Denyut Jantung Janin Mekonium dalam Air Ketuban Pemeriksaan pH Darah Janin

Menurun atau terhentinya denyut jantung akibat dari asfiksia mengakibatkan iskemia. Iskemia akan memberikan akibat yang lebih hebat dari hipoksia karena menyebabkan perfusi jaringan kurang baik sehingga glukosa sebagai sumber energi tidak dapat mencapai jaringan dan hasil metabolisme anaerob tidak dapat dikeluarkan dari jaringan. 40 Iskemia dapat mengakibatkan sumbatan pada pembuluh darah kecil setelah mengalami asfiksia selama lima menit atau lebih sehingga darah tidak dapat mengalir meskipun tekanan perfusi darah sudah kembali normal. Peristiwa ini mungkin mempunyai peranan penting dalam menentukan kerusakan yang menetap pada proses asfiksia. 40

2.2.5 Diagnosis Asphyxia Neonatorum

Diagnosis asphyxia neonatorum tidak hanya ditegakkan setelah bayi lahir, tetapi juga dapat ditegakkan sewaktu janin masih berada dalam rahim. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa umumnya asphyxia neonatorum yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia janin. Diagnosis anoksiahipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda- tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian, yaitu 41 :

A. Denyut Jantung Janin

Frekuensi denyut jantung janin normal antara 120 dan 160 denyut per menit, Selama his, frekuensi ini bisa turun, tetapi kembali lagi kepada keadaan semula di luar his. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 per menit di luar his, dan lebih – Universitas Sumatera Utara lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik elektrokardiograf janin digunakan untuk terus-menerus mengawasi keadaan denyut jantung dalam persalinan.

B. Mekonium dalam Air Ketuban

Mekonium adalah kotoran atau feses yang dihasilkan bayi selama di dalam rahim. Mekonium dibentuk dalam saluran pencernaan bayi dari bahan baku berupa materi hasil metabolisma tubuh yang bersifat steril, dan umumnya berwarna hijau. Normalnya mekonium baru akan dikeluarkan oleh tubuh bayi pada saat dia mulai mengonsumsi makanan padat pertama. Pada kondisi stres di dalam kandungan, misalnya akibat kekurangan kadar oksigen, bayi akan mengeluarkan mekonium sehingga tercampur dengan cairan amnion air ketuban. Kondisi stres juga akan membuat bayi menghirup dengan kuat cairan amnion berisi mekonium sehingga masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan pembengkakan pneumonitis. Ini mengakibatkan penyumbatan saluran pernapasan dan membuat bayi mengalami kesulitan bernapas. Adanya mekonium dalam air ketuban dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan.

C. Pemeriksaan pH Darah Janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin.Darah ini diperiksa pHnya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Diagnosis gawat janin sangat penting untuk dapat menyelamatkan bayi, sehinga membatasi morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain itu kelahiran bayi yang Universitas Sumatera Utara telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asphyxia neonatorum. Tabel 2.1 Penetapan Nilai Apgar Neonatus pada Diagnosa Asphyxia Neonatorum Nilai 1 2 Frekuensi jantung Tidak ada Kurang dari 100 per menit Lebih dari 100 per menit Usaha Bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur, menangis lemah Kuat, baik, menangis kuat Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Batuk atau bersin Warna kulit Biru pucat Tubuh kemerahan, ekstremitas biru Tubuh dan ekstremitas kemerahan Berdasarkan penilaian APGAR dapat diketahui derajat vitalitas bayi. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks-refleks primitif seperti mengisap dan mencari puting susu, salah satu menetapkan derajat vitalitas bayi lahir dengan nilai APGAR. 42 Nilai Apgar adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Tabel. 2.2 Derajat Vitalitas Bayi Lahir Menurut Nilai APGAR NO Klasifikasi Nilai APGAR Derajat Vitalitas 1 A Asfiksia Ringan tanpa asfiksia 7 – 10 - Tangisan kuat disertai gerakan aktif 2 B Asfiksia Sedang 4 – 6 - Pernafasan tidak teratur, megap-megap, atau tidak ada pernafasan - Denyut jantung lebih dari 100 kali per menit 3 C Asfiksia Berat – 3 - Tidak ada pernafasan - Denyut janatung 100 kali per menit atau kurang 4 D Stillbirth lahir mati - Tidak ada pernafasan - Tidak ada denyut jantung Universitas Sumatera Utara Dalam penilaian status klinik digunakan penilaian Apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke-1 dan ke-5 sesudah lahir. Nilai pada menit pertama untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit kelima untuk menilai prognosis neurologik. 43

2.2.6 Pencegahan Asphyxia Neonatorum

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007

6 56 82

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

1 44 54

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

0 0 10

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

0 0 6

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

0 0 3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Ibu yang Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan Tahun 2010 -2012

0 0 4

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerapan K3 di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan Tahun 2016

0 2 19

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penerapan K3 di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan Tahun 2016

1 1 2