Jawaban dari setiap responden pun beragam, contohnya Alfian, ia lebih memilih menjadi polisi karena menurutnya pekerjaan ini dipilih
untuk menatap ke masa depan, baginya menjadi anggota kepolisian bisa menjamin kehidupan pribadi serta keluarganya.
Setiap responden memiliki waktu bekerja yang berbeda-beda. Contohnya Simin yang memulai pekerjaannya sebagai tukang ojek
sejak pukul 07.00 WIB. Menurutnya semakin pagi maka semakin banyak penghasilan yang bisa didapatkannya dalam sehari penuh. Ia
bekerja dengan penuh tanggung jawab terhadap para penumpangnya. Setiap responden memang berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan yang terbaik terhadap pekerjaannya. Contoh lainnya Yunih, yang selalu jujur, dan melayani konsumen dengan sepenuh hati.
Baginya kerja adalah suatu pelayanan. Seperti yang terdapat dalam teori Jansen Sinamo, membagi etos kerja ke dalam delapan paradigma,
kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja
adalah kehormatan, dan terakhir kerja adalah pelayanan.
28
Yang dilakukan Yunih merupakan salah satu bentuk contoh kerja adalah
pelayanan. Setiap pekerjaan pasti memiliki masalah dan resiko, untuk
semua responden mereka mengaku pernah mendapatkan masalah dengan pekerjaannya. Tetapi berkat semangat dan niat yang kuat
dalam bekerja, mereka berhasil mengatasi masalah demi masalah yang terjadi dalam pekerjaannya. Tak jarang masalah tersebut yang bahkan
menjadikan mereka pribadi yang pantang menyerah. Semua responden pun mengaku menikmati pekerjaan yang mereka lakukan sesuai
dengan keahlian masing-masing. Selain menikmati mereka juga selalu bersyukur atas apa yang mereka miliki, seperti pekerjaan, penghasilan,
serta kebutuhan hidup yang terpenuhi dengan baik.
28
Jansen H. Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, Jakarta : PT. Malta Printindo, 2008, h. 20.
Hubungan yang terjalin diantara masyarakat Betawi dengan rekan kerja yang sama profesinya juga sangat baik. Dengan begitu
lingkungan yang tercipta pun ikut aman dan damai. Mereka saling menghargai, karena sama-sama mencari nafkah di jalan yang halal dan
tidak berlaku curang atau merugikan orang lain. Selain itu, hubungan masyarakat Betawi dengan masyarakat pendatang juga baik, hidup
dengan penuh kerukunan. Dalam meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalani
oleh masyarakat Betawi sangat beragam. Tergantung sekreatif apa mereka mengembangkan pola pikirnnya untuk di wujudkan dalam
pekerjaan itu sendiri. Diperlukan tanggung jawab tinggi saat akan meningkatkan penghasilan. Pada kenyataannya masyarakat Betawi
memang tak pantang menyerah dan selalu berusaha demi meningkatkan penghasilan serta status ekonomi mereka.
Dari penghasilan tersebut seluruh responden selalu berusaha menyisihkan hasil penghasilan mereka untuk ditabung baik di bank,
maupun dengan cara lain seperti ikut arisan ataupun di tabung sendiri. Tabungan itu bisa untuk keperluan yang mendadak, maupun utnuk
masa tua saat tak lagi mampu mencari nafkah. Tetapi ada kalanya penghasilan tersebut hanya pas untuk kebutuhan sehari-sehari sehingga
tidak dapat ditabungkan. Hal lain yang dilakukan responden terhadap penghasilannya adalah untuk membiayai pendidikan anak atau
keluarga mereka, dan juga untuk kebutuhan pekerjaan itu sendiri. Contohnya seperti Yunih yang berdagang makanan, maka ia
membutuhkan sebagian dari penghasilannya utnuk membeli bahan baku makanan yang akan didagangkan.
Jadi, etos kerja yang dimiliki masyarakat Betawi dapat menjelaskan tentang kegigihan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi
merupakan dorongan untuk mendapatkan kehidupan yang lebik baik
lagi, dalam hal ini etos kerja Betawi sangat mempengaruhi usaha mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Keberhasilan yang
telah dicapai oleh masyarakat Betawi merupakan suatu wujud kerja keras dan ketekunan mereka dalam menjalankan pekerjaan. Semangat
dan sikap pantang menyerah menjadikan mereka dapat bertahan di wilayahnya sendiri. Karena semua responden beragama Islam, maka
semua sikap yang dimiliki responden merupakan suatu pengaplikasian dari ajaran agama Islam. Dan mereka mengaku kerja adalah sebuah
ibadah yang diwuudkan dalam kegiatan ekonomi. Sehingga membuat mereka tak pantang menyerah, dan selalu berusaha, karena percaya
bahwa rezeki memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
2. Upaya Masyarakat Betawi dalam Meningkatkan Status
Sosial Ekonomi
Setiap masyarakat khususnya di wilayah Pondok Cabe Udik pasti mempunyai harapan dan keinginan untuk mewujudkan apa yang
diinginkan dalam hidupnya, salah satunya ialah meningkatkan status sosial ekonomi. Status sosial merupakan tempat seseorang yang
berhubungan dengan kelompok lain dalam masyarakat. Pada pandangan masyarakat umum, permasalahan status sosial dapat dilihat
dari ekonominya. Dalam pencapaian status sosial masyarakat bisa dengan jalan usaha sendiri atau tanpa melalui usaha tetapi sudah dapat
menerima status sosial tersebut. Sedangkan status sosial ekonomi dimaknai sabagai suatu usaha dalam meningkatkan sisi pendapatan
dari setiap hasil usaha yang dijalaninya. Hasil wawancara tentang meningkatkan status sosial ekonomi
masyarakat Betawi terangkum dalam delapan pertanyaan. Dari kedelapan pertanyaan itu dapat terlihat gambaran status sosial ekonomi
masyarakat Betawi di Pondok Cabe Udik dalam kehidupannya. Dapat dijabarkan sebagai berikut:
Penghasilan rata-rata masyarakat Betawi sebelum menjalani pekerjaan yang sekarang tidak seberapa dan cenderung kekurangan
karena kebutuhan pokok yang semakin hari semakin meningkat. Tetapi dengan pekerjaan yang sekarang dijalani kebutuhan masyarakat
Betawi terpenuhi dan cukup meningkat. Kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan pun terpenuhi dan mereka selalu bersyukur
atas apa yang mereka dapatkan. Sebagaimana yang dituturkan oleh bapak Amsar “dulu waktu saya masih kerja serabutan mah penghasilan
gak seberapa, buat makan aja masih kurang makanya pas mutusin pengen nikah harus nyari kerjaan yang laen dan bisa ngidupin anak
istri ”.
29
Pangan adalah hal utama yang memang harus dipenuhi dalam kehiupan demi menjadi penunjang aktifitas pekerjaan yang dilakukan.
Akan tetapi kondisi harga bahan pokok atau sembako terkadang tidak stabil membuat masyarakat harus pintar memilah-milih apa yang akan
di konsumsinya. Pentingnya nasi sebagai karbohidrat, sayur-sayuran, lauk-pauk, protein, dan susu terkadang terabaikan ketika penghasilan
terbilang pas-pasan. Patokan empat sehat lima sempurna harusnya tetap terpenuhi dalam kelangsungan hidup terkadang menjadi
terabaikan. Karena kesehatan merupakan hal utama yang menunjang seseorang dalam berbagai aktifitas sehari-hari.
Pendapatan yang diterima masyarakat Betawi sebagian besar hanya ditabung sendiri bahkan habis untuk keperluan sehari-hari.
Mereka tidak terbiasa untuk menabung di bank dan memiliki pemikiran bahwa menabung di bank tidak lah praktis. Seperti yang di
tuturkan oleh ibu Yunih “ribet kalo nabung di bank mah, boro-boro ngerti. Jadi lebih mending nabung sendiri. Walaupun hasilnya kurang
berasa ya tetep suka kepake ”.
30
29
Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014
30
Wawancara pribadi dengan ibu Yunih, pada tanggal 05 September 2014
Lain halnya dengan bapak Alfian yang bependapat bahwa menabung memang lebih aman di bank, “untuk urusan menabung saya
selalu menyisihkan ke bank, pertama karena memang aman, kedua adalah keluar-masuknya uang kita jelas untuk apa saja. Biar ga dipakai
berlebihan”.
31
Ada juga cara lain yang dilakukan masyarakat Betawi untuk menyisihkan sedikit penghasilannya agar seperti menabung, yakni
mengikuti arisan bulanan. Seperti yang dialami ibu Armah “saya nabungnya ikut arisan di pengajian aja, itung-itung lumayan kan sama
juga kayak nabung. Tiap bulan nyisihin sedikit gaji buat bayar arisan, ntar kalo dikocok nama kita keluar ibarat kayak nebok celengan aja
neng”.
32
Dari semua responden yang peneliti temui, hanya ada satu orang yang bekerja sampingan. Selain dari itu semua hanya fokus
kepada satu pekerjaan yang dijalani. Karena bagi kesembilan responden, jika bekerja tidak fokus maka hasilnya akan kurang
maksimal, dan perlu pintar membagi waktu. Sedangkan di satu pekerjaan saja terkadang sangat menyita waktu, membuat mereka tidak
terpikirkan untuk menjalani pekerjaan sampingan. Berikut yang di tuturkan oleh bapak Dalih “iya saya memang
kerja sampingannya ngojek selain jadi caddy di Pondok Cabe Golf, habisnya seminggu Cuma 3 kali masuk kalo lagi jadwal libur dan ga
ada pelanggan yang minta temenin main golf ya saya mendingan ngojek, lumayan buat jajan”.
33
Dari hari ke hari kebutuhan pokok masyarakat memang selalu bertambah, namun harga bahan pokok maupun sembako terkadang
tidak stabil. Dengan segala usaha dan kerja keras masyarakat memang bekerja pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Sebisa mungkin mengatur penghasilan untuk cukup bertahan hidup,
31
Wawancara pribadi dengan bapak Alfian, pada tanggal 30 Agustus 2014
32
Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014
33
Wawancara pribadi dengan bapak Dalih, pada tanggal 15 September 2014
dan tak jarang dari mereka mengalami masa kesulitan ekonomi disaat bahan pokok melonjak naik sedangkan ada beberapa keperluan lain
yang harus dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Sebagaimana
yang dituturkan
oleh bapak
Babas “Alhamdulillah untuk kebutuhan pokok sih selalu terpenuhi, namanya
kita kerja ya yg utama untuk memenuhi kebutuhan yang pokok dulu. Kalo kebutuhan yang lain sih bisa disesuaikan”.
34
Sedangkan ibu Ina menuturkan bahwa ia merasa bersyukur bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarganya dan membiayai sekolah
adiknya, walaupun hidup dalam kesederhanaan kuncinya harus tetap bersyukur. Sejatinya hanya dengan bersyukur atas apa yang kita miliki
lah manusia merasa cukup. Jika kurang besryukur maka selalu saja merasa kekurangan.
Selain menabung dan digunakan untuk kebutuhan pokok, penghasilan yang diterima oleh masyarakat Betawi dipergunakan
untuk kebutuhan pendidikan putera-puteri mereka. Bagi mereka pendidikan adalah hal penting dan wajib diterima oleh putera-puteri
mereka untuk bekalnya di masa yang akan datang. Meskipun, latar belakang pendidikan masyarakat Betawi di Pondok Cabe Udik
terbilang rendah tetapi para orang tua menginginkan anak-anak mereka bisa menjadi orang yang sukses.
Seperti yang dituturkan oleh bapak Simin, “saya memang hanya tukang ojek dan lulusan SD, tapi anak saya harus ada yang jadi
sarjana. Apapun caranya saya lakuin demi sekolahin anak. Alhamdulillah anak saya yang nomor dua bisa sarjana”.
35
Tetapi tak bisa dipungkiri di daerah ini sangat minim akan kesadaran pendidikan tinggi, para generasi muda banyak yang hanya
sekolah sampai SMP dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Jadi
34
Wawancara pribadi dengan bapak Babas, pada tanggal 05 September 2014
35
Wawancara pribadi dengan bapak Simin, pada tanggal 05 September 2014