Masyarakat Betawi Deskripsi Teoritis Masyarakat Betawi

zaman modern ini mulai dari berkebun, berdagang, berternak, sampai pada bekerja kantoran. Setiap kehidupan masyarakat diatur oleh adat istiadat dan turan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Khususnya di lingkungan masyarakat Betwai, kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kaum kerabat yang lain. Kemudian ada kesatuan-kesatuan di luar kaum kerabat, tetapi masih dalam lingkungan komunitas. Keterkaitan antara budaya Betawi dan Melayu terlihat dari bahasa yang digunakan masyarakat Betawi. Pada dasarnya mereka menggunakan bahasa Melayu karena sebagaian besar orang-orang Betawi adalah pendatang terutama dari Negara serumpun, namun di Betawi pun tidak hanya orang-orang melayu yang hadir. 31 Melalui jalur perdagangan, kemudian bahasa-bahasa lain berkembang di Betawi dan perkembangan tersebut diserap oleh orang-orang melayu. Misalnya, bahasa Sunda, Jawa, Belanda, Portugis, dan Cina. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi „é‟ sedangkan dialek Betawi pinggir adalah „a‟. Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester Jatinegara. Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. 32 31 Sistem kekerabatan suku betawi http:kebudayaanindonesia.netidculture1238sistem-kekerabatan-suku-betawi diakses pada tanggal 24 Januari 2014. 32 Bahasa Betawi http:id.wikipedia.orgwikiSuku_Betawi diakses pada tanggal 24 Januari 2014. Orang Betawi memiliki banyak jenis kesenian. Betawi menjadi tempat berpadunya berbagai budaya sehingga setiap jenis kesenian tidak pernah terlepas dari unsur budaya lain. Dalam seni tari, warna dasar tari rakyat Betawi adalah Melayu. Tartan Betawi yang ciri kemelayuannya cukup kuat yaitu tari Samrah dan Zapin. Tarian Zapin sendiri adalah pengaruh dari budaya Arab-Islam. Tarian yang kena pengaruh Cina yaitu tari Cokek. Pengaruh Sunda yaitu tari Belenggu, Topeng Tanji, Topeng Gong Ajeng, Pencak silat Betawi, Ondel-Ondel. 33 Cerminan dari perpaduan tadi juga terasa dalam seni musik. Ada pengaruh Sunda dan Jawa, ada warna Cina. Gambang Kromong merupakan orkes tradisional Betawi perpaduan gamelan dan musik barat dengan tangga nada pentatonic bercorak Cina. Gambang Rancag juga merupakan kesenian yang mendapat pengaruh Cina. Kesenian ini tumbuh di kalangan masyarakat Betawi pinggiran kota. Di antara kesenian Betawi ada yang merupakan jenis teater rakyat, misalnya kesenian Lenong dan Topeng atau disebut Topeng Betawi. Kesenian ini berasal dari Cirebon yang pada mulanya sebagai sarana dakwah agama tetapi kemudian menjadi kesenian rakyat biasa. Bahkan pernah menjadi alat untuk ngamen. Kesenian ini mengalami pasang surut dalam perjalan waktu. Surutnya disebabkan karena kesenian ini kurang bisa menunjang ekonomi para senimannya dan bersaing dengan kesenian lain melalui teknologi baru. Selanjutnya dari sistem ilmu pengetahuan dalam sebuah kebudayaan merupakan penting adanya, bagaimana suatu kebudayaan memiliki cara tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya tentang banyak hal. Ilmu pengetahuan pada masyarakat Betawi tidak saja didapatkan dengan cara formal melalui lembaga pendidikan, tetapi juga bisa didapatkan melalui cara informal seperti ditanamkannya pengetahuan yang turun menurun dari orang tua kepada anaknya 33 Rosyadi, Profil Budaya Betawi, Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006, h. 220. tentang bagaimana caranya bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain dengan baik. Gambaran tentang aspek religi atau keagamaan orang Betawi jelas diwarnai oleh ajaran Islam. Gambaran itu bisa dilihat dari sistem keyakinan dan tindakan yang mereka wujudkan. Bahwa kebudayaan Betawi sebagai suatu subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan Islam. 34 Mulai seorang Betawi belum lahir hingga dia meninggal dunia dan beberapa bulan sesudah itu. Pergaulan perjaka dan perawan Betawi sudah tunduk kepada norma-norma Islam. Begitu pula perkawinannya, hamil tujuh bulannya, hingga lahir, menginjak masa kanak-kanak, dikhitan, menjadi tua tak pernah lepas dari norma-norma Islam, baik hukum formal maupun tradisi yang terbangun secara turun-temurun. Kehidupan orang Betawi berkisar antara rumah- langgar-pasar, dengan kekecualian kecil, yaitu kantor. Mustahil bagi seorang Betawi hidup tanpa bersentuhan dengan langgar dan mesjid. Dia akan terkucil dalam artian yang sebenar-benarnya sebagai seorang Muslim.

C. Deskripsi Teoritis Status Sosial Ekonomi

1. Pengertian Status Sosial

“Kedudukan status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sedangkan kedudukan sosial social status adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain ”. 35 Kadang- kadang dua istilah tersebut dibedakan, tetapi untuk lebih mudah mendapatkan pengertian maka akan dipergunakan dalam arti sama dan 34 Rosyadi, Profil Budaya Betawi, Bandung : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2006, h. 221. 35 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru Keempat, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005, cet. 38, h. 239. digambarkan dengan istilah kedudukan status, artinya tempat yang dimiliki seseorang dalam pola tertentu. Pada masyarakat secara umum seringkali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Ascribed Status dan Achieved Status. 36 Perbedaan dari kedua istilah tersebut melihat dari proses yang didapatkan seseorang dalam menempati posisi dan status yang dimilikinya. Dalam istilah Ascribed status, diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan seseorang. 37 Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Sebagai contoh, anak seorang bangsawan yang juga akan memperoleh kedudukan yang sama dengan orang tuanya, selain itu misalnya orang tua berasal dari kasta Ksatria maka anaknya berkasta Ksatria. Sedangkan Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. 38 Kedudukan ini bisa diberikan kepada siapa saja tergantung dari masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan yang ia inginkan, dibutuhkan perjuangan dan kerja keras dalam meraih posisi atau kedudukan ini. Sebuah kedudukan seseorang memiliki implikasi secara sosiologis berupa peranan, karena apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Istilah peranan menunjukan bahwa setiap orang memiliki perannya masing-masing, peranan seseorang dalam masyarakat memiliki fungsi dan tugas yang dipegang sesuai dengan peranannya sehingga peranan seseorang itu merupakan bagian dari fungsi sosial. Peranan itu dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok 36 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Terapan, Edisi Keempat, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004, cet. 1, h. 157. 37 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Terapan, Edisi Keempat, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004, cet. 1, h. 157. 38 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Terapan, Edisi Keempat, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004, cet. 1, h. 157. sosial dalam masyarakat dengan sebuah harapan terciptanya tatanan kehidupan yang baik. Peran sangat penting karena dapat mengatur tindakan seseorang. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, status dan peran ibarat dua mata uang yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Tanpa adanya peranan dalam kedudukan berarti seseorang tersebut tidak menjalankan fungsi atas kedudukannya tersebut, karena peranan memiliki fungsi mengatur perilaku seseorang dalam mengukur keberhasilan atas kedudukan yang dimilikinya, sementara kedudukan memberikan pengaruh pada seseorang dalam memberikan peranannya.

2. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Secara definitif, status adalah posisi sosial seseorang pada kedudukan tertentu yang mendapat pengakuan sosial. 39 Status itu misalnya bapak, ibu, dan anak adalah status di keluarga. Setiap status menjalin hubungan relasional satu sama lain. Karena sifat relasionalnya itulah masing-masing status dibebankan oleh harapan dan tanggung jawab. Misalnya, harapan dan tanggung jawab orang tua kepada anak, atau harapan dan tanggung jawab yang dibebankan orang tua sebagai suami istri. “Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy. Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolaan rumah tangga ”. 40 Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumahtangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan 39 Amin Nurdin, dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Dasar, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006, cet. 1, h. 45. 40 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Edisi Pertama, Jakarta : Kencana, 2011, cet. 2, h. 9. mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing- masing. Oleh karena itu, suatu rumah tangga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya. Harus diputuskan siapa anggota keluarga yang melakukan pekerjaan apa dengan imbalan apa dan bagaimana melaksanakannya. Ekonomi muncul bersamaan dengan diturunkannya manusia dibumi. Sejak itu, manusia telah dihadapkan pada persoalan bagaimana caranya memenuhi kebutuhannya sehari-hari berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya. Untuk memenuhi kehidupannya, awalnya manusia bekerja sebagai individu seorang diri, lalu bekerjasama sebagai anggota kelompok manusia yang makin lama makin berkembang jumlahnya. Waktu pun berjalan, dan peradaban manusia pun mengalami kemajuan yang pesat. Lalu manusia harus bekerja keras, bersaing, dan bahkan bertikai, untuk alasan klasik yang tak pernah usang, yakni untuk memenuhi dan mempertahankan kehidupan ekonominya. Tidak berbeda halnya dengan rumah tangga, masyarakat juga selalu dihadapkan pada banyak keputusan dan pelaksanaannya. Suatu masyarakat harus memutuskan pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan. Suatu masyarakat membutuhkan orang-orang untuk menghasilkan pangan, orang yang membuat sandang, orang yang membangun rumah, orang yang membuat kendaraan, orang yang menciptakan teknologi, dan seterusnya. Setelah masyarakat mengalokasikan tenaga kerjanya untuk melakukan berbagai pekerjaan, masyarakat harus mengalokasikan output, yaitu keluaran atau hasil dari suatu proses produksi yang menggunakan tenaga kerja atau sumber daya lainnya, barang dan jasa yang mereka hasilkan. Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan