian digunakan peneliti untuk menentukan variabel yang akan diteliti.

3.5.2 Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta untuk memperoleh data nilai awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang dijadikan sebagai data awal adalah nilai ulangan harian TIK bab sebelumnya yaitu materi Microsoft Office Excel (Versi 2007).

3.5.3 Observasi

Di dalam pegertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan observeran, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservaasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 2010: 199). Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar


(65)

siswa selama pembelajaran berlangsung. Observeran terhadap siswa ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat keaktifan siswa dalam kelas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

3.5.4 Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk menentukan ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pretest-posttest. Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal dan posttest untuk mengetahui hasil belajar setelah mendapatkan perlakuan. Tes yang diberikan kepada siswa berbentuk tes objektif. Bentuk soal yang digunakan peneliti yaitu soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat (Sudjana, 2011: 48).

Peneliti menggunakan tes berbentuk pilihan ganda karena bentuk tes pilihan ganda memungkinkan adanya satu jawaban yang benar dari beberapa pilihan jawaban, sehingga menimbulkan adanya objektivitas bagi siswa dalam menjawab dan guru atau korektor dalam memeriksa dan menilai pekerjaan siswa. Peneliti menyediakan lima aternatif pilihan jawaban dalam tes. Tes pilihan ganda tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam kompetensi berpikir siswa jenjang sekolah menengah seperti ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Selain itu, hasil pekerjaan siswa dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang dapat dipercaya.


(66)

50

3.6Instrumen Penelitian

Arikunto (2010: 203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen observasi dan Instrumen tes. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

3.6.1 Instrumen Observasi

Instrumen observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran yang akan di isi oleh observer. Adapun kriteria yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Kriteria penilaian aktivitas siswa

Persentase Keaktifan Siswa Kriteria

Presentase keaktifan siswa ≤ 25% Kurang Aktif 25% < Persentase keaktifan siswa ≤ 50% Cukup Aktif 50% < Persentase keaktifan siswa ≤ 75% Aktif Persentase keaktifan siswa > 75% Sangat Aktif

3.6.2 Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda. Sebelum tes dilaksanakan, instrumen tes yang digunakan untuk mengambil data, terlebih dahulu di ujicobakan ke dalam kelas uji coba yaitu kelas XI.IPA


(67)

agar dapat di analisis validitasnya, rebilitasnya, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Adapun teknik analisis instrumen selengkapnya adalah sebagai berikut: 3.6.2.1Validitas soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data dari variabel yang di teliti secara tepat. Untuk menentukan validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ } ∑ ∑

…………. (1)

Arikunto (2010: 87) Keterangan:

rx = koefisien korelasi product moment N = jumlah subyek

x = skor setiap butir soal yang diraih oleh siswa y = skor total yang diraih tiap siswa

= jumlah skor perbutir soal dari seluruh siswa

= jumlah skor total siswa seluruhnya Jika rx hitung > tabel maka soal tersebut valid. 3.6.2.2Reabilitas soal

Rebilitas atrinya dapat diandalkan atau di percaya. Arikunto (2010: 221) menyatakan bahwa reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data


(68)

52

karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menentukan reabilitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

………. (2)

Arikunto (2010: 115) Keterangan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

P = prporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1-p )

= Jumlah hasil perkalian dari p dan q

= banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

Jika hitung > r tabel maka soal tersebut reliabel. 3.6.2.3Tingkat kesukaran soal

Tingkat kesukaran ini untuk menyatakan seberapa mudah atau sulitkah sebuah soal tes. Untuk menentukan indeks kesukaran maka digunakan rumus :

………….. (3)

(Arikunto,S 2012: 223) Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 47: Dokumentasi penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN Pembelajaran di kelas kontrol


(5)

Pembelajaran di kelas eksperimen

Guru mengorientasi siswa pada masalah

Guru membagikan kartu masalah


(6)

Siswa mempresentasikan hasil diskusi


Dokumen yang terkait

Penggunaan LKS berbasis problem based instruction untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada konsep jamur: penelitian deskriptif-kuantitatif di SMAN 4 Tangerang

1 28 0

PENGARUH KEAKTIFAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS X SMA TEUKU UMAR SEMARANG

1 23 202

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEDISIPLINAN BELAJAR Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas IX A S

0 4 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEDISIPLINAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas IX A Smp Muham

0 2 17

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 16

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Berbantuan Flipbook untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa

0 0 1

Meningkatkan Hasil Belajar Pengelolaan D

0 0 11

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V A

0 3 10

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 002 Penyasawan Kecamatan Kampar

0 0 16