Nilai Ekonomi Penyerap Karbon Nilai Nilai keberadaan

dengan lahan kering untuk usaha tani on-site costs per hektar berkisar 68 US, dan biaya terhadap luar usahatani off-site costs mencapai 5-19 US per tahun World Bank, 1990 dalam Yakin, 2004. Nilai tersebut berlaku pada tahun 1990, sehingga nilai saat ini untuk on-site costs per hektar berkisar 135 US, dan biaya terhadap off-site costs mencapai 10 – 38 US karena pengaruh inflasi dengan asumsi sebesar 6,5 per tahun. Nilai ekonomi hutan sebagai pencegah erosi dengan menggunakan nilai 1 US = Rp 9.000, maka diperoleh biaya: 1. On-site costs = Rp 9.000 x 135 US = Rp 1.215.000 2. Off-site costs = Rp 9.000 x 24 US = Rp 216.000 Dari perhitungan di atas, maka diperoleh biaya pencegahan erosi apabila ada HPGW adalah sebesar Rp 1.431.000hatahun. Dengan demikian, nilai ekonomi pencegah erosi dari HPGW adalah sebesar Rp 513.729.000tahun dalam luasan sebesar 359 hektar. Nilai ekonomi ini dapat dibenarkan, karena menurut beberapa keterangan masyarakat dan sejarah berdirinya HPGW, sebelum adanya HPGW sebelum sekitar 1960-an lahan yang ada berupa tanah kosong dan gersang. Banyak masyarakat dan mahasiswa kehutanan yang menanam pohon untuk menutupi kekosongan dan kegersangan lahan yang ada.

5.9 Nilai Ekonomi Penyerap Karbon

Besarnya kemampuan hutan sebagai penyerap karbon dicerminkan oleh besarnya volume biomassa dari hutan tersebut. Perhitungan nilai hutan sebagai penyerap karbon berdasarkan informasi nilai karbon untuk seluruh areal pada setiap tahunnya digunakan standar sebagai berikut: 1. 1 ton karbon bernilai 10 US ITTO FRIM, 1994; 2. Berat jenis kayu tropika alam adalah rata-rata 560 kgm 3 ITTO FRIM, 1994, digunakan World Bank, 1992; 3. Berat karbon dalam 1 kg kayu kering adalah sekitar 0,5 kg ITTO FRIM, 1994; 4. 1 m 3 biomassa = 0,28 ton karbon Roslan Woon, 1993. Nilai ekonomi hutan sebagai penyerap karbon dihitung berdasarkan biomassa yang masih utuh belum membusukterurai. Karena HPGW merupakan areal yang kayunya tidak ditebang maka diasumsikan biomassa kayu tetap berada di hutan kecuali kayu yang digunakan masyarakat untuk kayu bakar. Berdasarkan umur pohon-pohon yang ada di HPGW dapat diasumsikan pula bahwa HPGW telah mencapai kondisi hutan primer, yang menurut Brown dan Pearce 1994 mengandung karbon 283 tonCha. Potensi kayu yang ada di HPGW adalah 528 m 3 ha, dan kayu bakar masyarakat 5,27 m 3 ha maka kandungan karbon yang ada di HPGW adalah 146,36 tonCha. Dengan demikian nilai serapan karbon yang ada di HPGW sebesar Rp 472.889.160tahun. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.10 Nilai

Keanekaragaman Hayati Manfaat pilihan Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW dalam penelitian ini dihitung berdasarkan nilai manfaat keanekaragaman hayati biodiversity yang ada. Berdasarkan keadaan alamiahnya, HPGW termasuk ke dalam hutan sekunder, artinya sudah ada campur tangan manusia dalam pengelolaan hutan. Nilai manfaat keanekaragaman hayati hutan sekunder adalah sebesar US 32,5hatahun apabila keberadaan hutan tersebut secara ekologis penting dan tetap terpelihara relatif alami Ministry of State for Population and Environment, 1993 dalam Wildayana 1999. Dengan asumsi inflasi sebesar 6,5 per tahun, nilai manfaat keanekaragaman hayati adalah US S 100hatahun. Nilai ekonomi manfaat diperoleh dengan mengalikan keanekaragaman hayati per hektar per tahun dengan seluruh luasan HPGW yang ada. Menggunakan nilai kurs 1 US = Rp 9.000, maka diperoleh nilai ekonomi manfaat keanekaragaman hayati sebesar Rp 3.231.000.000tahun atau sebesar Rp 9.000.000hatahun.

5.11 Nilai keberadaan

Nilai keberadaan Hutan Pendidikan Gunung Walat dihitung berdasarkan pendekatan biaya pengganti, untuk menentukan biaya yang harus ditanggung masyarakat untuk mengganti aset yang telah rusak atau menyusut jumlahnya. Biaya penggantian digunakan sebagai pendekatan nilai dari manfaat untuk menghindari kerusakan yang terjadi atau yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Sumber Daya Alam 2009, biaya pemulihan ekologi hutan per hektar per tahun sebesar Rp 101.165.000 sehingga untuk melakukan pemulihan ekologi hutan seluas 359 Ha adalah sebesar Rp 36.318.235.000tahun. Rincian biaya total pemulihan ekologi per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya total pemulihan ekologi hutan per hektar per tahun Sumber: Lembaga Sumber Daya Alam 2009

5.12 Nilai warisan