346
Yattini, 2014 Pendekatan Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Sebagai Pola
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
―Siff.. kamu apa-apaah hah Kamu pengen ngehancurin persahabatan kita apa?‖
―Hah Apa-apaan sih Yo? Emang aku ngapain?‖ tanya Syifa kebingungan.
―Damar Syif Ngapain kamu pacaran sama dia‖ …
―Nya.. ini salah aku kok, maafin aku ya..‖ Syifa memhon maaf pada Kenya.
―Kamu sahabat aku kan Syif, kenapa kamu lakuin ini semua?‖
Konflik ini punya paling tidak dua sisi, yaitu persahabatan dan percintaan. Syifa pacaran dengan Damar, laki-laki yang diincar oleh Kenya sahabatnya sendiri.
Dari konflik yang disajikan, dalam dialog Kenya dan Syifa terungkap bahwa sifat Kenya egois. Syifa memahami sifat sahabatnya itu, tetapi ia juga tidak bisa
menghindari Damar. Konflik pada
―Aku adalah Aku‖ antara Maurer dengan ayahnya. Maurer tidak suka dengan pelajaran di sekolahnya, ia merasa lebih berbakat seni. Ayahnya
selalu memaksa dan membandingkannya dengan saudaranya. Konflik terjadi ketika ayahnya mengetahui nilai pelajaran Maurer sangat jelek.
2. Dimensi Tokoh
Penokohan dalam cerpen berperan penting. Sifat dan karakter tokoh yang kuat mampu membangun konflik cerita. Bahkan salah satu kriteria cerpen yang
baik adalah kekuatan karakter atau watak tokohnya. Karena sifat cerpen yang
347
Yattini, 2014 Pendekatan Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Sebagai Pola
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pendek, maka tidak banyak tokoh yang ditampilkan dalam cerpen. Berbeda dengan novel yang bisa punya banyak tokoh.
Seorang penulis cerpen, membangun tokoh dengan watak dan karakternya. Penulis seolah membentur-benturkan karakter tokohnya agar tercipta konflik
dalam suatu persoalan. Narasi yang kronologis tanpa karakter yang jelas pada tokoh cerita bukanlah menjadi sebuah cerpen, melainkan cerita pengalaman saja.
Secara umum, tokoh pada cerpen siswa adalah dirinya sendiri, yaitu seorang anak atau seorang siswa remaja. Bahkan beberapa judul cerpen
mengisahkan secara detil pengalaman penulis. Karena cerpen siswa berdasarkan kepada pengalamannya, maka siswa benar-benar menulis pengalaman. Narasinya
mengalir lancar tanpa konflik. Beberapa cerpen sudah mampu menampilkan karakter tokoh yang jelas, sehingga mampu menciptakan konflik antar tokoh.
Seperti cerpen Rio Lebih Baik yang menghadirkan tokoh Syifa, Kenya, dan Rio. Mereka bertiga adalah sahabat di sekolahnya. Konflik antar tokoh terjadi karena
Syifa berpacaran dengan Damar, orang yang juga disukai Kenya. Namun, kebanyakan tokoh cerita pada cerpen siswa kelompok eksperimen
terlalu hitam putih. Penulis cenderung berpihak pada tokoh yang benar dan memberi akhir cerita yang menyenangkan happy ending pada cerita. Penokohan
cerita terlalu hitam putih sehingga membenturkan kebaikan dengan keburukan. Tokoh pada cerita pendek siswa kelompok eksperimen umumnya adalah
seorang siswa atau pelajar. Tokoh-tokoh itu mengalami persoalan yang menyangkut peran mereka sebagai pelajar, remaja, dan anak. Secara lebih spesifik,
348
Yattini, 2014 Pendekatan Klarifikasi Nilai Dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Sebagai Pola
Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
persoalan tokoh adalah: mengejar cita-cita, percintaan dan persahabatan, persoalan keluarga.
Beberapa cerpen menyajikan tokoh dan persoalan yang unik, seperti cerpen ―Ketulusan Cinta Seorang Gadis‖. Cerpen ini menampilkan tokoh Qin Huang dan
Xiao. Tokoh lainnya juga beretnis China dengan nama yang khas.
3. Dimensi Latar