commit to user 11
Menurut Purwanto 1986 bahwa penguasaan konsep gaya magnet biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Penguasaan konsep gaya magnet yang dicapai siswa dipengaruhi
dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa lebih
besar pengaruhnya terhadap penguasaan konsep gaya magnet. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa penguasaan konsep gaya magnet siswa di
sekolah 70 dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh
siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis
Sudjana, 1987: 39-40. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis
dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang
paling dominan mempengaruhi penguasaan konsep gaya magnet di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif
tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu penguasaan konsep gaya magnet siswa di
sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama
lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.
c. Hakekat Pembelajaran IPA
Menurut Srini M. Iskandar 2001: 2 IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA merupakan
pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-
commit to user 12
hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal Suyoso, 1998: 23
dalam http:juhji-science-sd.blog.com. Ilmu Pengetahuan Alam IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Sri
Sulistyorini, 2007: 39. IPA mempunyai objek yaitu benda-benda alam dan peristiwa-
peristiwanya yang bersifat: 1 ada saling hubungan antara benda alam satu dengan yang lain, 2 ada saling hubungan antara benda dan peristiwa
alam, dan 3 ada saling hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, sehingga benda dan peristiwa alam itu bersifat integral.
Perkembangan IPA sebagai ilmu pengetahuan mengalami tingkat tingkat sebagai berikut: 1 tingkat coba-coba dan kebetulan, dan sifatnya
deskriptif, 2 tingkat perenungan, penggunaan logika, dan sifatnya otoriter dan teoritik, dan 3 tingkat pengamatan, pembuktian dan
percobaan eksperimental, dan sifatnya terbuka dan objektif. Menurut Suyoso 1998: 23 IPA merupakan pengetahuan hasil
kegiatan manusia yang bersifat aktif secara dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yang teratur sistematis, berobjek,
bermetode dan berlaku secara, universal. Sri Sulistyorini 2007: 39 menuliskan bahwa IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari dari sendiri dan alam sekitar serta prospek
commit to user 13
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Srini M. Iskandar 2001: 17 IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas
hasil observasi, eksperimen dan induksi. Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA yang benar
mencakup 4 komponen : 1 IPA sebagai produk, 2 IPA sebagai proses, 3 IPA sebagai sikap dan, 4 IPA sebagai teknologi Cain dan Evans,
1993: 4 . Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan
dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil produk, dan dimensi pengembangan sikap ilmiah.
Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA
tersebut. 1 IPA sebagai Produk
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu yang umumnya telah tersusun secara lengkap dan
sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi
lain IPA yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi “proses”,
maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri. Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya
memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis
digunakan. 2 IPA sebagai Proses
Yang dimaksud dengan “proses” di sini adalah proses mendapatkan IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh melalui
metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah
commit to user 14
metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada
akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Di samping itu, pentahapan
pengembangannya disesuaikan dengan tahapan suatu proses penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: 1 observasi; 2
klasifikasi; 3 interpretasi; 4 prediksi; 5 hipotesis; 6 mengendalikan variabel; 7 merencanakan dan melaksanakan
penelitian; 8 inferensi; 9 aplikasi; dan 10 komunikasi. Jadi, pada hakikatnya, pada proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh
keterampilan dasar. Untuk memahami sesuatu konsep, siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang pada siswa untuk
memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan
membuat kesimpulan. 3 IPA sebagai Pemupukan Sikap
Makna “sikap” pada pengajaran IPA SDMI dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Beberapa ciri sikap ilmiah
itu adalah: a
Objektif terhadap fakta, artinya tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
b Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup
data yang menyokong kesimpulan itu. c
Berhati terbuka, artinya mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain sekalipun pendapat atau penemuan itu
bertentangan dengan penemuaannya sendiri. d
Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat. e
Bersifat hati-hati. f
Ingin menyelidiki Srini M. Iskandar 2001: 13 -14.
commit to user 15
Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep
yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan
dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dapat
membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa IPA merupakan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip prinsip, proses
penemuan dan memiliki sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk : 1. Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan
lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari- hari.
2. Mengembangkan keterampilan proses. 3. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi
siswauntuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. 4. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi. 5. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan
teknologi IPTEK serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi. Depdikbud, 1997: 87
d. Belajar dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar