PENUTUP Strategi Pemasaran Produk Mitra Iqra Plus Terhadap Nasbah Non Muslim (Studi Kasus Pada Pt. Ajb Bumiputera 1912 Divisi Syariah Cabang Bekasi)

non bank. Asuransi syariah juga memilki kesamaan fungsi dengan lembaga keuangan syariah non bank lainnya, yakni untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi dana yang dikumpulkan dari peserta asuransi. Cara pembagian keuntungan pengelolaan dana peserta asuransi dilakukan dengan prinsip bagi hasil profit and loss sharing. Dalam hal ini perusahaan asuransi bertindak sebagai pihak pengelola dana mudharib yang menerima pembayaran dari peserta asuransi untuk dikelola dan di investasikan sesuai dengan prinsip syariah bagi hasil. Sedangkan peserta asuransi bertindak sebagai pemilik dana shahibul maal yang akan memperoleh manfaat jasa perlindungan, penjaminan dan bagi hasil dari perusahaan asuransi. 6 Dalam asuransi syariah, istilah tertanggung dan penanggung tidak relevan lagi jika dipandang sebagai pihak yang berbeda.Dalam kepesertaan asuransi syariah, baik tertanggung maupun penanggung adalah sesama peserta itu sendiri. 7 Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme pertanggungan pada asuransi syariah adalah saling menanggung resiko sharing of risk. Apabila terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan demikian tidak terjadi transfer resiko dari peserta ke perusahaan, karena prakteknya kontribusi premi yang dibayarkan oleh peserta tidak terjadi yang disebut transfer of fund, status kepemilikan dana tersebut tetap melekat pada 6 Hendi Suhendi, Deni K. Yusup, Asuransi Takaful dari Teoritis ke Praktis, Bandung: Mimbar Pustaka, 2005, h. 9 7 Agus Edi Sumanto, dkk., Solusi Berasuransi: Lebih Indah dengan Syariah, Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2009, Cet.1, h.7 peserta sebagai shahibul mal , misalnya ayat 2 surat Al Ma‟idah yang memerintahkan untuk saling menolong dalam perbuatan yang positif. Asuransi syariah jelas memiliki perbedaan dengan asuransi konvensional. Letak perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah pada bagaimana resiko itu dikelola dan ditanggung, dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan lebih jauh adalah pada hubungan antara operator pada asuransi konvensional istilah yang digunakan penanggung dengan peserta pada asuransi konvensional istilah yang digunakan tertanggung. Dalam pengelolaan dan penanggungan resiko, asuransi syariah tidak membolehkan adanya gharar ketidakpastian atau spekulasi dan maisir perjudian. Dalam investasi dan manajemen dana tidak diperkenankan adanya riba bunga. Ketiga larangan ini, gharar, maisir dan riba adalah area yang harus dihindari dalam praktik asuransi syariah, dan yang menjadi pembeda utama dengan asuransi konvensional. 8 2. Landasan Hukum Asuransi Syariah Ada beberapa aspek besar yang direalisasikan dalam asuransi syariah, yakni aspek kesucian harta dan kebersihan jiwa, aspek interaksi sosial yang positif, aspek kemaslahatan umat maslahah ummah, akad- akad mu‟amalah.Aspek pertama berarti bahwa dengan asuransi syari‟ah umat Islam telah berupaya menghindarkan diri dari perolehan harta ganti rugi dengan jalan yang tidak 8 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, h.2