Nabi Musa as Beranjak Dewasa

perempuan-perempuan yang mau menyusuinya sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya? 12 Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.’13 Al-Marghubi 2009:389 menjelaskan bahwa ibu Nabi Musa as bersama suami dan anak-anaknya tinggal di kerajaan Fir‘aun, mereka diberikan fasilitas dan pelayanan yang baik, hingga akhirnya Nabi Musa as Musa kecil pun kembali berkumpul dengan keluarganya dan hidup bahagia.

3.1.1.5 Nabi Musa as Beranjak Dewasa

Setelah Bani Israil mengetahui bahwa salah satu keturunan mereka yakni Nabi Musa as beserta keluarganya tinggal di kerajaan Fir‘aun, mereka menjadi mulia dan memiliki derajat yang tinggi, sehingga ketika Bani Israil menghadapi kesulitan dari orang QibthyKoptik penduduk asli Mesir, mereka meminta pertolongan kepada Nabi Musa as. Salah satu bentuk pertolongan yang diberikan Nabi Musa as adalah ketika Nabi Musa as berjalan-jalan di kota Memphis dan ia melihat adanya perkelahian antara dua orang yang berasal dari bani Israil dan orang Qibthy. Kemudian seseorang yang berasal dari bani Israil itu meminta pertolongan kepada Nabi Musa as dan ia pun menolongnya. Tanpa disadari oleh Nabi Musa as, pertolongannya itu menyebabkan kematian bagi orang Qibhty hingga Nabi Musa as merasa bersalah dan memohon ampunan kepada Allah swt karena ia sama sekali tidak bermaksud untuk membunuhnya. Sebagaimana dikisahkan dalam surat Al-Qashash ayat 14-19:                              Universitas Sumatera Utara                           Wa lamm ā balaga `asyuddahū wa astawā `ātaināhu ḥ ukman wa ’ilman wa ka ẓ ālika najzi al-mu ḥ sin īna14 wa dakhala al-madīnata ’alā ḥ īni gaflatin min ahlih ā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hā ẓ ā min syī’atihī wa h ā ẓ ā min ’aduwwihi fa astagā ahu al-la ẓ ī min syī’atihī ’alā al-la ẓ ī min ’aduwwihi fa wakazah ū mūsā fa qa ḍ ā ’alaihi. Qāla hā ẓ ā min ’amali al- syai ṭ āni innahū ’aduwwun mu ḍ illun mub īnun 15 ‘Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah kenabian dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.14 Dan Musa masuk ke kota Memphis ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya Bani Israil dan seorang lagi dari musuhnya kaum Firaun. Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata permusuhannya.15’                                                                              Universitas Sumatera Utara Q āla rabbi `innī ẓ alamtu nafs ī fagfir lī fa gafara lahū `innahū huwa al- gaf ūru al-rahīmu 16 qāla rabbi bimā `an’amta ‘alayya fa lan `akūna ẓ ah īran li al-mujrimīna 17 fa a ș ba ḥ a f ī al-madīnati khā`ifan yataraqqabu fa `i żā al-lażi istan ș arah ū bi al-`amsi yasta ș rikhuh ū qāla lah ū mūsā innaka lagawiyyun mubīnun 18 fa lammā `an `arada `an yab ṭ isya bi al-la żī huwa ‘aduwwun lahumā qāla yā mūsā `aturīdu `an taqtulan ī kamā qatalta nafsan bi al-amsi `in turīdu illā `an takūna jabb āran fī al-`ar ḍ i wa m ā turīdu `an takūna min al-mu ș li ḥ īna 19 ‘Musa mendoa: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’16‘Musa berkata: Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerah kan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang- orang yang berdosa.17 Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir akibat perbuatannya, maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata kesesatannya 18 Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: Hai Musa, Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini, dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.’19 Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa as merasa bersalah dan takut atas apa yang telah dilakukannya sehigga ia meminta ampunan pada Allah swt dan mohon diberi petunjuk. Allah swt mengabulkan permohonan Nabi Musa as dan memberikan ilham padanya agar menyelamatkan diri ke negeri Madyan.

3.1.1.6 Nabi Musa as Menyelamatkan Diri ke Negeri Madyan