344
Yattini, 2014 Pendekatan Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Sebagai Pola
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
7. Narkoba: Narkoba Berbahaya 8. Korupsi: Ayahku Seorang Koruptor
5.7.1.3 Keterpaduan UnsurStruktur Cerpen
Keterpaduan unsur atau struktur cerpen mencakup komponen dimensi plot, dimensi tokoh, dan dimensi latar. Pembahasan masing-masing komponen sesuai
analisis kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Dimensi plot
Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Menurut Sumardjo 2004:15 plot adalah sebab-akibat
yang membuat terjadinya jalan cerita atau peristiwa yang berkembang memunculkan konflik. Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek
berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot menghubungkan semua peristiwa. Plot atau alur pada cerpen siswa cenderung masih sederhana. Bahkan
beberapa cerpen tidak memiliki plot yang bisa diidentifikasi sebagai rangkaian peristiwa dan membentuk cerita. Kalaupun ada rangkaian peristiwa, penulisnya
membuat plot yang melompat-lompat dengan cepat hingga kisah hidup tokoh sangat panjang. Seperti cerita
―Aku adalah Aku‖ mengisahkan seorang anak perempuan yang tidak mau dipaksa oleh orang tuanya dalam belajar. Ia memiliki
minat dan bakat sebagai penyanyi. Ia lari dari rumah dan akhirnya menjadi penyanyi yang sukses. Kesuksesannya lebih lengkap karena ayahnya datang dan
mereka bahagia.
345
Yattini, 2014 Pendekatan Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Sebagai Pola
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Plot yang cepat itu disebabkan oleh kecenderungan penulis menyajikan pesan cerpen. Penulis cerpen cenderung berpihak pada akhir yang bahagia dengan
pesan bahwa bakat tokoh dalam menyanyi tidak dapat dipadamkan, bahkan oleh ayahnya.
Kebalikan dari cerpen ―Aku adalah Aku‖, beberapa cerpen bahkan tidak memiliki plot karena hanya berisi deskripsi bahkan opini terhadap suatu persoalan.
Deskripsi terhadap suatu persoalan akan meniadakan dialog antar tokoh tentang persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu tidak ada konflik di dalam cerita itu.
Seperti cerpen berikut: ―Cewek Gokil‖, Cerpen
―Ayah dan Ibu‖ sesungguhnya bukan cerita. Tulisan ini merupakan opini terhadap pentingnya ayah dan ibu bagi penulis. Tidak ada dialog pada tulisan
ini sebagai unsur sebuah cerpen. Cerpen
―Ilmu yang Baik‖ berupa biografi seorang tokoh ilmuwan. Alurnya tidak ada karena tulisan ini dirangkai dengan cuplikan prestasi dan kejadian yang
dialami tokohnya. Konflik adalah bagian dari plot. Pada cerpen, konflik berperan penting
karena dari konflik penulis dapat memunculkan persoalan yang diceritakannya. Bahkan, konfliklah yang membedakan cerpen dengan cerita perjalanan atau
biografi. Kekuatan penulis cerpen adalah kemampuannya mengolah konflik antar tokoh sehingga persoalan atau tema muncul dengan jelas pada cerita.
Pada cerpen ―Rio lebih Baik‖, terlihat konflik yang cukup berarti antara
tokohnya. Konflik itu disajikan dalam bentuk dialog antara tokoh Kenya dan Syifa. Dari konflik inilah terlihat ketegangan watak tokohnya.
346
Yattini, 2014 Pendekatan Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Sebagai Pola
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
―Siff.. kamu apa-apaah hah Kamu pengen ngehancurin persahabatan kita apa?‖
―Hah Apa-apaan sih Yo? Emang aku ngapain?‖ tanya Syifa kebingungan.
―Damar Syif Ngapain kamu pacaran sama dia‖ …
―Nya.. ini salah aku kok, maafin aku ya..‖ Syifa memhon maaf pada Kenya.
―Kamu sahabat aku kan Syif, kenapa kamu lakuin ini semua?‖
Konflik ini punya paling tidak dua sisi, yaitu persahabatan dan percintaan. Syifa pacaran dengan Damar, laki-laki yang diincar oleh Kenya sahabatnya sendiri.
Dari konflik yang disajikan, dalam dialog Kenya dan Syifa terungkap bahwa sifat Kenya egois. Syifa memahami sifat sahabatnya itu, tetapi ia juga tidak bisa
menghindari Damar. Konflik pada
―Aku adalah Aku‖ antara Maurer dengan ayahnya. Maurer tidak suka dengan pelajaran di sekolahnya, ia merasa lebih berbakat seni. Ayahnya
selalu memaksa dan membandingkannya dengan saudaranya. Konflik terjadi ketika ayahnya mengetahui nilai pelajaran Maurer sangat jelek.
2. Dimensi Tokoh