Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma Pareto Diagram

memberikan gambaran awal mengenai kondisi perusahaan sebelum diterapkan Lean . Perhitungan metrik lean terdiri dari perhitungan process cycle effisiency, process velocity dan process lead time. 1. Efisiensi dari tiap siklus proses process cycle effisiency Efisiensi dari tiap siklus proses merupakan suatu metrik atau ukuran untuk melihat sejauh mana efisiensi waktu dari proses terhadap waktu siklus proses secara keseluruhan. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai efisiensi dari siklus proses: Process Cycle Effisiency = Value Added Time adalah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan didalam proses yang memberikan nilai tambah terhadap produk atau tidak. 2. Process lead time dan process velocity kecepatan proses Kecepatan proses adalah seberapa tahapan yang ada di dalam proses dapat dilakukan dalam setiap satuan waktu. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mencari process lead time dan process velocity : Process Lead Time = Process Velocity =

3.7.2.8. Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma

21 Perhitungan DPMO dan Tingkat Sigma untuk data atribut dapat dilakukan sesuai langkah-langkah perhitungan berikut ini: Universitas Sumatera Utara 1. Defect Per Unit DPU. Ukuran ini merefleksikan jumlah rata-rata dari cacat, semua jenis, terhadap jumlah total unit dari unit yang dijadikan sampel DPU = Dimana: D = jumlah defective atau jumlah kecacatan yang terjadi dalam proses produksi U = jumlah unit yang diperiksa 2. Defect Per Opportunity DPO. Menunjukkan proporsi cacat atas jumlah total peluang dalam sebuah kelompok. DPO= Dimana: OP Opportunity = Karakteristik yang berpotensi untuk menjadi cacat 3. Defect Per Million Opportunities DPMO. DPMO mengindikasikan berapa banyak cacat akan muncul jika ada satu juta peluang. DPMO = DPO x 1.000.000 4. Mengkonversikan nilai DPMO menggunakan Tabel konversi untuk mengetahui proses berada pada tingkat Sigma berapa. 5. Perhitungan tingkat Sigma dapat dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel yaitu dengan menggunakan formula berikut ini: NORMSINV 1-DPMO1.000.000 + 1,5 21 Peter S Pande. 2003. “The Six Sigma Way”. Yogyakarta: Andi. hal. 237-246 Universitas Sumatera Utara

3.7.2.9. Pareto Diagram

22 Pareto diagram adalah sebuah grafik yang mengklasifikasikan peringkat data dalam urutan dari kiri ke kanan. Klasifikasi data yang mungkin antara lain adalah masalah, penyebab, jenis kesesuaian dan sebagainya. Variabel utama berada di sebelah kiri dan variabel lain disebelah kanan. Pareto diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang paling penting, biasanya digunakan aturan pareto 80-20 yang berarti 20 dari cacat sistem menyebabkan 80 masalah atau 80 gangguan berasal dari 20 masalah yang ada. Penyusunan diagram pareto sangat sederhana. Proses penyusunan diagram pareto meliputi enam langkah, yaitu : 1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan jumlah masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya. 2. Menetukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik tersebut, misalnya rupiah, unit, frekuensi dan sebagainya. 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang ditentukan. 4. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil. 5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. 6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing – masing masalah. Mengidentifikasi beberpa hal yang penting untuk mendapat perhatian. 22 Op.Cit. Dale H Besterfield. hal. 15 - 18 Universitas Sumatera Utara

3.7.3. Analyze