Deskripsi Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik
bekerja karena ia pribadi merasa bosan jika hanya dirumah, dan untuk mengisi waktu luangnya ia memilih bekerja sebagai pembantu rumah
tangga di perumahan sekitar tempat tinggalnya. Setiap hari ia berangkat pada pukul 06.30 WIB. Armah hanya bekerja 3 jam pada
setiap pintu rumah, jadi ia memakan waktu 9 jam untuk pekerjaannya menjadi pembantu rumah tangga di 3 pintu. Yang dikerjakan antara
lain, menyuci, menggosok, dan mengepel lantai. Rajin bekerja dan kejujuran merupakan cara yang ia selalu terapkan mengenai
kegigihannya dalam menjalankan pekerjaan. “Kalo gak sakit banget
yang sampe gak bisa bangun saya mah tetep be kerja, abisan kalo di rumah doang juga malahan bosen gitu bengong aj
a”.
13
Armah jujur membutuhkan kesabaran ekstra di dalam pekerjaannya ini, masalah yang ia dapatkan memang tidak besar tetapi
butuh kesabaran jika mendapatkan majikan yang banyak bicara, atau majikan yang kurang menghargai hasil pekerjaannya. Walaupun di
daerah Pondok Cabe Udik ini pembantu rumah tangga tidak sedikit Armah mengaku menjalin hubungan baik dengan sesama pekerja yang
satu profesi. Dan ia juga sangat menikmati pekerjaannya. Bekerja pada 3 pintu rumah merupakan cara ia untuk meningkatkan penghasilan,
“Ya awalnya saya kan cuma megang 1 pintu aja, tapi masih sanggup dan waktu nganggur di rumah doangnya kebanyakan. Jadi aja udah
megang 3 pintu sekarang”.
14
Dari tiap pintu Armah memperoleh gaji sebesar Rp. 700.000 per-bulan. Hasilnya sangat lumayan untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-sehari dan dapat memenuhi pendidikan kedua anaknya, karena suami Armah hanya bekerja serabutan. Jika di total ia
memperoleh Rp. 2.100.000 per-bulan dari 3 pintu rumah. Armah tidak memiliki pekerjaan sampingan kecuali pembantu rumah tangga yang
13
Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014
14
Ibid,.
merangkap ibu rumah tangga. Dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga Armah mengaku kebutuhan pokoknya terpenuhi jika
ditambah dengan pendapatan suaminya yang memang tak menentu. Saat ini ia tinggal di rumah sendiri dan terdapat fasilitas seperti TV,
kulkas, kipas angin, motor. Jika sakit Armah biasa memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat. Armah mengaku pernah sesekali
membantu keluarga atau orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan dengan menyumbang sedikit dari penghasilannya setiap
bulan. Ketiga, Ahmad Alfian merupakan seorang anggota kepolisian
Republik Indonesia. Bapak satu anak ini berlatar belakang pendidikan pada bidang penerbangan. Tetapi karena kegigihannya untuk
mensejahterakan keluarga beliau mengikuti tes menjadi anggota kepolisian, saat lolos ia pun menerima pendidikan militer selama 3
bulan. Sejak kecil Alfian sudah tinggal di Pondok Cabe Udik bersama dengan orang tuanya yang memang masyarakat Betawi asli. Sebelum
memutuskan untuk mengikuti tes menjadi anggota kepolisian Alfian bekerja sebagai kurir yang membawa uang untuk pengisian ATM.
Yang melatarbelakangi Alfian bekerja sebagai anggota kepolisian adalah untuk menatap masa depan, karena baginya menjadi
anggota kepolisian dapat menjamin kehidupan pribadi dan keluarganya. Sebagai seorang anggota kepolisian ia bekerja tak kenal
waktu, bahkan di jadwal libur saja masih harus tetap dalam keadaan siaga jika ada panggilan darurat. Ditambah lagi jika libur karena ada
hari besar justru ia harus masuk, contoh pada hari raya idul fitri, dan lain-lain. Kegigihan Alfian dalam menjalankan pekerjaannya yaitu
dengan menunjukkan dedikasi yang tinggi, selalu semangat, pantang lelah, dan siap dalam menjalankan segala tugasnya. Masalah pada
pekerjaannya hanya terdapat pada pengaturan waktu dengan keluarga, dan
Alfian dapat
mengendalikan masalah tersebut
dengan
memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan keluarga terutama anak jika ada jadwal libur, dengan mengajak anak bermain seharian di
rumah atau jalan-jalan ke luar rumah untuk refreshing. Alfian mengungkapkan sangat menikmati pekerjaan ini, ia
merasa bangga dan puas dengan apa yang ia miliki saat ini. Pekerjaan yang penuh tanggung jawab, keluarga yang selalu mendukung dengan
semangat dan doa. Semua ia dapatkan berkat kerja keras dan usaha yang dijalaninya sebelum menjadi seperti sekarang. Dan ia mengaku
semuanya bukanlah hal yang mudah. Cara yang dilakukan Alfian dalam meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ialah
membantu tetangga-tetangga sekitar atau orang yang membutuhkan bantuan dalam mengurus surat-surat yang berkaitan dengan kepolisian,
contoh: perpanjang stnk. “Setidaknya untuk perpanjang stnk bisa 5 menit jadi dengan bantuan saya, tetap sesuai prosedur tetapi bedanya
tidak mengantri karena kan itungannya lewat orang dalam. Untuk pembayarannya memang sedikit berbeda dengan harga aslinya karena
lebih cepat. Saling menguntungkan lah prinsipnya”.
15
Selain itu juga ia menerima bila ada masyarakat yang ingin dikawal dalam acara-acara tertentu. Itu yang menjadi penghasilan
tambahan untuk Alfian. Dari hasil usahanya ia mengaku dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan tak lupa untuk menabung di bank.
Pengasilan Alfian mencapai Rp. 2.500.000 per-bulan belum termasuk tunjangan yang ia terima. Ia fokus pada pekerjaan ini dan tidak
memiliki pekerjaan sampingan lainnya. Dengan penghasilan tersebut Alfian mengaku bisa memenuhi kebutuhan pokoknya.
Ia memiliki satu orang putri yang masih menerima pendidikan pada taman kanak-kanak TK. Saat ini ia menempati rumah milik
sendiri, dan terdapat fasilitas yang lumayan memadai seperti TV,
15
Wawancara pribadi dengan bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014
kulkas, mesin cuci, dan lain-lain. Ia memiliki dua buah kendaraan bermotor di rumah, satu untuk ia pakai bekerja sehari-hari, dan satunya
lagi untuk istri yang mengantar jemput anaknya sekolah. Untuk masalah kesehatan Alfian dan keluarga biasa memeriksakan diri ke
klinik atau rumah sakit terdekat jika sakitnya ringan saja, tetapi jika sakitnya memerlukan biaya yang tinggi atau parah ia ke RS Polri untuk
mendapatkan perawatan intensif secara gratis. Sejauh ini Alfian suka membantu saudara atau orang lain yang memang sedang
membutuhkan baik dalam bentuk materi atau non materi, dan masih suka memberi orang tuanya dalam bentuk materi walaupun tak
seberapa jumlahnya. Keempat, Yunih ibu dari dua anak ini memang sejak lahir
tinggal di Pondok Cabe Udik. Yunih adalah single parents karena suaminya pergi meninggalkan ia sejak anak-anaknya masih kecil.
Sebelum menjalani pekerjaannya yang sekarang yaitu pedagang makanan, Yunih bekerja sebagai pembantu rumah tangga PRT.
Karena kekurangan dalam faktor ekonomi dari pekerjaannya terdahulunya sebagai PRT maka ia lebih memilih membuka gubuk di
halaman rumahnya untuk menjadi pedagang makanan. Setiap hari ia mulai berjualan sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Pada
pagi hari ia menjual makanan seperti nasi uduk, dan lontong sayur yang akan habis sampai pukul 09.00 WIB setelah itu dilanjutkan
dengan menjual gado-gado sampai ia menutup warungnya. Menurut Yunih dalam menjalankan pekerjaannya tersebut
harus dengan niat yang kuat, pantang menyerah, dan selalu berusaha bekerja dengan jujur. Dengan segala bentuk kegigihan yang ia
terapkan tak terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan pekerjaan ini, salah satunya adalah pendapatan yang ia
terima perharinya tak selalu seimbang . “tergantung cuaca juga sih,
kalo lagi ujan-ujan mah kadang jarang yang beli. Orang pada larinya
ke makanan yang seger kayak bakso gitu dah. Jadi ya palingan masalahnya cuma ka
lo lagi kurang laris aja gitu”.
16
Yunih mengaku berhubungan baik dengan sesama pedagang makanan di daerah Pondok Cabe Udik ini, seperti pemilik warung
sunda WarSun, warung tegal WarTeg, dan berbagai macam makanan lainnya. Jika dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya
yaitu menjadi PRT, ia merasa lebih menikmati yang sekarang. Karena sesuai dengan kemampuan dan hobinya yaitu memasak. Baginya
bekerja harus sesuai dengan keahlian dan sesuai dengan keinginan hati, jika tidak maka pekerjaan yang dijalani tidak akan memuaskan. Untuk
meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ia menambah dagangannya, yang tadinya hanya nasi uduk, lontong sayur,
dan gado-gado sekarang ia memiliki warung sembako kecil-kecilan yang menjual kebutuhan sehari-hari dalam jumlah sedikit dan jajanan
anak-anak. Sedangkan dari hasil yang didapat oleh Yunih biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan sebagiannya lagi untuk
membeli bahan dagangan serta ikut arisan. Ia terbiasa menabung tetapi tidak di bank.
Penghasilan Yunih per-bulan bisa mencapai Rp 3.000.000. Ia fokus menekuni pekerjaan ini setiap harinya tanpa memiliki pekerjaan
sampingan. Kebutuhan pokoknya pun bisa terpenuhi dengan baik dari hasil pendapatannya setiap hari. Untuk kebutuhan pendidikan anaknya
pun terpenuhi, anak yang pertama hanya sampai SMP dan tidak mau melanjutkan lagi. Sedangkan anaknya yang kedua lulus sampai SMK
lalu langsung melanjutkan bekerja. Bagi ibu dua orang anak ini pendidikan memang sangat penting, tetapi ia pun tidak bisa memaksa
kedua anaknya untuk tetap sekolah jika tidak ada kemauan dari diri anak itu sendiri.
16
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 Sepetember 2014
Saat ini, Yunih menempati rumah milik sendiri, dengan fasilitas kebutuhan yang lumayan memadai. Ia memiliki TV, kulkas,
motor, dan mesin cuci. Memang tidak semua barang didapatkan dengan cara membeli cash tetapi setidaknya ada hasil yang ia miliki
dari pekerjaannya berjualan makanan. Jika sakit, Yunih dan kedua anaknya biasa memeriksakan diri ke puskesmas terdekat, selain karena
harganya lebih terjangkau dan Alhamdulillah tidak pernah terserang penyakit yang begitu parah. Yunih mengaku suka membantu sesama
atau tetangga sekitar, tetapi sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. “tapi ya namanya kita juga pas-pasan hidupnya, kadang ngebantunya
bukan materi aja tapi non materi gitu. Kayak nyumbang tenaga”.
17
Kelima, Babas merupakan salah satu warga RT 003RW 003 di Pondok Cabe Udik yang memiliki keahlian dalam pengobatan
alternatif. Ia sejak kecil memang tinggal dan tumbuh besar di Pondok Cabe Udik menjadi warga Betawi asli, tetapi ia sempat pindah ke
Radio Dalam setelah menikah sebelum akhirnya kembali lagi ke Pondok Cabe Udik dan akan terus tinggal di daerah ini. Sebelum
bekerja seperti sekarang ia mencari nafkah dengan menarik bajaj pribadi miliknya. Tetapi karena tuntutan ekonomi ia memutuskan
untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang ia terima sejak kecil turunan dari kakeknya yaitu menjadi ahli pijat pengobatan alternatif.
Setiap hari Babas memulai buka praktek di rumahnya pada pukul 07.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Dengan jadwal libur setiap hari
Jum’at. Menurutnya bekerja haruslah dengan sungguh-sungguh, sesuai
panggilan hati, selalu bersemangat dan ikhlas dalam menyembuhkan orang yang sakit. Sejauh ini, ia mengaku tidak ada masalah dalam
pekerjaannya. Hubungannya dengan pekerja yang sama profesinya di dalam satu daerah ini pun terbilang baik, saling menghargai satu sama
17
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
lain. Walaupun sama-sama bisa membantu menyembuhkan orang yang sakit, tetapi keahliannya berbeda. Babas menikmati pekerjaan yang ia
jalani karena memang merasa keahliannya pada bidang ini dan bekerja berdasarkan panggilan hati. Untuk meningkatkan penghasilannya ia
rajin memberi info kepada orang-orang yang memang membutuhkan bantuan darinya. Dari yang awalnya terima panggilan ke rumah-rumah
orang, sekarang ia mengaku hanya praktek di rumah saja karena keterbatasan waktu tak seimbang dengan banyaknya pasien. Pasien
yang datang sudah dari berbagai daerah, seperti Cibubur, Cilacap, Bogor, Bandung, dan lain-lain. Dari hasil pekerjaanya ini Babas
memilih untuk ditabung dan sebagian lagi untung keperluan sehari- hari.
Penghasilan yang didapatkan Babas mencapai Rp 10.000.000 sampai Rp 15.000.000 per-bulan, tergantung dengan keikhlasan pasien
yang diobatinya. Ia mengaku paling kecil menerima dari satu orang sebesar Rp 200.000.
“saya tidak pernah mematok harga harus ngasih berapa, semua seikhlas pasien aja tapi memang rata-rata paling kecil
ngasih Rp 200.000, itu tergantung rasa bersyukur pasien. Orang yang baik hati, dan rasa bersyukurnya tinggi karena bisa sembuh biasanya
memberi saya uang lebih besar sebagai ucapan terimakasih”.
18
Tidak ada pekerjaan lain yang ia jalani sekarang karena memang hanya ingin fokus pada pekerjaan ini. Babas sangat bersyukur
bisa memenuhi kebutuhan pokoknya setiap hari, dan pendidikan keempat anaknya pun terpenuhi. Dua orang anaknya lulus SMA, satu
orang saat ini masih kuliah semester tiga, dan satu lagi masih SD. Rumah yang ia tempati sekarang merupakan milik sendiri peninggalan
warisan dari orang tuanya. Di dalam rumah tersebut terdapat fasilitas yang memadai, seperti TV, AC, kulkas, mesin cuci, motor, dan mobil.
Untuk urusan kesehatan, jika sakitnya masih bisa diobati sendiri
18
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014
dengan alternatif pijat ia dan keluarganya tidak ke dokter, tetapi jika sakitnya bervirus dan membutuhkan penanganan medis serta obat-
obatan maka ia ke rumah sakit. Dalam kehidupannya ia jelas sering membantu ketika keluarga atau orang lain yang membutuhkan
pertolongan. Sebagai contoh, jika ada warga sekitar yang kurang mampu sakit dan membutuhkan bantuannya maka ia dengan ikhlas
membantu tanpa mengharapkan imbalan atau bayaran seperserpun. Keenam, Dalih merupakan warga Betawi asli Pondok Cabe
Udik yang tinggal di daerah ini sejak lahir. Saat ini ia bekerja sebagai karyawan swasta pada perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe
Golf di bidang jasa yang melayani pelanggannya dalam bermain olahraga golf, biasa disebut dengan caddy. Yang melandasi Dalih
dalam pekerjaan ini ialah ia merasa nyaman menjalaninya, sesuai dengan salah satu hobinya yaitu bermain golf.
Baginya dalam bekerja dibutuhkan kenyamanan dari dalam diri agar bisa totalitas. Waktu bekerjanya seminggu hanya 3 hari, tetapi
jika ia ingin mendapatkan penghasilan lebih ia bisa datang lebih dari 3 hari atau sesuai dengan kemauan pelanggannya. Ia mulai bekerja sejak
pukul 07.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB. Menurutnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan tak kenal lelah itu sudah menjadi
kewajiban, melayani pelanggan dengan sepenuh hati merupakan kegigihan yang ia selalu terapkan. Setiap pekerjaan memiliki masalah,
tetapi ia memiliki cara untuk menanggulangi masalah tersebut agar terselesaikan dengan baik. “masalahnya mah ga jauh-jauh dari teguran
pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap kerja kita, tetapi itu semua bisa diatasi dengan baik. Saya harus banyak-banyak sabar dan
mengerti bahwa pelanggan pasti menginginkan yang terbaik atas pelayanan kita”.
19
19
Wawancara pribadi dengan bapak Dalih, pada tanggal 15 Sepetember 2014
Kepada sesama pekerja yang satu profesi Dalih mengaku baik hubungannya, saling menghargai, dan tidak pernah merasa tersaingi. Ia
juga merasa sangat menikmati pekerjaan ini karena bisa sekalian menyalurkan hobinya. Jika ingin meningkatkan penghasilan yang lebih
tinggi ia mengaku harus giat dalam menjalani pekerjaannya. Karena dengan giat dan tak kenal lelah penghasilan bisa terus bertambah. Dari
hasil usahanya ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Ada sebagian ditabung tetapi bukan di bank.
Penghasilan Dalih per-bulan mencapai Rp 3.200.000 dengan rincian sehari ia bisa mendapatkan Rp 300.000. Terkadang jika sedang
libur ia juga menarik ojek untuk tambahan penghasilan. Sejauh ini, kebutuhan pokok Dalih terpenuhi dengan baik. Ia juga sanggup
memenuhi pendidikan kedua anaknya yang masih duduk dibangku SD dan SMP. Ia sudah menempati rumah milik sendiri, dengan fasilitas
yang cukup memadai seperti ada TV, kulkas, kipas angin, mesin cuci, dan motor. Jika sakit Dalih dan keluarga biasa memeriksakan
kesehatannya ke klinik terdekat. Dan ia mengaku pernah membantu ketika saudara atau orang lain yang membutuhkan pertolongan dalam
bentuk materi. Ketujuh, Ina Rosita wanita kelahiran 1991 ini sejak lahir
memang tinggal di Pondok Cabe Udik. Orang tuanya merupakan asli Betawi yang menetap di daerah ini puluhan tahun. Ina hanya tamatan
SD dan setelah lulus SD ia memang terbiasa bekerja untuk membantu perekenomian keluarganya, Ina merupakan anak ke dua dari enam
bersaudara. Dahulu ia bekerja sebagai office girl di taman kanak- kanak, yang merangkap sebagai asisten guru untuk di dalam kelas.
Dari awal bekerja ia hanya di gaji sebesar Rp 175.000 per-bulan sampai pada tahun ke 7 iya mengalami kenaikan gaji menjadi sebesar
Rp 600.000 per-bulan. Dikarenakan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, dan kurang berkembangnya atas pekerjaan yang ia jalani
Ina memutuskan untuk mengundurkan diri dari taman kanak-kanak itu dan bekerja sebagai karyawan swasta pada PT. Dream Ware sebuah
perusahan yang bergerak dibidang produksi pakaian atau jaket bermerk luar negeri.
Setiap hari Ina mulai bekerja pada pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB. Mengenai kegigihan yang ia miliki,
menurutnya bekerja harus lah dengan semangat yang tinggi, selalu disiplin dengan peraturan yang berlaku dan jujur dalam pekerjaan.
Meskipun setiap pekerjaan memang memiliki masalah, namun Ina merasa itu adalah hal yang wajar untuk diterima dan dijalani sebagai
resiko. Masalah di dalam pekerjaannya antara lain, jika sedang terima orderan yang begitu banyak dari para pembeli maka para karyawan
diwajibkan untuk mengejar sesuai target agar perusahaan ini tetap dipercaya oleh para pembeli. Ia mengaku selalu kompak dalam
menjalani pekerjaannya sesuai dengan bagian masing-masing, tidak ada rasa saling iri, atau bersaing secara negatif. Bagi Ina, menikmati
pekerjaannya adalah hal yang memang membuat ia merasa nyaman dan betah untuk bertahan dalam pekerjaan ini dan selalu merasa tidak
ada pekerjaan yang berat jika diselesaikan dengan hati yang senang. Untuk meningkatkan penghasilan ia mengaku sering kali menerima
lemburan di luar jam kerjanya, yakni bekerja sampai pukul 21.00 WIB. Dari hasil bekerjanya tersebut ia memang tidak bisa menabung
di bank ataupun di celengan, dikarenakan habis untuk keperluan sehari-sehari. Tetapi ia mengikuti arisan yang diadakan oleh ibu-ibu
sekitar rumahnya. Penghasilan Ina sekarang mencapai Rp 2.200.000 per-bulan, yang digunakan untuk membiayai sekolah adiknya dan
membantu ekonomi orang tuanya. Walaupun hanya tamatan SD, ia merasa harus bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
Segala usaha dan pekerjaan yang halal akan ia lakukan demi untuk
keluarganya. Dan dia selalu fokus dalam apa yang ia sedang jalani termasuk pekerjaannya yang sekarang ini.
Di keluarganya Ina bisa terbilang orang kedua yang mencari nafkah, ayah ia bekerja hanya sebagai kuli bangunan serabutan dan
bekerja jika ada orang yang membutuhkan tenaganya saja untuk membangun rumah. Kakak pertamanya sudah berkeluarga dan tidak
mungkin sepenuhnya membiayai adik-adiknya. Dalam keadaan yang serba pas-pasan Ina selalu memiliki semangat yang tinggi untuk terus
berjuang mencari nafkah, baginya wanita bukan lah suatu penghalang untuk hanya diam di rumah saja. Wanita sekarang harus mandiri, dan
bisa berguna untuk keluarga. “Alhamdulillah kebutuhan pokok
terpenuhi, setiap harinya bisa makan dan bisa biayain adik untuk sekolah. Itu aja rasanya udah bersyukur banget. Walaupun saya sendiri
hanya tamatan SD, tapi adik-adik saya harus jadi orang sukses. Aamiin...”.
20
Saat ini ia memang masih tinggal bersama orang tuanya, yang menempati rumah milik sendiri dan berada dalam satu wilayah dengan
kakek-neneknya. Di rumah sederhana itu terdapat fasilitas seperti TV, kulkas, kipas angin. Untuk urusan cuci mencuci pakaian keluarganya
masih menggunakan papan penggilesan tradisional dan kamar mandinya pun masih terdapat sumur. Terdapat dua kendaraan
bermotor yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti ayahnya yang berangkat kerja, mengantar adik ke sekolah, dan untuk mengantar
Ina ke tempat kerja. Jika sakit ia memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit terdekat yang bekerja sama dengan perusahaan tempat ia
bekerja menggunakan asuransi. Tetapi jika anggota keluarga lainnya yang sakit ia biasa membawa ke klinik. Dalam hal tolong-menolong
atau membantu sesama, ia mengaku setiap bulannya memang menyisihkan sedikit pendapatannya untuk memberi yatim-piatu atau
20
Wawancara pribadi dengan ibu Ina, pada tanggal 15 September 2014
sumbangan ke masjid. Ia juga tak luput membantu keluarganya yang membutuhkan dengan sumbangan materi sesuai dengan kemampuan
yang ia sanggupi. Kedelapan, Narin ialah warga Pondok Cabe Udik berusia 38
tahun yang bekerja sebagai satpam pada perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf. Hampir semua keluarga Narin memang
tinggal di Pondok Cabe Udik dan menjadi bagian dari masyarakat Betawi asli. Dari lahir ia sudah berada di daerah ini. Lingkungan
rumahnya pun sekaligus menjadi lingkungan keluarganya pula. Narin yang sebelumnya menjadi karyawan lepas bekerja dilapangan
mengurus pemupukan itu lebih memilih mengundurkan diri dan memantapkan hati untuk bekerja menjadi satpam. Baginya menjadi
satpam lebih mendapatkan kejelasan mengenai penghasilan yang ia dapatkan setiap bulannya.
Latar belakang ia bekerja yang utama adalah untuk menghidupi anak-anaknya. Narin saat ini berstatus duda, karena ditinggalkan oleh
istrinya yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita TKW di Malaysia dan tak kunjung kembali selama bertahun-tahun lamanya tanpa
memberi kabar. Bahkan kabar terakhir yang didapatkan oleh Narin adalah istrinya telah menikah lagi dengan laki-laki lain di negeri
sebrang tersebut. Hal itu lah yang membuat Narin tidak ingin terlena dalam kerusakan rumah tangganya.
Kerja keras dan usaha yang ia jalani benar-benar terfokus untuk anak-anak serta kehidupan sehari-hari. Narin berkerja berdasarkan
pembagian waktu dengan teman yang lainnya. Di dalam tugas jaga sebagai satpam terdapat dua shift yaitu, pagi dan malam. Masing-
masing shift menyita waktu selama 12 jam. Bagi Narin bekerja dengan disiplin, tepat waktu, dan sigap merupakan sebagian bentuk dari
kegigihannya menjalani pekerjaan ini. Dan ia pun bersyukur karena
belum pernah mendapatkan masalah yang terlalu serius dalam pekerjaannya. “Alhamdulillah, sejauh ini semua masih bisa terkendali
dengan baik. Aman- aman aja”.
21
Pekerjaan Narin terbagi ke dalam beberapa regu, di dalam satu regu terdapat lima orang satpam yang bertugas secara bersamaan.
Dalam menjalankan tugasnya ia mengaku sangat kompak dan berhubungan baik tanpa ada rasa saling iri satu sama lain. Jika
dibandingkan dengan pekerjaannya terdahulu, ia merasa lebih nyaman dan menikmati pekerjaannya saat ini menjadi satpam. Usaha yang ia
lakukan untuk meningkatkan penghasilan adalah mengumpulkan uang parkir bersama dengan teman satu regunya yang akan dimasukan ke
dalam kotak uang dan akan dibuka setiap setahun sekali, hasil yang didapatkan pun lumayan untuk menambah pemasukan yang ia terima.
Dari hasil bekerjanya setiap bulan memang habis dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi ada sebagian untuk ia tabung di koperasi
tempatnya bekerja. Penghasilan Narin ialah Rp 2.500.000 per-bulan sudah
termasuk tunjangan kesehatan. Tidak ada pekerjaan sampingan yang ia jalani, karena dengan menjadi satpam saja sudah menyita waktunya. Ia
harus pintar membagi waktu dengan anak-anaknya ketika memang sedang libur bekerja, sehingga anak-anak masih tetap dalam
pengawasan dan tidak kurang perhatian dari sosok orang tua. Kebutuhan pokok Narin dan keluarga sejauh ini masih terpenuhi,
walaupun terkadang memang harga bahan pokok tidak stabil membuat ia harus pintar mengatur keuangan karena Narin adalah seorang bapak
yang merangkap menjadi ibu di rumah. Pendidikan keempat anaknya terpenuhi walaupun tiga anaknya hanya sampai pada bangku SMP dan
yang bungsu masih berada di bangku SD kelas 5. Terputusnya pendidikan anak Narin yang sampai SMP bukan lah kemauan dirinya,
21
Wawancara pribadi dengan bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014
melainkan anaknya yang memang sudah tidak mau sekolah dan memilih untuk langsung bekerja.
Narin tinggal bersama dengan keempat anaknya dirumah sendiri peninggalan dari orang tuanya yang masih satu lingkup dengan
saudara kandung yang lain. Di rumah itu pun terdapat fasilitas seperti TV, kulkas, kipas angin, mesin cuci, dan kendaraan bermotor yang
dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Saat sakit Narin biasa memeriksakan kesehatannya ke klinik atau puskesmas terdekat. Ia pun
mengaku tak lupa untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu sesama, terutama keluarga terdekat yang memang sedang
membutuhkan bantuan. “saya suka bantu gitu mah, ya walaupun gak seberapa yang penting ikut uruna
n buat nolong keluarga sendiri”.
22
Kesembilan, Simin merupakan salah satu warga Pondok Cabe Udik yang bekerja sebagai tukang ojek. Ia lahir dan dibesarkan di
daerah ini oleh orang tuanya, saat ini usianya sudah 42 tahun. Dengan berbekal pendidikan yang hanya tamatan SD dirinya merasa bersyukur
bisa mencari nafkah dengan cara yang halal untuk keluarga. Sebelum menjadi tukang ojek, Simin bekerja di bengkel las. Tetapi karena
pendapatannya yang tidak menentu dan terikat maka itu ia lebih memilih untuk menarik ojek. Baginya menjadi tukang ojek tidak
terikat oleh waktu dan bebas kapan saja. Ini bukan berarti ia bisa santai dengan pekerjaannya, justru ia merasa lebih total menghabiskan
waktunya untuk mencari nafkah dari pagi hari sampai malam tiba. Ia mulai mencari nafkah sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul
21.00 WIB. Mengenai kegigihan, ia selalu menanamkan sikap rajin dan tak
pantang menyerah dengan keadaan. Pendidikan rendah bukan suatu penghalang bagi dirinya untuk tetap kuat mempertahankan hidup di
22
Wawancara pribadi dengan bapak Narin, pada tanggal 18 September 2014
zaman sekarang, dengan usaha keras dan niat yang kuat ia akan menjalani pekerjaan halal tesebut. Tak ada masalah yang terlalu berat
dalam menjalani pekerjaan ini. “masalah mah palingan kadang kalo lagi ada panggilan ngejemput orang yang jauh daerahnya belom kita
tau, suka nyasar tuh. Tapi justru jadi banyak tau jalan”.
23
Dalam kesehariannya menarik ojek, Simin biasa menunggu penumpang di pangkalan ojek. Dan ia mengaku dalam menarik
penumpang pun ada absensi yang disiapkan di pangkalan tersebut, agar tidak rebutan dan tukang ojek membawa penumpang dengan
bergantian secara teratur. Dengan begitu hubungan dirinya dengan rekan yang sama profesinya berjalan dengan baik, saling menghargai,
dan tidak ada kecemburuan sosial. Selama 20 tahun lebih ia mengaku sangat menikmati pekerjaannya ini dan selalu merasa bersyukur.
Karena bisa mengatur waktu sendiri dan segiat mungkin mendapatkan penghasilan tinggi setiap harinya.
Untuk meningkatkan penghasilan lebih dari pekerjaannya ini, Simin menerima panggilan untuk mengantarkan penumpang sesuai
dengan kemauan penumpang. Bahkan ia sudah menjadi tukang ojek terpercaya di lingkungan sekitar yang hafal jalanan Jakarta, Tangerang
Selatan, dan sekitarnya. Prinsip yang utama bagi Simin sebagai tukang ojek adalah selalu mematuhi rambu lalu lintas, berkendara yang baik
demi keselamatan diri sendiri, penumpang, dan pengguna jalan yang lainnya. “yang penting penumpang aman, selamat, kitanya juga tenang
jadi jalanin pekerjaan ngojek ini. Peraturan lalu lintas ada untuk dipatuhi bukan dilanggar”.
24
Dari hasil pendapatan setiap harinya memang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari oleh bapak dengan tiga orang anak ini. Tapi, ia
pun tak luput selalu menyisakan pendapatannya untuk ditabung
23
Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
24
Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014
pribadi. Penghasilan Simin per-hari bisa mencapai Rp 100.000 dari hanya memangkal di pangkalan ojek saja, belum termasuk pendapatan
tambahan jika ada penggilan dari penumpang yang meminta antar- jemput sesuai tujuan. Bila di total dalam sebulan ia bisa meraih
pendapatan sampai Rp 3.000.000. Sangat berbeda jauh dengan pendapatannya ketika masih bekerja di bengkel las yang tak menentu
setiap bulannya, tergantung dengan pemesanan. Tak ada pekerjaan lain yang dijalaninya saat ini, hanya fokus untuk menarik ojek saja. Dengan
penghasilannya yang sekarang, ia bersyukur mampu memenuhi kebutuhan pokok dan pendidikan untuk ketiga anaknya, bahkan anak
Simin yang kedua berhasil sampai menjadi sarjana. Saat ini dia tinggal dirumah milik sendiri, di rumah miliknya ia
hanya tinggal dengan ketiga anaknya tanpa sosok seorang istri atau ibu bagi anak-anaknya. Istri Simin sudah lebih dahulu dipanggil oleh Yang
Maha Kuasa karena sakit yang dideritanya. Terdapat fasilitas yang memadai di rumah itu seperti TV, kulkas, mesin cuci, kipas angin, tiga
kendaraan bermotor. Jika sakit Simin dan keluarga memeriksakan kesehatannya ke klinik atau puskesmas terdekat. Ia pun mengaku tak
lupa untuk selalu membantu keluarga ataupun orang lain jika sedang dalam kesusahan dan membutuhkan pertolongannya.
Kesepuluh, Uka laki-laki berusia 29 tahun masih lajang dan belum berkeluarga. Uka dilahirkan di Pondok Cabe Udik menjadi
warga Betawi asli daerah ini. Ia mendapatkan pendidikan hanya sampai SMP, kesehariannya Uka bekerja sebagai montir. Keahlian ini
dalam membetulkan mesin mobil yang rusak didapatkannya dengan cara otodidak dan sesekali belajar dengan paman atau teman
sebayanya. Awalnya ia memang bekerja di salah satu bengkel onderdil, tetapi sekarang sudah berhenti dan ia lebih memilih menjadi
montir yang dipanggil ke rumah-rumah. Menurutnya bekerja sendiri lebih bebas dan fleksibel mengatur waktu. Uka bekerja mulai dari
pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, namum jika ada permintaan pelanggan yang ingin masalah dalam mesin mobilnya
cepat selesai maka ia menyanggupi untuk lembur sampai maksimal pukul 20.00 WIB.
Mengenai kegigihan dalam kerja, ia selalu menamkan kepercayaan dan keinginan untuk selalu belajar. Pada tahap awal,
seorang montir harus belajar pengenalan kunci, setelah itu pemahaman mesin, lalu bisa menemukan kerusakan, dan terakhir bagaimana
caranya membetulkan kerusakan tersebut, apakah harus ganti spare part
atau tidak. “jadi montir itu faktor utamanya ya harus jalin kepercayaan sama pelanggan, kadang kita udah benerin juga mobilnya
tapi kalo yang punya belum percaya, tetep aja ada keluhan. Selain itu juga harus selalu belajar, namanya perkembangan zaman semakin
modern. Jadi mobil pun makin kesini makin berkembang juga mesin- mesinnya, kita harus selalu bisa menemukan permasalahan pada
mesin ”.
25
Dalam pekerjaannya sejauh ini, ia merasa tidak ada masalah yang begitu berat. Hanya saja memang butuh kesabaran ekstra
menghadapi pelanggan yang memang banyak bicara dan tidak percaya padanya. Tapi, usaha serta kerja kerasnya selama ini membuat Uka
dikenal banyak pelanggan dan terpercaya untuk mengobati mobil yang sakit. Rata-rata pelanggannya merupakan orang yang memang pernah
membawa kendaraan mereka ke bengkel tempat Uka bekerja dulu. Ia pun mengaku berhubungan baik dengan pekerja atau teman satu
profesinya, bahkan selalu sharing tentang apa yang belum diketahui masing-masing. Uka menikmati pekerjaan ini karena sesuai dengan
keahliannya. Saat ini ia juga mulai belajar mesin motor untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaannya sebagai montir.
25
Wawancara pribadi dengan bapak Uka, pada tanggal 22 September 2014
“sekarang saya dikit-dikit belajar mesin motor juga, lumayan buat tambahan kalo ada motor yang rusak jadi bisa benerin
”.
26
Uka sudah memiliki tabungan di bank, penghasilannya bisa mencapai Rp 5.000.000 per-bulan. Memang tidak menentu, karena
tergantung dari berapa banyak orang yang membutuhkan jasanya serta berapa berat kerusakan pada mesin kendaraan yang ia tangani. Dengan
pendapatan sebesar itu ia bersyukur bisa memenuhi kebutuhan pokok pribadinya yang masih lajang, dan cukup untuk membantu orang tua
serta adiknya sampai lulus SMK. Saat ini Uka masih tinggal bersama orang tua dirumah milik sendiri. Ia juga bisa memenuhi fasilitas
kebutuhan yang memadai seperti TV, kipas angin, mesin cuci, dan motor untuk kegiatan sehari-hari. Saat sakit ia selalu memeriksakan
kesehatannya ke klinik. Uka pun berharap bisa selalu membantu perekonomian keluarganya, bahkan sampai nanti ia sudah berkeluarga
sekalipun.